STORY 12

465 36 5
                                    

     "Kok bisa, Fit?!" Tanya Karisma cemas.

     "Aku, aku nggak tahu! Waktu aku mau menyetorkan uang kas ke bu Luthfah, dompet kas isinya kosong! Gimana ini, Ris?!" Fitri mulai panik.

     "Kamu taruh dimana dompetnya, Fit?" Tanya Arief. Fitri menoleh ke Arief.

     "Selalu aku taruh di tas, bagian depan. Raya, Keysha, Tya, sama Syifa juga tau, kok. Kalau misalnya aku taruh di loker, pasti langsung kubelitkan dengan kaos kaki, biar nggak ada yang ambil," Fitri menjelaskan cemas-cemas takut.

     "Kaos kaki?" Tama secara tidak sadar langsung terkekeh pelan.

     "Salah? Uangnya nggak sedikit, lho. Kamu juga nggak pernah bayar, gitu," Fitri meledek Tama.

     "Sudah, sudah. Berapa jumlah uang yang hilang?" Tanya Karisma. Fitri terlihat berpikir.

     "Terakhir aku hitung, jumlahnya 475.000. Kalau ditambah yang bayar hari ini...." Fitri menghitung dengan jarinya. "Kira-kira ada 545, Ris," Fitri mengangguk yakin.

     "Sebanyak itu?! Kaya banget kelas kita!" Arief tertawa bangga.

     "Apanya, ketua kelas sama ketua OSIS nggak pernah bayar. Hutangnya menumpuk, tuh!" Ujar Fitri jengkel. Arief hanya tertawa kecil.

     "Coba lihat dompetmu. Tadi pagi masih ada?" Tanya Karisma mendahului Fitri masuk ke kelas.

     "Tadi pagi jelas masih ada, soalnya banyak anak yang bayar. Sampai istirahat pertama tadi, aku nggak buka dompet. Soalnya, susah kalau harus buka-buka tas. Jadi, aku selipkan saja uangnya di buku kas," Jelas Fitri.

     "Waktu itu, uang di buku kas masih ada?"

     "Masih, nggak berkurang sepersen pun,"

     Karisma langsung menuju ke bangku Fitri sambil membuka tasnya.

     "Di bagian depan, kan'?" Tanya Karisma yang langsung dijawab anggukan Fitri.

     Karisma langsung mengambil dompet kas Fitri lalu membukanya. Selembar kertas. Karisma langsung mengambil kertas itu lalu membacanya.

     "Apa isinya, Ris?" Tanya Arief. Karisma langsung menunjukkan kertas itu ke mereka bertiga.

     "Semuanya belum selesai, tunggu sampai ketua kelas kalian menyadari kesalahannya," Arief membaca isi kertas itu sambil bergidik ngeri.

     "Si peneror ini, beneran suka banget sama Arief, huh," Kata Fitri sambil melirik Arief dengan tatapan mengejek.

     "Apaan, hei! Begini-begini aku famous, lho! Jangan meremehkan, ya!" Sahut Arief tidak terima tatapan mengejek dari Fitri.

     Fitri membuang muka. "Famous apanya, mereka kan' hanya lihat covermu aja, Rief. Nggak lihat dalamnya gimana," Ledek Fitri lagi.

     "Sudah, ah! Kita mau bahas uang yang hilang kok malah berantem sendiri. Fit, kamu mau uangnya ketemu, nggak?!" Karisma mulai menggeram kesal.

     "Ya iyalah, Ris! Bisa berakhir di kolam ikan aku kalau nggak ketemu! Si peneror ini memang minta di pukul pakai tongkat baseball!" Seru Fitri kesal. Karisma hanya tertawa kecil mendengarnya.

DEATH CLASSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang