STORY 6

593 42 12
                                    

     SKAK MAT

     Kata - kata yang cocok untuk menyatakan keadaan Feri Alviano saat ini. Ketika kakak kelasmu datang ke kelasmu dan langsung melabrakmu di depan orang banyak. Bukan hanya satu atau dua orang kakak kelas, tapi seluruh siswa kelas 8A menemuinya langsung di kelasnya. Dengan wajah yang berpura - pura tidak tau apa - apa, Feri mencoba menyambut kakak - kakak kelasnya itu.

     "Ha, halo kakak - kakak, sampai repot - repot datang kesini. Ada apa, ya?" Tanya Feri dengan wajah polos yang menurut anak 8A SANGAT menjijikkan.

     "Nggak usah sok polos, adik kelasku yang manis," Kata Ica berusaha sabar sesabar - sabarnya.

     "Apa yang kamu lakukan ke teman - teman kami?" Ujar Nanda dengan senyum yang SANGAT dipaksakan.

     Itulah yang membuat Feri tak bisa berkutik sekarang. Dalam hitungan detik, ia langsung berlari ke arah kantin. Sialnya, luka di kakinya membuatnya kesulitan untuk berlari. Alhasil, Feri berhasil diringkus dan dibawa ke hadapan pak Rusdi, selaku WaKa kesiswaan.

     Arief memberikan map berisi hasil sidik jari. "Ini, pak. Bukti bahwa dia yang melakukan kekacauan di kelas kami," Kata Arief yang langsung diterima oleh pak Rusdi.

     "Pantas saja akhir - akhir ini kelasmu selalu kelihatan sibuk. Jadi karena masalah ini, Rief?" Ujar pak Rusdi yang langsung dijawab anggukan mantap dari Arief. "Baiklah. Saya akan berdiskusi dulu dengan kepala sekolah. Anak ini kayaknya pantas dikeluarkan saja," Pak Rusdi menjitak kepala Feri yang membuat Feri langsung mengusap kepalanya.

     "Makasih, pak. Kalau begitu, saya permisi dulu,"

     "Rief, titip salam sama temanmu yang di rumah sakit itu, ya," Kata pak Rusdi. Arief hanya tersenyum mengiyakan.

***

     Flashback...

     "Feri Alviano?" A'yun bertanya dijawab dengan anggukan mantap Priyo.

     "Yep. Ternyata benar. Dia adalah salah satu tersangka yang kukumpulkan,"

     "Gimana kamu bisa menyisihkan tersangka - tersangkanya?" Tanya Ica.

     "Seseorang yang kita anggap pembunuhlah yang menyelamatkan kita," Ujar Priyo sambil tersenyum tipis. Semuanya tertegun.

     "Maksudmu..... Trisna?" Tebak Sekar sedikit ragu. Priyo mengangguk mengiyakan. Yang lainnya langsung diam.

     Hening seketika. Mereka merasa bersalah kepada Trisna. Karena mereka sudah menuduh Trisna yang tidak - tidak.

     "Duh.... Gimana, nih. Kita beneran bersalah banget sama Trisna," Kata Ica mulai khawatir.

     "Kita tangkap dulu pelakunya," Ujar Priyo. Semuanya langsung menoleh ke arah Priyo.

     "Gimana caranya, Yo? Kamu punya bukti?" Tanya Arief yang sedari tadi diam.

     "Bukti yang sangat kuat," Priyo pun mengeluarkan map besar yang disimpan di tasnya. "Ada di dalam map ini. Berterima kasihlah pada Trisna, teman - teman,"

DEATH CLASSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang