22 : Matahari, Rembulan dan Bintang

739 21 0
                                    

Sekarang Lam-kong Pak baru tahu bahwa mahkluk bulat yang berada dalam kolam kecil itu ternyata adalah telur-telur ikan leihi besar, belum pernah ia lihat tiga jalur garis merah diatas punggungnya.

Keanehan bukan terbatas sampai disitu saja. ditepi kolam besar dan kolam kecil masing-masing terdapat sebidang hutan batu yang rucing2 dan menjulang keatas bagaikan sebuah tiang dengan lebar satu depa sebab luas hutan batu runcing itu mencapai lima enam tombak lebih. . . . Di tengah2 hutan batu duduklah tiga orang kakek tua yang bertubuh telanjang, masing2 duduk berbentuk segi tiga di tengah kerumunan batu runcing tersebut, paras muka mereka merah padam. sepasang mata terpejam dan tubuhnya berwarna kuning.

Kalau ditinjau dari paras muka mereka yang merah segar jelas ketiga orang itu masih hidup, tapi kalau ditinjau dari badannya yang sudah layu, kering dan berwarna kuning, jelas membuktikan kalau mereka sudah lama mati, karena pakaian yang mereka kenakan sudah hancur jadi abu dan tersebar disekeliling tempat mereka duduk.

Lam-kong Pak mengamati ketiga orang itu lebih seksama lagi. mendadak dia menjerit kaget karena terkejutnya, ternyata secara lapat2 ia saksikan jantung mereka bertiga masih berdenyut dengan normal, itu menunjukkan kalau ketiga orang kakek tua itu masih hidup,

Tapi dengan jelas pantat ketiga orang itu sudah ditembusi batu runcing yang mungkin telah menembusi perutnya, mana mungkin mereka masih berada dalam keadaan hidup.
Dengan penuh ke-ragu2an Lam-kong Pak meneliti sekali lagi dengan lebih cermat. sedikitpun tak salah, jantung ketiga orang itu masih bergetar.
Suatu kejadian yang sangat aneh. Sambil memandang dua ekor ikan leihi besar dan telur2 ikannya, lalu memandang pula tiga orang kakek tua yang tak diketahui mati hidupnya sianak muda itu gelengkan kepalanya berulang kali.

Tiga orang itu duduk dengan posisi segitiga, masing2 mengeluarkan telapaknya yang ditempelkan satu sama lainnya. telapak yang berada dipaling bawah menghadapkan sang telapak keatas, sedang dua lainnya yang ada diatas menghadapkan telapak kearah bawah, apa artinya itu???
Tiba2 terdengar bunyi gemerisik bergema tidak jauh dari tempat itu, dengan hati terkesiap Lam-kong Pak berpikir dalam hati:
"Mungkinkah dalam goa kuno ini masih sembunyi mahkluk aneh lainnya??"
Dengan cekatan ia bersembunyi dibelakang sebuah batu besar kemudian melongok keluar, tampaklah seekor ular raksasa berwarna hitam pekat bergerak mendekat dengan cepatnya.

Ular itu berwarna hitam pekat dan sama sekali tidak terselip warna lainnya, binatang itu boleh dihitung terhitung seekor ular yang langka sekali dikolong langit, panjangnya tiga tombak dengan besar badannya seperti tong air, lidahnya menjulur kesana kemari dengan tampang yang bengis.
Meskipun Lam-kong Pak memiliki ilmu silat yang amat tinggi namun tak urung hatinya terasa bergidik juga menjumpai binatang yang menyeramkan itu, sebab bentuk ular aneh itu sangat mengerikan sekujur badannya berkilat panjang tubuhnya mencapai beberapa tombak dan dalam waktu singkat ia sudah tiba ditepi hutan batu itu.
"Jangan2 ular aneh itu hendak melahap ketiga sosok mayat tersebut??" pikir Lam-kong Pak dihati.

Tapi sesudah dipandang dengan cermat keadaan itu sama sekali tidak mirip. pada waktu itu ular aneh tadi sedang mengangkat kepalanya mengawasi ketiga orang kakek tersebut, sikapnya sama sekali tak bengis bahkan dari matanya malahan mengucurkan dua titik air mata.
Terperangahlah Lam-kong Pak menghadapi kejadian itu. pikirnya dihati:
"MungkinKah ular ini sudah berakal cerdik hingga mampu mengucurkan air mata? dari sini dapatlah kuduga bahwa ular ini kemungkinan besar dipelihara oleh ketiga kakek tua itu"

Dalam pada itu setelah mengamati sebentar ketiga orang kakek tua itu. ular aneh tersebut segera meluncur masuk kedalam telaga kecil, mulutnya dipentang lebar2 dan menghisap tiga butir telor ikan setelah itu ia meluncur kembali kearah hutan batu.
Tatkala tiba disisi hutan batu tadi, ular tadi nampaknya ragu2 sejenak akhirnya ia ambil keputusan dan melanjutkan gerakannya merambat kedalam hutan batu itu.
"Kreees... kreeess.. " perut ular itu tersayat oleh ujung2 batu runcing yang berserakan disekitar tempat itu hingga robek dan hancur, darah berceceran di-mana2.
Tapi ular itu sama sekali tidak berhenti merambat, ia tetap bergerak terus mendekati tiga orang kakek tua itu....^Krees kreeess^ perut ular itu makin tersayat dan luka akibat goresan pun semakin dalam.

Kelelawar HijauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang