Sekolah berjalan seperti biasa, Karisma juga telah keluar dari rumah sakit. Sepulang sekolah, tepatnya di ruang kepala sekolah, masalah yang menimpa anak 8A sekarang berbeda......
"Jadi, apa lagi yang kalian lakukan?" Kepala sekolah 8A, yang tak lain tak bukan adalah pak Ito, berdiri di depan anak-anak 8A sambil meneliti mereka satu persatu.
Warga 8A hanya bisa tertunduk pasrah. Arief selaku ketua kelas mulai menggigil ketakutan.
"I, itu... Anu... Pak.... Kami.... Kami hanya berusaha menyelamatkan kelas kami, nggak merugikan yang lain, kok," Karisma menjawab sambil menunduk. Disahut dengan anggukan anak-anak yang lain.
Pak Ito menatap anak-anak 8A tajam membuat penghuni 8A tidak berani mengadahkan kepala sama sekali. Beberapa menit kemudian, pak Ito mengalihkan pandangannya dan menghela nafas panjang (mungkin capek karena menatap tajam terus, takut matanya ikut keluar):p
"Saya sudah mendengar laporan dari pak Rusdi, kalian sering keluar kelas, kalian sering tidak mengerjakan tugas, dsb. Bahkan beberapa dari kalian nilainya menurun. Beberapa minggu yang lalu pun, ambulans datang kesini dan membawa salah satu anak dari kelas kalian, sebenarnya ada apa? Apa kalian tidak bisa diam sehari saja?" Pak Ito melihat anak-anak 8A satu persatu.
'Nggak, pak,' Ana menggumam sambil cemberut.
'Namanya 8A mana bisa diam, pak,' Sahut Sekar yang ada di sebelah Ana dengan suara yang tidak kalah pelan.
"Saya sepertinya mendengar suara halus, tadi! Ada yang berbicara?!" Pak Ito langsung menatap tajam anak-anak 8A satu persatu.
"Hanya perasaan pak Ito, saja. Daritadi kami diam, pak," Jawab Putri sambil tersenyum paling manis seperti gula (Nanti dikerubuti semut, loh) :p
"Baiklah. Hukuman apa yang pantas untuk kalian?"
"Jangan dihukum, pak. Kami janji jadi anak rajin dan manis, ya?" Arief membentuk peace di jari kedua tangannya.
"Kalian nggak ingin dihukum?" Pak Ito menatap anak-anak 8A satu persatu.
Warga 8A spontan mengangguk bersamaan. Pak Ito terlihat berpikir.
"Tolong, pak.... Kami nggak apa-apa dapat tugas banyak, yang penting jangan dihukum, pak..." Arief memasang wajah memelas. Dan dalam hitungan detik, semua mata menatap ke arah Arief.
"Ohhh.... Kalian nggak apa-apa dapat tugas banyak, ya. Setuju kalau begitu. Nanti, khusus untuk 8A, akan saya minta guru-guru untuk memberikan tugas tambahan. Dan tidak ada protes," Semua anak-anak 8A langsung menatap Arief tajam siap menerkam Arief kapan saja. Arief hanya tertunduk pasrah.
"Baik, pak..." Jawab Arief sambil bersiap untuk berbalik dan keluar ruang kepala sekolah saat kepala sekolah mencegatnya.
"Tunggu, Rief," Sontak Arief dan yang lainnya menoleh ke arah kepala sekolah.
"Terima kasih karena sudah menangkap anak yang membuat masalah itu, kalian tidak akan dihukum, tugas-tugas kalian hanya akan bertambah sedikit. Itu sebagai penghargaan kalian. Sekali lagi terima kasih,"
Wajah anak-anak 8A yang semula mendung langsung menjadi cerah seperti diterpa matahari. Tawa dan senyum terima kasih terpancar jelas dari wajah mereka.
"Terima kasih, pak!" Ucap anak-anak 8A bersamaan.
Pak Ito mengangguk dan langsung disalami anak 8A satu persatu. Mereka langsung keluar dari ruang kepala sekolah dengan bangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEATH CLASS
Teen FictionDelapan A ( 8A ) diulangi lagi biar paham, DELAPAN A. Siapa yang nggak kenal si kelas artis yang selalu keluar dari mulut para guru? Kami memang kelas rusuh, but, cerita suka dan duka tak pernah lepas dari kelas kami. Kejadian aneh satu persatu mula...