STORY 2

919 60 7
                                    

     "Serius? Nggak ketemu?" Tanya Dyan dengan wajah khawatir. "Gimana, nih, nanti aku dimarahi Ayahku, gimana?" Dyan mulai menitikkan air mata. Karisma mendekatinya untuk menenangkannya.

     "HP ku juga, aku nanti dimarahi, gimana, nih? Aku mau pulang," Faul juga mulai menangis.

     "Kamu bisa SMS pakai HP ku dulu, Ul. Dyan, untuk sementara ini, rahasiakan dulu soal laptopmu dari Ayahmu, kalau ditanya soal laptop, bilang apa saja yang bisa mengalihkan perhatiannya tapi jangan mencurigakan. Kami akan kerja sama buat menemukan laptop dan HP kalian," Jelas Keysha sambil menenangkan Faul.

     "Ada apa ini?" Tiba tiba Tya, Syifa, Ochi, dan anak - anak yang lain masuk ke kelas. "Kok Dyan sama Faul nangis? Kamu apain Rief?! Hayooo!"

     "Kok aku yang kena. Ini, HP dan laptop Faul sama Dyan hilang, dan kami nggak menemukannya sampai sekarang. Padahal sudah cari daritadi. Terus, nggak ada saksi mata yang melihat anak keluar - masuk kelas kita, jadi......" Kata - kata Arief terputus. Semua terdiam menunggu kelanjutan penjelasan Arief.

     "Maksudmu.............. ini perbuatan makhluk ghaib gitu? Jangan ngaco, deh, Rief! Mereka itu nggak akan ganggu kita kalau kita nggak ganggu mereka!" Sahut Fitri.

     "Betul! Mungkin aja, Faul sama Dyan lupa meletakkan HP dan laptop mereka!" Timpal Trisna.

     "Nggak mungkin! Kita berlima sudah cari disekeliling kelas daritadi! Nggak mungkin kelas yang luas ini nggak ketemu laptop sebesar itu! Kalau HP, sih, masih bisa dipahami," Jelas Karisma.

     "Iya juga, ya," Anak - anak kelas 8A mulai bergumam masing masing.

     Semuanya sibuk dengan pikirannya masing - masing. Tak terasa, waktu mulai menunjukkan pukul 04:30 sore. Satu persatu dari mereka mulai pulang. Faul dan Dyan mulai merasa tenang dan segera pulang. Tersisa para pengurus kelas yang mengadakan rapat dadakan.

     "Gimana pendapat kalian soal kejadian tadi? Apa ada kemungkinan lain? Selain "angin nakal" yang kita sebut?" Kata Arief membuka rapat.

     "Menurutku, kayaknya nggak sepenuhnya benar kalau itu misalnya kerjaannya "angin nakal". Mungkin aja, pak satpam kehilangan fokus sejenak soalnya harus mengerjakan laporan sebanyak itu. Lagipula, nggak mungkin, kan' kalau ada anak masuk ke kelas kita nggak kelihatan?" Jelas Syifa, selaku perwakilan Sek. Kebersihan.

     "Kamu lupa? Di depan kelas kita kan' ada pembatas setinggi lutut. Bisa aja, kan' anak yang masuk ke kelas kita merangkak dari kelas 8B yang tertutupi perpustakaan dan masuk ke kelas kita tanpa kelihatan pak satpam?" Sahut Tya, selaku perwakilan Sek. Keamanan.

     "Iya juga. Masalahnya adalah, kelas kita pintunya kan' selalu tertutup. Kalau misalkan pintunya kebuka, pasti pak satpam langsung sadar, kan'? Apalagi, kelas kita pintunya nggak ada kuncinya, pasti langsung ketahuan," Sanggah Karisma, sang wakil ketua kelas.

     "Benar kata Karisma, kemungkinan  yang dijabarkan tadi memang masuk akal. Yang aneh adalah, bagaimana cara pencuri itu masuk ke kelas kita tanpa ketahuan pak satpam yang padahal selalu ada di depan kelas kita? Lewat jendela lebih nggak mungkin lagi. Kan' semua jendela di setiap kelas diberi teralis, biar nggak ada pencuri masuk," Sahut Arief.

     Semua pengurus kelas terlihat sibuk berpikir. Mereka tenggelam dalam pikiran mereka masing - masing.

     "Jangan - jangan, ini benar perbuatan "angin nakal". Nggak mungkin kan', ada anak masuk ke kelas kita tanpa diketahui siapapun? Apalagi pak satpam yang selalu di depan kelas kita," Kata Putri mulai menunjukkan raut ketakutan.

"Hush! Nggak boleh berfikir kayak gitu dulu! Kita harus positive thinking, jangan berfikir yang aneh - aneh," Kata Karisma mengingatkan.

     "Kalau semakin dipikir, semakin nggak paham, deh. Mending, kita lanjutkan besok aja, daripada nanti stress terus mikir ini. Ayo kita pulang," Saran Arief sambil berdiri lalu mengambil tasnya.

DEATH CLASSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang