#12 Pangeran Arab

6.7K 294 1
                                    

Di dalam ruangan yang mewah itu, Abdi senyum senyum sendiri memandang foto Adeev yang berada di ponselnya.

Hanya dua hari tidak bertemu Adeev, namun Abdi malah merindukan Adeev.
Dia merindukan obrolan nya bersama Adeev dua hari yang lalu.

Abdi
"Lagi apa ya bocah ini?" Ucapnya yang memandang foto Adeev.
Sempat berfikir ingin menelpon, tapi aku teringat kalau ponsel Adeev ada di kamarku.
Aku merindukanmu gadis kecil ku.
"Apa aku harus menemui dia?"
"Ya aku harus menemui dia dengan alasan ingin mengembalikan ponselnya." Ucapku yang bertanya dan menjawab pertanyaanku sendiri.

Akhirnya aku pun memutuskan untuk datang menemui Adeev. Tapi sebelum itu aku akan berbica pada Pak Firza dulu.

Kulihat jam yang menunjukan pukul 11.25
Aku pun segera keluar dari ruanganku menuju lift.
Saat keluar dari lift banyak mata yang memandangku lapar. Ya tentunya mata para pegawai wanitaku, hal seperti ini memang sudah biasa bagiku. Apalagi di Indonesia, mungkin para wania disini tidak pernah melihat lelaki tampan sepertiku. *kambuh deh penyakit kepedean nya.

Aku pun segera menemui Pak Firza.
"Maaf pak saya mengganggu." Ucapku pada Firza.
"Tak apa sir. Ada yang bisa saya bantu?" Jawabnya.
"Pak, biasakanlah menyebut namaku. Tak usah menggunakan embel embel sir, karena aku lebih muda dari bapak. Panggil saja Abdi." Ucapku memprotes.
"Tapi anda atasan saya, bagaimana bisa saya menyebut dengan nama. Apakah itu terlihat tidak sopan."
"Tidap pak, panggil Abdi saja."
Tanpa menunggu jawaban dari Firza.
"Oh iya, kedatangan saya kesini. Saya hanya ingin meminta izin untuk menemui putri bapak, karena saya ingin mengembalikan ponselnya yang waktu itu tak sengaja saya bawa." Ucapku meminta izin pada Firza.
"Oh iya tak apa. Tak perlu izin pada saya, silahkan saja kunjungi anak saya. Karena putri saya pasti akan merasa senang apabila kau datang untuknya."

Senang? Bagaimana bisa dia mengatakan kalau putrinya akan senang apabila saya datang menemuinya.

"Yasudah. Apa bapak akan ikut bersama saya?" Tanyaku pada Firza.
"Tidak, bilang saja padanya kalau disini masih banyak pekerjaan." Jawab Firza.
"Tak apa pak, anda saya izinkan untuk menemui Adeev."
"Terima kasih. Tapi tak usan sir."
"Yasudah kalau begitu saya pamit pak. Terima kasih."

Aku pun segera melangkahkan kakiku menuju basement, kemudian aku memasuki sport hitamku menuju Rumah Sakit Dr. Danu.
Tidak lupa di perjalan aku berhenti di super market untuk membelikan cemilan untuk Adeev dan keluarganya.
Setelah itu aku melanjutkan perjalanan menuju rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit, aku langsung menuju ruangan dimana Adeev di rawat.

"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Wah sepertinya di dalam rame.

"Eh nak Abdi, ayok silahkan masuk."
Aku pun segera masuk.

Adeev

Di tengah pembicaraan aku dan sahabat sahabatku, tiba tiba ada diluar pintu seseorang yang mengucapkan salam. Dan saat dibuka pintunya.
Waahhh...
Pangeranku datang.

Aku pun segera menpercantik diri, dengan merapihkan kerudungku yang acak acakan.

"Deev, itu siapa ganteng banget." Sahut Viska yang tak henti hentinya memandangi pangeranku.
"Iyaa Deev, gila ganteng, keren lagi." Sahut Bunga yang juga tak bisa berhenti menatap pangeranku.
"Ihhh Deev, hidungnya itu lohh. Arab bangettt." Ucap Fanya kecentilan.
"Aduh Iman gue goncang nih, menggoda iman." Sahut Rachel.
"Stoppppp... Ini pangeran gua." Ucapku sinis.

"Bagaimana keadaanmu?"

Wah terimakasih kalian yang udah baca cerita ini.
Love you😍☺️

My Future HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang