STORY 11

510 43 1
                                    

"Kamu.... Pernah pacaran sama anak ini?" Tanya Karisma tak percaya. Feri mengangguk lesu.

"Apa hubungannya? Kan' kamu pernah pacaran sama dia, bukan pacarnya dia," Kata Arief dengan gaya SOK menggurui.

"Anak ini memang agak psikopat. Dia akan melakukan apapun untuk mendapatkan yang dia inginkan," Feri menjelaskan sambil menatap anak 8A satu persatu. Kemudian ia langsung menoleh ke Arief. "Dan kali ini ia mengincar kamu, kak Arief," Arief langsung kaget setengah hidup, eh mati.

"M.... Ma.. Maksudmu aku yang jadi target selanjutnya?!" Arief mulai panik.

Feri menggeleng. "Bukan, kak Arief bukan target selanjutnya. Anak ini selalu nggak jelas mau menarget siapa," Kata Feri kembali menundukkan kepalanya.

"Terus, apa maksudmu dengan dia mengincar Arief?" Tanya Karisma.

Feri langsung menatap Karisma tajam. "Kak Arief bukan target selanjutnya, melainkan kak Arieflah penyebab adanya target selanjutnya," Jelas Feri yang langsung membuat Arief mundur beberapa langkah.

"Aku.... Penyebab target selanjutnya? Aku?" Arief menunjuk dirinya sendiri tidak percaya.

"Maksudmu.... Arief yang menyebabkan teror ini?" Karisma memastikan jawaban Feri. Feri mengangguk ringan. Lalu wajahnya menjadi tegang.

"Aku, aku sudah memberi tahu kalian semuanya. Aku, aku akan diburu, bagaimana ini?" Feri mulai panik sendiri. Ia menjambak rambutnya kasar. Anak 8A yang melihat itu menjadi tidak tega.

"Tenang saja, kami akan melindungimu," Kata Putra berusaha menenangkan Feri. Feri menggeleng kasar.

"Kalian nggak bisa melindungiku dan keluargaku 24 jam! Sedangkan anak ini punya kekuasaan yang besar untuk mengambil apa saja dalam hitungan detik! Bagaimana aku tidak khawatir? Ah!! Kenapa waktu itu aku suka sama anak ini?!" Feri semakin frustasi.

Suasana semakin tidak mengenakkan karena kekhawatiran Feri. Anak 8A tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain berusaha menemukan si peneror dan melaporkannya ke pihak yang berwajib.

"Untuk sementara ini, kamu jalani saja harimu seperti biasa. Nanti kami minta salah satu atau dua anak kelas kami untuk mengawasimu. Untuk keluargamu, kita doakan saja pekerjaan mereka tetap. Jadi, jangan khawatir," Kata Karisma sambil menepuk pundak Feri pelan. "Kembalilah ke kelasmu seolah-olah tadi nggak terjadi apa-apa. Kami akan berusaha untuk menemukan si peneror nakal ini," Karisma berdiri dari duduknya lalu pergi meninggalkan Feri yang masih tertunduk lesu.

***

"Kamu percaya apa yang Feri katakan tadi?" Tanya Ana sambil berusaha berjalan sejajar dengan Karisma.

"Aku percaya. Sorot matanya tidak menunjukkan kalau dia sedang berbohong. Lagipula, kita dapat petunjuk banyak dari dia, kan'?" Kata Karisma menatap Ana yang terlihat masih meragukannya.

"Iya, sih. Yah, untuk saat ini kita hanya bisa percaya sama si Feri. Karisma, katamu kamu mau kirim anak kelas kita untuk jaga si Feri? Kamu mau kirim siapa?" Tanya Ana lagi. Karisma terlihat sedang berpikir.

"Nggak tahu juga, sih. Enaknya minta tolong siapa, ya?" Karisma mengguman sendiri.

"Aku saja," Putra tiba-tiba muncul di belakang Ana dan Karisma, membuat mereka berdua terlonjak kaget.

DEATH CLASSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang