01 : Khasiat Jinsom Sisik Naga

4.5K 53 1
                                    

DALAM klsah "Payung Sengkala" diceritakan bahwa dalam suatu perebutan sengit di atas jembatan kota Lok Yang untuk memperebutkan jinsom sisik naga yang berusia sepuluh ribu tahun, akhirnya benda mestika itu berakhir diperoleh Lam-kong Pak si jago kita.

Oleh Pek-li Gong si pencuri sakti benda mustika yang seharusnya menjadi hak miliknya itu diserahkan kepada Soen Han siang ibu dari Lam-kong Pak sebagai mas kawin.
Dimana kemudian Jinsom itu harus ditelan oleh Lam-kong Pak agar tenaga dalamnya bertambah sehingga perlawanannya menghadapi PerkumpUlan Bulu Hijau yang ditunjang dua orang gembong iblis sakti bisa berhasil dengan sukses.

Tapi timbul masalah baru, karena untuk menelan Jinsom sisik naga berusia sepuluh ribu tahun itu harus dibarengi pula dengan obat pengiring yang merupakan cairan lendir dari enam sampai delapan orang gadis perawan.

Untung disamping Pek-li Hiang serta Yoe Tien masih ada Coe Li Yap, Cioe Cien cien, Liuw Hoei Yan serta Cioe Ih Boen enam orang.

Demikianlah, maka diputuskan keenam orang gadis perawan itu membantu Lam-kong Pak untuk mencairkan jinsom yang tak ternilai harganya itu.

****************************************************

Terdengar Pek-li Gong berkata: "Dewasa ini dikalangan kita keparat cilik she Lamkong inilah merupakan pemimpin kita, agar pertarungannya memperebutkan kekuasaan dengan pihak perkumpulan Bulu Hijau berhasil dengan sukses, kita musti jadikan dirinya sebagai jago kelas kelas satu, oleh sebab itu didalam melaksanakan tugas yang amat penting ini, kita musti mencari suatu tempat yang tersembunyi letaknya".

"Eeei pengemis tua" sela siang Hong Tie. "aku lihat rumah gubukmu terletak disuatu tempat yang terpencil dan sunyi keadaannya, lebih baik kita berangkat kesitu saja"
Maka berangkatlah beberapa orang itu menuju ketempat tinggal dari pek-li Gong.

Rumah gubuk dengan belasan bilik serta pemandangan yang indah memang merupakan suatu tempat yang strategis letaknya.
Sepintas lalu rumah itu menyerupai rumah kaum petani biasa yang dikelilingi sawah dan kebun. serentetan pohon Liuw tumbuh disisi pagar bambu menutupi pandangan orang luar terhadap gerak gerik didalam.

Ketika Soen Han siang menyampaikan maksud tersebut kepada kedua orang dara ayu itu, dengan wajah tersipu-sipu dan kemalu-maluan mereka menganggukan kepalanya, padahal memang kejadian ini merupakan pucuk dicinta ulam tiba bagi mereka.
Sebab setelah Soen Han siang berkata demikian, berarti pula kejadian itu akan berubah jadi kenyataan dan mereka tak usah menanti dilamar orang lagi.
Sementara itu Pek-li Gong telah membagi jinsom sisik naga berusia sepuluh ribu tahun itu jadi enam bagian, dua bagian diberikan lebih dahulu kepada Lam-kong Pak untuk ditelan. kemudian baru memberi kisikan kepada kedua orang gadis itu untuk masuk ke dalam ruangan.

Sedangkan sekalian para jago lihay segera menyebarkan diri di sekeliling rumah gubuk itu untuk menjaga segala kemungkinan yang tidak diinginkan.
Setelak Lam-kong Pak masuk ke dalam kamar, tampaklah kedua orang dara ayu itu dengan wajah bersemu merah duduk tersipu di sudut pembaringan.

"Yoe cici" terdengar Pek-li Hiang berbisik lirih. "Kau duluan aach...."
"Tidak bisa jadi" sahut Yoe Tien sambil gelengkan kepalanya berulang kali. "Meski pun cici lebih tua beberapa tahun darimu, tapi kalian berkenalan lebih duluan, tidaklah pantas kalau cici mendahului dirimu. . . ayolah kau tak perlu malu2 lagi....,"
"Begini saja bagaimana kalau adik Pak saja yang memutuskan???"

"Baiklah " kata Lam-kong Pak. " Lebih baik enci Yoe lebih duluan. . . Aaaai kalian rela membantu diriku, membuat siauw-te merasa amat berterima kasih".
"Adik Pak kau tak usah mengucapkan kata- kata yang tak enak didengar lagi, asal kau jangan sampai suka yang baru melupakan yang lama, kami sudah merasa cukup puas".

Air muka Lam kong Pak berubah jadi serius.
"Enci Yoe" katanya. "Meskipun siauwte bodoh dan tidak bisa berpikir, tetapi aku bukan seorang lelaki yang gampang melupakan yang lama untuk menikmati yang baru, kalian berdua boleh legakan hati dan tak usah kuatirkan lagi. . .persoalan itu".

Kelelawar HijauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang