Sementara itu Kakek ombak menggulung telah mendekati Suma ing lalu menyepak badannya hingga mencelat setinggi satu tombak keatas udara....pleeetaaak^ badannya terbanting diatas tanah keras2 dan mencium tanah, teriaknya.
"Hey keparat cilik engkau pandang terlalu tinggi diriku? baiklah, akan kubantai dirimu lebih dahulu sebab aku punya pandangan yang luar biasa pula atas dirimu. oleh karenanya engkau harus dikirim lebih dahulu untuk melakukan perjalanan"Habis berkata, dia angkat payung mustikanya dan ditusukkan kearah pusar Suma Ing.Tapi sebelum senjata itu bersarang diatas jalan darah penting itu, tiba2 gembong iblis tua itu tarik kembali payung mustikanya itu dan berpikir:
"Baik dia maupun kedua orang itu semuanya pandai mainkan jurus silat payung sengkala, dan ilmu silat paling ampuh dikolong langit dewasa ini yang dapat menandingi kebagusan Koen-tun-ceng-ki milikku hanya jurus serangan payung sengkala belaka, bagaimanapun juga aku harus berusaha mempelajari Simhoat dari kepandaian tersebut, jika kepandaian itu kugabungkan menjadi satu, bukankah ilmu silatku akan mencapai puncak kesempurnaan yang tiada tandingan lagi dikolong langit?"Ujung payung mustikanya segera ditempelkan diatas jalan darah Leng-tay-hiat diatas tubuh Suma ing, kemudian sambil membebaskan jalan darah Hay-tee-hiatnya yang tertotok ia bertanya:
"Suma ing, apakah engkau masih ingin hidup??"
"Engkau tak perlu membuang waktu dan pikiran dengan percuma, benda yang kau inginkan tak mungkin bisa diperoleh dari badanku"Kakek ombak menggulung tak banyak bicara, kembali ia totok jalan darahnya kemudian berjalan kesamping ketua perkumpulan bulu hijau dan menggunakan ujung payungnya menempel jalan darah sian-ki-hiatnya, setelah itu ia bebaskan jalan darahnya yang tertotok dan berkata:
"Jikalau pikiranmu bisa bergerak sedikit lebih bebas dan leluasa, kemungkinan besar dapat memberi sebuah jalan kehidupan bagimu."
"Katakan sejak permulaan tadi pikiran, dan perasaan hatiku sudah bergerak lebih leluasa"
"Katakanlah sim-hoat serta rahasia ilmu sakti payung sengkala. aku percaya engkau pun menguasai kepandaian maha sakti itu.""Boleh, tetapi sebelum itu engkaupun harus menjawab sebuah pertanyaanku lebih dulu."
"Tidak. engkau yang harus memberi jawaban lebih dahulu kepadaku,"
Ketua dari perkumpulan bulu hijau segera pejamkan matanya rapat2. dengan suara dalam ia berseru.
"Kalau begitu yaa sudahlah lebih baik turunlah tangan secepat mungkin"
Kakek ombak menggulung menyeringai seram,
"Heehhmm-heehhmm-heehhmm tak nyana tulangmu ternyata begitu keras. baiklah bagaimanapun juga engkau toh tak akan nanti lepas dari cengkeramanku, ajukanlah pertanyaanmu itu?"
"Pertama. engkau harus memberi air minum lebih dahulu Kepadaku, karena darah yang mengalir keluar dari badanku terlalu banyak. sekarang aku merasa haus sekali, setelah hausku hilang pembicaraan baru dapat dilangsungkan-"Kakek ombak menggulung lepaskan tempat airnya dan diletakkan ditepi mulutnya, tanpa sungkan2 ketua perkumpulan bulu hijau segera menghabiskan air yang ada itu hingga tanpa sisa.
Setelah berhenti sebentar, ia baru melanjutkan, "Baiklah sekarang aku hendak ajukan pertanyaan kepadamu."
Ia berpikir sebentar kemudian lanjutnya,
"Tempo dulu sewaktu Sun Han Siang ke-tempat Cu Hong Hong untuk mencuri kitab pusaka payung sengkala dan didalam pertarungan itu Cu Hong Hong kena dipukul hingga terjatuh kedalam jurang menurut pengakuan Sun Han Siang tenaga dalam yang digunakan pada waktu itu cuma lima enam bagian belaka, dengan tenaga dalam yang dimiliki Cu Hong Hong pada saat itu tak mungkin ia bisa terjerumus kedalam jurang, apakah engkau yang turun tangan secara diam2??"Sekujur badan Kakek ombak menggulung bergemetar keras, dengan suara lantang ia membentak:
"Siapakah kau??"
"Tak usah banjak bertanya, aku sudah pasti bukan sanak keluarga dari Cu Hong Hong maupun Sun Han Siang aku hanya ingin mengetahui latar belakang duduknya perkara itu"
Kakek ombak menggulung tertawa dingin.
"Heeeh-heehh-heeehh... dengan tenaga dalam yang kau miliki saat ini, aku rasa dimasa lampau engkau bukan seorang yang tak bernama, kenapa aku sama sekali tak kenal dengan dirimu??"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelelawar Hijau
General FictionLanjutan Payung Sengkala DALAM kisah "Payung Sengkala" diceritakan bahwa dalam suatu perebutan sengit di atas jembatan kota Lok Yang untuk memperebutkan jinsom sisik naga yang berusia sepuluh ribu tahun, akhirnya benda mestika itu berakhir diperoleh...