#32 love Beach

4.3K 186 15
                                    

Abdi

Kulihat Adeev masih tertidur, akupun segera turun dan mengambil kursi roda untuk Adeev. Karena Adeev masih belum lancar berdiri, walaupun Adeev masih tertidur aku tidak ingin mengganggunya. Sehingga aku menggendongnya ke kursi roda.
Namun tetap saja Adeev belum membuka matanya.

"Huh dasar kebo, gimana mau jadi istri aku. Kalo tidurnya kayak kebo gini. Tapi gapapa sih gemes kalo liat dia tidur." Ucapku sambil menatap Adeev.

Aku pun mendorongnya menuju tepi pantai, semoga saja angin pantai ini bisa membangunkannya.

Aku pun meninggalkan nya di tepi pantai, karena aku kembali ke mobil untuk membawa jaket karena aku takut Adeev kedinginan karena angin pantai ini.

Setelah membawa jaket dari mobil, kulihat Adeev sudah terbangun.

"Haha sepertinya dia mencariku." Batinku.

"Dorrr."

"Astagfirullahaladzim. Ih apa sih, kakak ngagetin ih." Ucapnya.

"Iyaa maaf deev sengaja." Jawabku jujur.

"Ga lucu tau." Ujarnya.

"Siapa yang lagi ngelucu." Jawabku singkat.

Aku pun memakaikan jaketku ke tubuhnya.
Setelah memakainkan jaket, aku pun pergi meninggalkan Adeev menuju tepi pantai. Aku sengaja mengajaknya kesini, karena aku tahu setelah kecelakaan dan mengerjakan soal UN pasti dia butuh merefresh otaknya termasuk akupun butuh merefresh otak setelah bekerja dan menerima kenyataan bahwa Dia kembali lagi menemuiku dan memintaku untuk menikahinya.

"Tidaaaaaakkkkkkkkk."

"Kaakk? Kenapa?." Tanya Adeev yang mendengar aku menjerit.

"Aku tak apa." Ucapku sambil berteriak.

Akupun menghampirinya.

"Apa kamu mau mencoba untuk berdiri?." Ucapku sambil memberikan tanganku.

"Iya kak, aku udah lama gak ke pantai." Jawabnya.

"Ayok sini." Ucapku sambil membantunya untuk berdiri.

Setelah berdiri aku menuntunnya untuk sedikit-sedikit berjalan.

"Pelan-pelan ya." Ucapnya.

Diapun mengikuti apa yang aku bicarakan.

"Kak?"

"Iya apa?" Jawabku.

"Ajarin aku jalan dong." Pintanya.

"Dengan senang hati." Ucapku sambil menuntunnya untuk berjalan.

" iya, ayok pelan-pelan Deev. Iyaa bagus."

"Kak, aku takut jatuh."

"Tidak akan, ayok coba lagi. Semangattttt."

"Kaa..aduh kak aku takut."

"Kamu jangan banyak bicara ya, fokus kalau kamu pengen sembuh dan bisa berjalan normal lagi. Ingat kamu gaakan jatuh, aku ada di belakang kamu. Ayok kamu coba berjalan sendiri ya. Aku ikutin kamu dari belakang." Ucapku menenangkan Adeev.

Sekitar 10 menit aku menuntun dan mengajarinya untuk berjalan .

"Ayok Adeev kamu pasti bisa. Ayok Adeev sayang." Ucapku melihat Adeev mulai bisa berjalan sendiri.

Namun, setelah mendengar apa yang aku katakan tadi. Adeev mencoba berbalik ke arahku dan seperti ingin menatapku, hingga akhirnya dia tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya dan,

"Aaaaaaaa......"

"Deev,."
Aku pun segera menghampirinya dan Adeev jatuh tepat berada di pelukanku.
Sampai akhirnya akupun tidak bisa menyeimbangkan tubuhku dan jatuh juga aku.

Untung pasir, jadi sakitnya gaberasa. Ditambah dengan ada Adeev yang berada di pelukanku.

"Kakak ih." Ucapnya.

" apa Deev?." Ucapku sambil mencoba mengangkat Adeev. Dan membantu Adeev untuk duduk.

"Sinetron banget sih kita. Ihh alay tau kita." Ucap Adeev gemas sambil memukul dada bidangku.

"Apa sih apa? Lagian kamu tuh pake jatuh segala . Jadi aja drama banget tuh tadi. Hehe."

"Tapi, makasih deh . Untung ada kakak jadi akunya ga sakit. Dan malah kakak yaa yang sakit." Ucapnya.

"Maafin kakak ya?." Ucapku.

"Maaf untuk apa?." Jawabnya.

" karena kakak tadi spontan meluk dan pegang kamu." Jawabku.

"Tak apa kak, niat kakak kan nolong aku. Insyaallah, Allah bakal memaklumi. "

Aku pun hanya menjawab dengan anggukan dan senyum termanis yang selama ini aku punya.

Hening..

"Ngomong-ngomong kamu berat juga yak." Ucapku polos.

"Hah apa? Kakak ngomong apa?"

"Eh enggak kok enggak."

"Kakak bilang aku berat yaa? Ihh nyebelin."

"Haha emang kamu berat." Ucapku sambil mencoba berdiri.
Namun Adeev segera menarik tanganku.

"Udah ah udah, jangan marah mulu nanti cantiknya ilang ." Ucapku sambil mencoret wajahnya dengan pasir.

"Ihh kakak." Ucapnya sambil memukulku.
Dan saat itulah aku menahan tangannya untuk tidak memukulku lagi.

"Diaam. Aku ingin berbicara denganmu."

"Ingin bicara apa?." Tanyanya.

"Mmm tidak tidak. Tidak jadi." Jawabku gugup.

Hening...

"Deev?" Tanyaku.

"Iya apa?." Jawabnya.

"Mmm apa kamu mau?." Ucapku gugup.

"Apa benar ini waktunya untuk aku menyatakan cinta. Apa ini cinta? Aku masih belum yakin. Karena aku baru mengenalnya.
Sedangkan dia masih terlalu muda untuk aku jadikan istri. Tapi dia membuatku nyaman berada disampingnya. Apa ini waktu yang tepat untuk memintanya untuk menjadi istriku?sedangkan aku tidak ingin lama dekat dan berpacaran namun malah kesakitan yang aku dapatkan aku tidak ingin kejadian itu terjadi lagi dalam hidupku . Bagaiman ini? Bagaimana dengan Vanessa? Bagaimana dengan Mama yang memintaku untuk menikahi Vanessa? Bagaimana Tuhan? "Batinku

"Kak apa kau baik-baik saja?."

"Buang itu jauh-jauh Justin. Percayalah Allah berada di dekatmu. Bismillahirrahmanirrahiim." Batinku.

"Deev, apa kamu mau menjadi istriku?"

Duh maaf maaf ya, maklumi aja ya masih pemula. Terimakasih banyak untuk semua pembaca setia MFH 😍
Jangan lupa vote dan comment nya😊😊

My Future HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang