STORY 9

530 37 13
                                    

     "Aku.... Cinta..... Ketua kelas?" Ica berkata setengah tak percaya.

     "Iya, seingatku, itu yang ada di kertasnya. Ah, ditulis dengan spidol warna merah," Sahut Ana. Yang lainnya hanya terdiam.

     "Ketua kelas? Maksudnya Arief? Nggak mungkin," A'yun menggeleng tak percaya.

     "Mau nggak mau, kita harus percaya, Yun. Surat itu dikirim ke Ana, anak kelas kita. Nggak mungkin kan' kalau itu buat kelas yang lain?" Timpal Amal setengah tidak percaya.

     "Ada anak suka sama Arief? Keren," Ujar Fitri.

     "Dia lihat covernya Arief aja, sih. Nggak tau dalamnya gimana. Kalau tau, kujamin anak yang suka sama Arief pasti langsung menarik kata-katanya," Kata Keysha dengan nada yang SEDIKIT menyindir.

     "Heh? Kalian nggak percaya kalau ada anak yang suka sama aku?" Tanya Arief bingung. Sontak semua anak kelas 8A mengangguk.

     "Yang suka sama kamu kalau nggak orang gila, pasti anak itu udah buta," Cetus Ochi. Anak-anak langsung mengangguk lagi.

     "Benar nggak ada yang percaya?" Arief bertanya dengan nada memelas.

     "Nggak," Anak-anak menjawab serempak. Arief semakin terpuruk.

     "Hahh.... Nggak apa-apa kan' lagipula aku nggak bisa jawab perasaan anak ini," Arief mengomentari sambil merapikan rambutnya.

     "Tina aja nggak mau sama kamu, Rief!" Kata Sekar dengan nada mengejek. Dalam hitungan detik, anak-anak 8A langsung tertawa serempak.

     "Aduh.... Kalian ini. Sudah bercandanya, sekarang kita kembali ke kasus. Kok malah goda Arief," Kata Karisma yang juga tak bisa menahan tawanya.

     "Yah.... Kamu sendiri juga ketawain aku, Ris," Arief semakin manyun. Karisma hanya tertawa geli.

     "Ok, ok. Cukup. Kita kembali ke kasus. Pertanyaannya, kenapa si peneror kirimkan kita surat yang isinya jelas konyol gini? Di kadonya Ana, lagi," Kata Karisma sambil memasang raut wajah serius.

     "Iya, ya. Ana kan' sudah punya kak Adis. Kalau mau kirim surat kayak gitu, ngapain lewat Ana? Kenapa nggak ditaruh di lokernya Arief sendiri aja? Dan kenapa pakai acara teror-teroran yang hampir membuat nyawa anak kelas kita hampir melayang? Aneh," Kata Hira menanggapi.

     "Tumben kamu peka, Hir. Ok, pertanyaan itu banyak yang harus dijawab. Sementara itu, semuanya harus lebih daripada siaga satu. Kita akan coba buka kedok si peneror jika ia nggak kapok-kapok neror kelas kita," Kata Arief yang disambut anggukan serempak warga 8A.

***

     "Rief!" Panggil Putra sambil berlari ke arah Arief. Arief langsung menoleh.

     "Kenapa, Put?" Tanya Arief.

     Putra masih mengatur nafas sebelum ia bicara, "Rief, aku dapat info dari anak-anak perempuan. Gosipnya, kalau kita tanya siapa saja yang suka sama kamu, pasti setengah dari mereka langsung jawab iya," Jelas Putra. Arief tertegun.

     "Sebanyak itu? Wah, aku terkenal, ya," Arief langsung pasang wajah SOK keren.

     "Nggak usah kegeer-an deh, Rief. Biasa kalau adik kelas suka sama kakak kelas mereka," Putra menjatuhkan Arief yang sudah sampai atap sekolah.

DEATH CLASSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang