"BAGAIMANA kalau cayhe pergi bersama sama loocianpwe? mungkin sedikit banyak cayhe bisa membantu dirimu." seru Tu Kioe.
"Apakah kau anggap aku sipengemis tua masih belum sanggup umuk menandingi bocah-bocah ingusan itu?" teriak Soen put-shia dengan sepasang mata melotot bulat.
"Cayhe sama sekali tiada maksud demikian."
"Kalau begitu tak usahlah banyak ribut...."
Kembali terjadi ledakan dahsyat diikuti tubuh perahu goncang dengan kerasnya,
Siauw Ling mengerutkan alisnya lalu berkata, "Rupanya pihak musuh tangguh semakin mendekati perahu panca-warna entah benda apakah yang digunakan untuk menumpuk perahu itu?"
"Bagus sekali! Inilah kesempatan bagi kita untuk menghajar mereka dari dalam.
Meja yang berada ditangan kirinya segera dilintangkan didepan dada kemudian bentaknya keras.
"Air racun kalian tidak seberapa lihay ayoh kalau betul-betul hebat gunakanlah terhadap aku sipengemis tual"
Siauw Ling segera menyambar sepasang sumpit dan dicekalnya ditangan, ia berkata.
"Keadaan sangat memaksa, mau tak mau terpaksa Siauw heng harus turun tangan keji terhadap mereka!"
"Berhadapan dengan musuh tangguh tidak perlu kita berwelas asih sebab kalau kita tidak bunuh pihak lawan maka kemungkinan besar kitalah yang bakal dibunuh oleh mereka. Toako. siauw te merasa kaupun tak usah berwelas kasih lagi terhadap manusia-manusia macam itu."
Haruslah diketahui sepasang tangan ketiga orang itu telah diborgol jadi satu oleh seutas rantai emas yang kuatnya luar biasa, maka dari baik dalam mengambil benda maupun dalam menghadapi musuh. sepasang tangan mereka mau tak mau harus bergerak secara berbareng.
Dalam pada itu Siauw Ling sambil mencekal sepasang sumpit berdiri didepan pintu ruangan memperhatikan gerak gerik son put-shia.
Tampaklah Soen put shia dengau menyembunyikan diri dibalik meja ia berjalan terus hingga tiba didekat tikungan, pada saat itu-lah mendadak pedangnya berputar melancarkan sebuah tusukan kilat.
Siauw Ling pusatkan seluruh perhatian-nya kearah tikungan tersebut, diam-diam hawa murninya telah dipersiapkan, asal ia lihat ada gerakan yang mencurigakan muncul diatas maka serangan senjata rahasia sesuai dengan ajaran dari Tiauw-siancu segera akan digunakan.
Tampak dua belah pedang muncul dari balik tikungan membendung datangnya serangan pedang dari Soen Put Shia.
Tiga bilah pedang saling berbentrokan dengan kerasnya diujung tikungan. namun tidak nampak kemunculan kedua orang bocah berbaju hijau serta ketiga orang dara berbaju hijau yang membawa tabung besi berisi-kan air racun itu.
Soen Put Shia dengan tangan kiri mence-kal meja siap sedia menghadapi semprotan air racun dari ketiga orang dara itu, dengan gerakan yang cepat laksana kilat pula ia menerjang terus kearah depan.
Slapa sangka kejadian selaujutnya jauh di luar dugaan sipengemis tua dari perkumpulan Kay-pang ini, pertarungan telah berlangsung lama sekali namun pihak lawan belum juga munculkan diri, disamping itu tidak ada pula semprotan air racun yang memancar tiba, hal ini membuat hatinya jadi tercengang dan keheranan.
Tenaga dalamnya segera disalurkan keujung pedang, sekuat tenaga disambarnya pedang lawan.... Traaaang! sebilah pedang berhasil ia sampok hingga jatuh keatas tanah.
Bersamaan itu pula tangan kirinya tarik kembali meja pelindung badan itu, pedang ditangan kanannya diperketat dau pedang keduapun berhasil ia sampok rontok
Dengan suatu gerakan yang cepat pengemis ini melongok kebalik tikungan, tampaklah dua orang bocah berbaju hijau itu sedang bongkokkan badan memungut kembali pedangnya yang tersampok jatuh, sementara ketiga orang dara berbaju hijau tadi entah sudah lenyap kemana.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Istana Terlarang - Wo Lung Shen
General FictionLanjutan "Bayangan Berdarah" Dalam cerita "Bayangan Berdarah" dikisahkan bahwa Siauw Ling telah turun ke bawah tebing untuk mencari jamur batu berusia seratus tahun. Pada saat itulah tiba-tiba musuh yang amat tangguh telah menyerang datang sehingga...