"Seperti yang kubilang," Ochi mendekati Raya dengan memasang wajah merayu. "Raya...... Ini caranya gimana, ya? Kamu 'kan baik, ajarin dong!"
"Aduh.... Ini 'kan sudah berulang kali dibahas, kamu nggak mengerti juga, Chi?" Raya melihat buku Ochi yang terbuka rapi di depannya.
"Nggak paham.... Ajarin, ya?"
"Aku juga, Ray! Ajarin nomor 5! Nggak paham sama sekali!" Laili ikut bergabung di les privat Raya. Raya menepuk keningnya lalu menghela nafas panjang.
"Sabar, Ray. Kita sudah kembali seperti semula, kok," Karisma tertawa melihat Raya yang mulai cemberut kesal.
"Hah.... Lebih enak kita diteror aja, Ris," Timpal Raya sambil menulis beberapa rumus rumit di buku Ochi.
"Lho? Kenapa? 'Kan kita sudah nggak diganggu lagi. Kamu mau aku diculik lagi?"
"Bukan gitu, Ris. Itu..."
"Raya suka diteror soalnya penerornya adik kelas kita, Ray! Dia 'kan bisa tanya-tanya sumber terpentingnya!" Sahut Syifa.
"Ohhh..... Apang, ya!" Timpal Putri.
"Kalian ini apa-apaan, sih!" Pipi Raya mulai memerah seperti kepiting rebus.
"Wuahh..... Pipi kamu merah, Ray!"
"Nggak! Ah! Ada yang ketuk pintu, tuh! Bukakan sana!" Raya mengalihkan perhatian sambil menutupi pipinya.
"Jangan-jangan Apang, Ray!" Putra membukakan pintu sambil tertawa.
"Trisna ada?" Ningsih melongok ke dalam kelas.
"Woaahhh! Tris! Dicariin, nih! Ning! Perhatian banget, sih...." Goda Tya.
"Apaan! Aku cuma ada urusan sebentar sama Trisna, kok!"
"Urusan apa, Ning?! Rumah tangga, ya?!" Cetus Laili yang disambut dengan tawa seisi kelas 8A.
"Ampun, deh! Kalian jangan ramai-ramai, dong! Kita keluar aja, Ning!" Trisna langsung menarik Ningsih keluar kelas.
"Cieee!!! Pangeran Trisna marah, nih!!"
"Rief! Nggak ada yang apel, nih?" Tanya A'yun dengan nada menyindir.
"Si dia sudah punya yang lain, Yun," Arief menunduk lesu.
"Wahh..... Tina sudah direbut, Rief?! Itu nggak boleh terjadi, dong! Tunjukkan kejantananmu, Rief!" Sahut Hira.
"Aku terlalu lemas untuk bisa mendapatkan kembali dirinya, Hir,"
"Kata-katamu, Rief! Puitisnya minta ampun! Kamu aja yang nggak usaha! Si Tina direbut sama orang lain, kan'?!" Timpal Bila.
"Apalah dayaku, yang si dia nggak peka-peka," Karisma ikut menerawang.
"Sabar, Ris! Suatu hari nanti, mungkin si dia akan peka!"
"Tapi itu SUATU HARI NANTI, lho Ris!"
"Jangan terlalu berharap, ya!"
"Hahahahahahahahahahahaha!!!!!"
***
DON'T FORGET TO VOMMENTS AND FOLLOW INSTAGRAM FIGHT A!
SALAM FIGHT A!
KAMU SEDANG MEMBACA
DEATH CLASS
Подростковая литератураDelapan A ( 8A ) diulangi lagi biar paham, DELAPAN A. Siapa yang nggak kenal si kelas artis yang selalu keluar dari mulut para guru? Kami memang kelas rusuh, but, cerita suka dan duka tak pernah lepas dari kelas kami. Kejadian aneh satu persatu mula...