"BLAAAM ....!" ledakan dahsyat menggeletar di seluruh udara, sebagian besar bangunan kuil itu roboh jadi puing2 yang berserakan, desingan angin puyuh melanda seluruh permukaan bumi membuat keadaan tersebut benar2 mengerikan sekali.
Pertarungan semacam ini boleh dikata merupakan suatu pertarungan yang sadis sekali, Kakek ombak menggulung telah mengerahkan segenap kekuatan yang dimilikinya ditambah ia membawa payung sengkala, bisa dibayangkan kekuatan badannya sukar dilukiskan dengn kata2.Sebaliknya bayi sakti milik Lam-kong Pak baru saja terwujud dan ketangguhannya belum matang, setelah termakan oleh getaran hawa khiekang yang maha dahsyat itu, hampir saja bayi sakti tadi buyar jadi beberapa bagian-...untung dengan cepat bayi sakti tadi menyusup kembali kedalam selangkangan kendati begitu tubuh pemuda tesebut mencelat sejauh satu tombak lebih dari tempat semula dan jatuh tak sadarkan diri.
Kakek ombak menggulung sendiripun menderita kerugian besar ia muntah darah segar tapi payung mautnya masih sempat menyapu kembali kearah samping......Bruuuk ditengah benturan keras pakaian tembaga dari ke dua orang manusia tembaga itu hancur ber-keping2 dan merekapun roboh tak sadarkan diri.
Dipihak lain Loo Liang-jen serta manusia tembaga yang bekerja sama melayani empat tokoh sakti dari perkumpulan Liok-mao-pang berlangsung seimbang tetapi kakek ombak menggulung sudah kalap ia bermaksud membasmi segenap jago kalangan putih yang hadir ditempat itu, sambil menahan luka parah dalam isi perutnya ia terjun kembali kedalam gelanggang.
"Blaaam.... blaaam..." dua benturan keras yang menggeletar diangkasa membuat Loo Liang-jan serta manusia tembaga itu roboh terjengkang diatas tanah dan tidak bangun lagi.Sedangkan kakek ombak menggulung sendiri keadaanya sudah bagaikan lampu tak berminyak dengan badan sempoyongan ia memperdengarkan suara tertawanya yang menyeramkan
Halaman depan kuil Shia-hong-bio tidak terlalu luas sekarang setelah dipenuhi oleh jago-jago lihay yang menggeletak diatas tanah, hampir saja tiada tempat untuk menancapkan kakinya lagi, kakek ombak menggulung segera membentak keras dan membawa empat orang jago lihaynya kabur dari kuil tersebut.
Suasana sekitar kuil itupun pulih kembali daam kesunyian dan keheningan, diatas tanah banyak menggeletak tubuh-tubuh manusia yang sama sekali tak berkutik. Tiba-tiba, sesosok bayangan manusia berkelebat lewat dengan pandangan yang tajam ia menyapu sekejap kearah tubuh manusia yang bergelimpangan diatas tanah nampak jelas orang itu amat terkejut,
orang itu adalah seorang manusia aneh baju merah dengan pandangan yang seksama ia memeriksa semua orang yang menggeletak disana, akhirnya ia berhenti disisi tubuh Sun Han Siang dan memperdengar helaan napas panjang.,.Perlahan-lahan ia membalik tubuh Sun Han siang sehingga menghadap keatas nampaklah air mukanya pucat pias bagaikan mayat sedang matanya terpejam rapat, namun kecantikannya masih tertera nyata.
Lama sekali manusia aneh baju merah itu berdiri tertegun disana, akhirnya ia bergumam seorang diri,
"Sun Han Siang kau ...kau memang terlalu menarik sekali sampai detik ini juga aku tetap tak dapat menyalahkan dirimu, kalian sepasang suami isteri memang merupakan pasangan yang paling cocok... Aaa aku keliru. . . Cu Hong Hong pun keliru. tapi siapa yang bisa disalahkan?? akan tetapi aku tak akan melepaskan Lam-kong Liu"Kembali ia menghela napas panjang, lalu sambungnya:
"Pejamkanlah matamu kematianmu cukup berharga sebab pada akhirnya engkau telah mendapatkan cinta yang sejati serta akhir yang tenang, Lam-kong Liu memang pantas kau cintai. tetapi aku harus membinasakan dirinya...."Tiba-tiba, kembali terengar desiran angin berhembus lewat dari luar kuil, manusia aneh baju merah itu segera menyembunyikan diri kebalik reruntuhan kuil.
Tidak lama kemudian muncul sesosok bayangan hitam ditengah halaman kuil sambil menyapu sekejap tubuh-tubuh yang terkapar ditanah ia menyeringai seram katanya:
"Heehh...heeehh....heeehh... akhirnya kalian pun mengalami nasib seperti ini rupanya Thian memang belum buta matanya...I Hmmm ...IHmmm... untuk melampiaskan rasa dendam dalam hati serta rasa benci yang sudah merasuk ketulang sumsum aku akan ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelelawar Hijau
Ficción GeneralLanjutan Payung Sengkala DALAM kisah "Payung Sengkala" diceritakan bahwa dalam suatu perebutan sengit di atas jembatan kota Lok Yang untuk memperebutkan jinsom sisik naga yang berusia sepuluh ribu tahun, akhirnya benda mestika itu berakhir diperoleh...