"Maksudmu.... Pelakunya yang sebenarnya bukan si Feri itu, Na?" Tanya Arief memastikan ucapan Maulana. Maulana mengangguk mengiyakan.
"Cuma firasat aja sih, Rief. Kalau nggak mau percaya juga nggak apa - apa. Tapi, kita harus hati - hati, jangan lengah," Ujar Maulana. Giliran Arief yang mengangguk tanda mengerti.
"Oh.... Jadi, kalian diskusi tanpa aku, ya?" Tiba - tiba Karisma sudah ada di dekat Arief dan Maulana.
Maulana tanpa aba - aba lagi, langsung kabur kembali ke bangku asalnya. Giliran Karisma yang mengambil alih kursi yang di duduki Maulana tadi.
"Kalian diskusi apa lagi, sih? Bukannya kasus peneroran sudah selesai?" Tanya Karisma. Arief hanya terdiam. "Hei, Rief. Aku tanya, diam aja," Karisma menepuk pundak Arief. Arief sontak terkejut.
"Eh, ya? Kenapa, Ris?" Arief bertanya dengan wajah tanpa rasa bersalah. Karisma hanya menarik nafas panjang maklum.
"Kenapa, Rief? Kamu kelihatan khawatir gitu," Karisma memperhatikan wajah Arief yang tampak kusut -atau memang sudah darisananya-
"Aku cuma mikir kata - katanya Maulana tadi, Ris," Jawab Arief sambil menerawang.
"Memang, Maulana tadi ngomong apa?" Karisma mulai tertarik dengan arah pembicaraan Arief.
"Dia bilang, pelaku sebenarnya bukan si Feri yang kita tangkap itu, Ris,"
"Kok bisa? Kenapa?" Karisma bingung. Arief melihat Karisma.
"Ris, menurutmu, apa motif si pelaku meneror kelas kita. Bahkan, dia nekat hampir membunuh Pras, Zaki, dan Tama?" Tanya Arief dengan raut wajah serius. Karisma kaget, sekaligus mengangguk mengiyakan. Kenapa dia tidak berfikir seperti itu?
"Iya juga, Rief. Harusnya, si pelaku punya motif yang kuat buat neror kelas kita. Ah, kenapa kita nggak interogasi aja dia," Karisma kesal sendiri.
"Kita nggak bisa interogasi dia, Ris. Dia pasti nggak mau buka mulut,"
"Kasus ini belum selesai, Rief," Karisma menoleh ke Arief yang dijawab anggukan setuju dari Arief.
***
"Kasusnya belum selesai?! Kenapa? Kok bisa?" Tanya Tya yang kaget begitu Arief dan Karisma mengumumkan hasil penyelidikan mereka di depan kelas.
"Kita masih punya tugas
Apa motif si pelaku, siapa pelaku sebenarnya, dan untuk apa dia melakukan peneroran ini ke kelas kita. Tugas kita, adalah mencari jawaban atas itu semua. Dan dimohon untuk lebih ekstra hati - hati lagi, jangan sampai salah satu dari kalian ada yang terluka lagi," Jelas Karisma. Semuanya langsung mengangguk serempak."Seperti biasa, aku akan membagikan tugas - tugas kalian. Yang laki - laki akan mendapat tugas lumayan berbahaya, sanggup kan'?" Kata Arief menoleh pada barisan laki - laki.
"Sanggup lah, Rief! Jangan meremehkan kami!" Jawab Putra disambut tawa kecil seisi kelas.
"Ok, yang perempuan. Aku mengandalkan insting wanita kalian, ya. Terutama telinga. Kalau ada gosip tentang kelas kita sedikit saja yang membantu penyelidikan, segera cari tau sampai detail terkecil," Jelas Arief menoleh ke bagian perempuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEATH CLASS
Teen FictionDelapan A ( 8A ) diulangi lagi biar paham, DELAPAN A. Siapa yang nggak kenal si kelas artis yang selalu keluar dari mulut para guru? Kami memang kelas rusuh, but, cerita suka dan duka tak pernah lepas dari kelas kami. Kejadian aneh satu persatu mula...