STORY 3

741 49 1
                                    

     "Hei, yang serius aja, dong! Pasti ada yang melempar atau sengaja menjatuhkan kaca itu ke bawah! Jangan mikir yang aneh - aneh dulu, deh!" Kata Tama mencairkan suasana yang terlihat mulai menegang.

     "M, mungkin juga, ya. Kalian berdua mending nggak usah latihan basket dulu aja, deh. Langsung pulang aja. Tuh, Ki! Kamu buat Vivi khawatir, tuh!" Jawab Dinda sambil mengambil tasnya. "Kalau gitu, aku pulang dulu, ya!" Dinda pun ngeluyur pergi.

     "Gimana? Kamu pulang aja, ya? Besok nggak usah masuk?" Tanya Vivi ke Zaki.

     "Luka kayak gini ngapain nggak masuk sekolah? Aku nggak apa - apa, kok. Nggak usah khawatir. Tam, ayo pulang," Zaki pun berdiri diikuti Tama.

***

     BRAAKK!!!

     Suara pintu dibanting terdengar di kelas 8A. Terlihat Laili berlari memasuki kelas seperti dikejar setan.

     "Hei, hei, hei! Kalian sudah dengar belum?! Zaki sama Tama kemarin hampir kejatuhan kaca, lho! Dan yang paling buat penasaran, kacanya itu kaca pigoranya Syifa!" Seru Laili antusias. Syifa dan Sekar kaget bukan main.

     "Terus?! Tama luka, nggak? Parah, nggak? Ceritakan sedetail - detailnya!" Kata Syifa mendekati Laili, yang pasti akan bercerita panjang lebar kali tinggi.

     "Kalau soal luka, sih, nggak terlalu parah. Mereka cuma kena serpihan - serpihan kecilnya, kok. Kalau mau info lebih full, tanya aja ke Dinda. Dia ada di TKP waktu itu," Jelas Laili sambil menunjuk Dinda.

     "Huff....... untung aja," Sahut Syifa lega. Disusul dengan senggolan di bahu oleh Ana.

     "Cieeee, yang lagi khawatir! Tenang aja, Fa! Mungkin mereka masuk hari ini!" Kata Ana dengan nada menyindir. Dan benar saja, di pintu, terlihat Tama dan Zaki dengan perban di kaki masuk ke kelas sambil mengobrol ria.

     "Kalian nggak apa - apa? Parah, nggak?" Tanya Syifa spontan ketika Tama sudah duduk di bangkunya.

     "Cieeee........ kata - katanya Syifa persis banget kayak Vivi yang khawatir sama Zaki, nih!" Teriak Dinda, diikuti teriakan dari siswi 8A yang lain.

     "Apa, sih, kita cuma teman, ya!" Sahut Syifa sewot sambil kembali duduk di bangkunya dengan hati dongkol.

     "Cieeee........ yang ngambek, nih!" Teriak Sywa, diikuti yang lain.

     Sementara yang lain sibuk menggoda pasangan sejoli itu, Sekar berpikir keras. Karisma yang menyadari itu pun bertanya.

     "Kamu kenapa, Kar? Wajahmu kok serius banget, gitu?" Tanya Karisma sambil duduk di sebelah Sekar.

     "Oh, aku cuma mikir yang kemarin, Ris. Sebelum pulang, aku sama Syifa bersih - bersih kelas dulu, nah, aku bagian bersihkan belakang kelas. Kaca pigoranya Syifa juga awalnya dia taruh disitu. Tapi, waktu aku bersihkan, kaca itu udah nggak ada. Kupikir, mungkin dibuang sama anak - anak karena nggak penting. Terus, terjadi deh, insiden Tama sama Zaki yang hampir kejatuhan kaca, kaca pigoranya Syifa, lagi. Bukannya itu aneh, ya, Ris?" Jelas Sekar masih dengan raut muka serius.

     "Nah, tuh! Kemarin aku juga mikir gitu, lho, Kar! Tapi, kata anak - anak itu mungkin ada yang sengaja jatuhkan atau memang ada kaca disitu yang tiba - tiba jatuh. Aneh, kan'?" Dinda yang sedari tadi mendengar percakapan Karisma dan Sekar pun menyahut.

     "Sebentar, kalian bilang, kaca pigoranya Syifa awalnya ada di belakang kelas, kan'?" Tanya Karisma, lalu dijawab anggukan oleh Sekar dan Dinda. "Lalu, kaca itu tiba - tiba jatuh dari atas, dan hampir kena Tama dan Zaki?" Sekar dan Dinda kembali mengangguk. "Aneh, gimana caranya mengambil kaca dari kelas kita? Padahal, ada Syifa dan Sekar yang bersih - bersih kelas. Kenapa ini sama kayak kasus laptop dan HP milik Faul dan Dyan, ya?" Karisma memasang raut wajah sangat serius.

DEATH CLASSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang