"Jadi ada apa, Ris? Muka anak-anak kelihatan tegang banget, tadi," Kata Arief sambil meletakkan tasnya di bangkunya.
Karisma terdiam. Arief melambaikan tangan di depan wajah Karisma.
"Woi, Karisma! Kamu dengar aku atau nggak?" Spontan Karisma terkejut.
"Eh, iya Rief. Aku dengar. Mmm... jadi gini, Ana dapat hadiah. Hadiahnya cantik banget. Makanya Ana pikir, itu dari kak Adis. Tapi begitu Ana buka......" Kata-kata Karisma terputus. Arief menunggu kelanjutan cerita Karisma. "Mmm... isinya bangkai tikus, Rief," Lanjutnya. Sontak Arief meloncat dari tempat duduknya.
"Serius?! Bangkai tikus?! Jangan bilang kalau itu dari..." Karisma langsung mengangguk. Arief terdiam beberapa saat. "Terus? Kertas di tangan kamu itu apa, Ris?" Tanya Arief sambil melihat kertas di tangan Karisma.
"Ini... kayaknya surat tantangan dari si peneror, Rief," Karisma memberikan kertas tersebut ke Arief. Arief membacanya sekilas.
"Ng... Ris, ini artinya apa?" Tanya Arief yang langsung disambung tepukan di jidat Karisma.
"Kamu suka main game tapi nggak tau arti kata "WAR", Rief? Terlalu banget," Karisma langsung mengambil kertas dari tangan Arief. "Ini artinya "PERANG DIMULAI". Ampun, Rief. Belajar lagi sana!". Ujar Karisma sambil mengelus dada. Arief hanya tertawa kecil.
"Peneror itu lagi, huh. Kenapa semuanya makin aneh aja ya, Ris?" Kata Arief sambil berpikir keras. Karisma hanya diam.
"Sampai sekarang aja, kita nggak dapat info apa-apa soal motif si peneror, Rief. Kayaknya, peneror ini dendam banget sama kelas kita. Yang aku tau, kemungkinan si peneror itu adik kelas. Masalahnya, adik kelas kita yang neror kita ini pintar banget, Rief. Bahkan satu pun jejaknya nggak ada yang bisa kita lacak," Jelas Karisma menundukkan kepalanya. Arief hanya manggut-manggut tanda mengerti.
Tiba-tiba, Putra menghampiri Karisma dan Arief. Mereka langsung menoleh ke arah Putra yang terlihat tergesa-gesa itu.
"Kenapa, Put?" Tanya Arief langsung berdiri dari tempat duduknya.
"Ana..... Ana pingsan, Rief!" Kata Putra dengan nafas terengah-engah.
"K, kok bisa Put?! Kenapa?!" Karisma langsung berlari ke arah UKS yang langsung diikuti Arief dan Putra.
Sesampainya di UKS, Laili, Ochi, Sekar, dan beberapa siswi 8A yang lain disitu dengan raut wajah khawatir.
"Ana kok bisa pingsan?!" Tanya Karisma ke Laili.
Laili gemetar ketakutan. "Aku, aku nggak tau Ris. Waktu aku kasih teh hangat buat Ana, lalu dia muntah-muntah lalu tiba-tiba dia pingsan," Jawab Laili tergagap.
Arief menghampiri teh hangat yang dibuat Laili. Lalu menuju ke tempat Ana tertidur. Ia tersentak. "Panggil ambulans," Kata Arief sambil melihat ke arah anak-anak 8A.
"Kenapa, Rief?!" Tanya Karisma sambil mengguncang tubuh Arief.
"Nanti aja aku jelaskan! Sekarang panggil ambulans dulu!" Ochi langsung menuruti perintah Arief. "Put, bantu aku memindahkan Ana. Dia keracunan," Kata Arief yang dijawab anggukan Putra.
"Keracunan?!" Sontak anak-anak 8A berteriak bersamaan.
***
"Untung saja hanya langsung dibawa kesini. Racun bisa segera ditangani," Dokter menjelaskan. Anak-anak 8A yang mengantar Ana mengangguk mengerti.
"Dia keracunan apa, dok?" Tanya Karisma.
"Oleander. Racun dari bunga Nerium oleander. Gejalanya muntah-muntah seperti yang dialami temanmu. Untung saja dia tidak sampai serangan jantung,". Dokter menoleh ke arah Ana. "Tenang saja, dia sudah lewat masa kritis. Kalau begitu, saya permisi dulu," Dokter keluar dari kamar tempat Ana dirawat.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEATH CLASS
Подростковая литератураDelapan A ( 8A ) diulangi lagi biar paham, DELAPAN A. Siapa yang nggak kenal si kelas artis yang selalu keluar dari mulut para guru? Kami memang kelas rusuh, but, cerita suka dan duka tak pernah lepas dari kelas kami. Kejadian aneh satu persatu mula...