Setelah jam kuliah selesai, Josh segera mengejar Jerry.
"Jer, punya waktu? Aku ingin diskusi tentang beberapa hal," tanya Josh.
Jerry mengangguk, "sebenarnya aku juga punya beberapa pertanyaan. Mari kita ke kantin..."
Di kantin...
"Sebenarnya, aku ingin bertanya apa alasanmu menjadi seorang ateis. Aku minta maaf jika pertanyaan ku ini terdengar begitu to the point... " ujar Josh.
"Panjang ceritanya, Josh. Hanya saja... Aku banyak membaca dan belajar. Pada akhirnya aku tidak menemukan kesesuaian antara Tuhan dan ilmu pengetahuan."
"Oh begitu. Baiklah, sekarang apa yang kamu mau tanyakan padaku, Jer?"
"Ehm, aku agak bingung. Kenapa kamu tidak jadi ateis saja? Bukankah kamu sendiri tahu banyak hal dlm agama yang bertentangan dengan ilmu?"
"Well, aku belum menemukannya. Justru, aku menemukan banyak sekali pembuktian rasional tentang Tuhan dari bidang ilmu pengetahuan."
"Apa? Tidak mungkin. Bagaimana ilmu bisa membuktikan keberadaan Tuhan? Buktinya Sam Harris, Dawkins, bahkan Hawking sudah membuktikan bahwa alam bisa terjadi dengan sendirinya!" sangkal Jerry.
"Jer, semua nama yang kamu sebut itu adalah ateis dan agnostic... Kamu tau nggak, masih banyak nama ilmuwan yang belum kamu sebut, dan beberapa dari antara mereka ada kok yang beragama. Contohnya, John Lennox, seorang professor matematika. Dia mengatakan dengan pasti bahwa Tuhan itu ada."
"Nggak cukup bukti rasional, Josh.. "
"Jer, di abad pertengahan ada seorang yang namanya Thomas Aquinas. Dia memberikan beberapa argumen rasional yang membuktikan keberadaan Tuhan. Salah satunya argumen kosmologis. Ketetaturan alam semesta ini menunjukkan ada sebuah penyebab yang pasti. Itu adalah Tuhan," jelas Josh.
"No, Josh. Memang semua ada penyebabnya. Tetapi penyebabnya bukan Tuhan melainkan hukum alam."
"Lalu apa yang menyebabkan adanya hukum alam Jer?"
"Hmm.. Entahlah... Karena kebetulan?"
Josh tertawa kecil, "tidak mungkin. Karena semua keteraturan ini jauh dari sebuah kebetulan. Kamu sendiri sadar kan ini semua bukan kebetulan? Tampak jelas sebuah tujuan dan rancangan di balik alam semesta ini. Ini yang disebut sebagai argumen teleologis."
"Oke, baiklah aku setuju dengan argumenmu, Josh... Tetapi ada satu hal yang membuatku paling meragukan Tuhan."
"Apa itu, Jer?"
"Para pendeta mengatakan bahwa Tuhan itu mahakuasa dan mahabaik. Tetapi, jika benar demikian, mengapa ada penderitaan?"
Deg. Jantung Josh seperti berhenti berdetak. Ini sungguh pertanyaan yang sulit.
"Epicurus pernah berkata. Kalau ada Tuhan, ia pasti tidak mahatahu atau tidak mahabaik, dan tidak mahakuasa. Sebab penderitaan dan kejahatan tetap ada. Jika Ia memang mahatahu, mahakuasa dan maha baik, Ia pasti sudah menghentikan semua ini... Jadi, kemungkinan besar Ia tidak ada. Sekalipun Ia ada, Ia tidak layak disembah. Bagaimana menurutmu, Josh?"
Josh terdiam. Keningnya berkerut, tanda berpikir keras. Tetapi ia belum mendapat jawabannya.
"Boleh aku minta waktu untuk menyiapkan jawabannya?" tanya Josh.
"Tentu. Walaupun aku tidak yakin ada jawabannya," jawab Jerry sambil terkekeh, lalu menyambar tasnya dan pergi.
Josh menghela napas. Saat ini ia akui, ia tidak dapat menjawab pertanyaan itu. Tetapi ia pikir mungkin ia bisa bertanya kepada ahlinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacarku Seorang Atheis
SpiritualJerry, pacar Lia, mendadak memutuskan untuk menjadi seorang atheist. Lia berusaha mati2an membuat Jerry kembali "ke jalan yang benar."