-Arief POV-
Hari ini berjalan seperti biasa. Tak ada yang menyenangkan, maupun menyedihkan. Singkatnya, semua memang berjalan seperti biasanya. Aku masuk ke dalam kelas yang sudah kuduga pasti sudah ramai. Maklum saja, aku selalu berangkat jam 6, sedangkan karena 8A paling rajin. Bisa dibilang, mereka seperti nggak pulang dari sekolah. Aku yang ketua kelas saja bingung dengan tingkah laku wargaku.
"Kerjakan apa?" Tanyaku sambil duduk di bangkuku tepatnya di sebelah Irfan.
"Kamu sudah kerjakan Bahasa Inggris, Rief?" Irfan tidak mengalihkan pandangannya dari kertas koran yang sedari tadi dipelototinya.
"Bahasa Inggris? Tugas apa?"
"Jangan bilang kamu juga lupa, Rief! Kita 'kan disuruh mencari apa yang bisa dan tidak bisa kita lakukan di koran! Ini punyaku, lho! Jangan ambil!"
"Ya Allah! Aku lupa! Gimana, nih?!"
"Pokoknya, koran ini aku duluan yang ambil. Kamu cari aja di perpus! Selamat mencari!"
"Jahat kamu, Fan!" Aku langsung berlari keluar kelas menuju perpustakaan.
Setelah mengambil beberapa koran, aku langsung kembali menuju kelas untuk mengerjakan tugasku. Karena jalan menuju perpustakaan melewati 8B, tak sengaja aku bertemu Tina yang juga mau ke perpustakaan.
"Eh, h, hai, Tin!" Ucapku gugup sambil menundukkan kepala. Tina hanya mengangguk menatapku dan pergi. Aku hanya menatap punggung Tina yang sudah menghilang di balik pintu perpustakaan.
'Bodoh banget kamu, Rief!' Gumamku dalam hati lalu berlari kembali menuju kelas.
***
Bel pertanda neraka sudah selesai berbunyi, tanpa dikomando anak 8A sudah berhamburan keluar kelas. Kemana? Tidak lain dan tidak bukan pasti kantin. Aku, Irfan, Pras, dan Tama langsung menuju ke stand soto ala Mbak Da! Mbak Da yang pasti sudah hafal pesanan kami, dengan sigap menyiapkan 4 porsi soto.
"Setelah ini pelajaran apa?" Tanya Tama sambil memasukkan sesendok nasi ke mulutnya.
"I...PE....EWS..." Irfan menjawab dengan mulut yang hampir tidak ada ruang kosong sama sekali.
"Tuh mulut kosongkan dulu, Fan! Baru ngomong! IPS, ya? Siap-siap bantal aja, deh!"
"Santai aja, deh! Paling juga disuruh kerjakan tugas atau jamkos," Sahut Pras.
"E, e, ehhh.... Nggak boleh seperti itu! Kita harus segera kembali ke kelas!" Kataku sambil memasukkan sesendok soto ke mulutku.
"Iya, iya. Pak Ketu, tapi setelah sotonya habis, ya!" Seru Irfan sambil tertawa.
"Siiipp!!"
***
BRUUUKK!!!
"Maaf!" Aku langsung membantu anak yang kutabrak mengambil buku-bukunya.
"Nggak apa-apa, Rief! Aku bisa sendiri, kok!"
Aku langsung mendongak. "Ti, Tina? Maaf! Aku nggak sengaja!" Aku langsung memberikan buku-bukunya.
"Maka..."
"Rief! pak Sueb sudah datang! Cepat masuk!" Irfan memotong ucapan Tina. Aku mengangguk mengerti.
"Maaf, Tin! Aku duluan!"

KAMU SEDANG MEMBACA
DEATH CLASS
Teen FictionDelapan A ( 8A ) diulangi lagi biar paham, DELAPAN A. Siapa yang nggak kenal si kelas artis yang selalu keluar dari mulut para guru? Kami memang kelas rusuh, but, cerita suka dan duka tak pernah lepas dari kelas kami. Kejadian aneh satu persatu mula...