"Kalau Coencu memang tidak sudi meloloskan senjata, baiklah, cayhepun akan layani dirimu dengan tangan kosong!" seraya berkata si anak niuda itu masukkan kembali pedsngnya kedalam sarung lalu serahkan ketangan Soen Put-shia.
Perbuatannya ini kontan mengerutkan sepasang alis Pak Thian Coen cu.
"Kau ingin bertempur dengan tangan kosong? mana mungkin kau bisa menandingi diri loohu?"
"Seandainya cayhe terluka ditangan Coencu, hal ini haruslah salahkah cayhe kurang sempurna dalam latihan, meski matipun tidak menyesal. Hanya saja cayhe ingia jelaskan lebih dulu satu persoalan, yaitu aku tidak pernah menculik putri Coen-cu."
"Soal itu loohu bisa percaya tapi tidak ada kau sebagai umpan loohu rasanya sulit untuk menemukan kembali putriku itu, maka dari itu di dalam keadaan yang mendesak, terpaksa aku harus menangkap dirimu hidup-hidup."
"Setiap umat manusla yang ada dikolong langit sama sama tahu betapa lihaynya ilmu silat yang Coen cu millki, ini hari cayhe bisa mendapat kesempatan untuk bertempur melawau Coen-cu, kejadian ini betul-betul merupakan suatu kehormatan bagi diriku. Perduli menang atau kalah cayhe pasti akan layani diri Coen-cu dengan segenap tenaga"
"Heee.... heee heee tidak mudah kau dapatkan kesempatan untuk menangkan diriku" jengek Pak Thian Coen-cu sambil tertawa hambar.
Tiba-tiba ia ayun telapaknya mengirim satu pukulan kemuka.
Dipandangg dari ayunan telapak tangannya seolah-olah suatu gerakan tanpa mengguna-kan tenaga, namun dibalik kehalusan gerak itulah tersembunyi segulung kekuatan yang luar biasa sekali menggulung datang.
Slauw Ling sadar bahwa menang kalah dalam pertempuran kali ini sangat mempengaruhi kehidupan selanjutnya: Oleh sebab itu ia tak berani bertindak gegabah, tubuhnya mengegos kesamping meloloskan diri dari ancaman.
"Hati-hati...." hardik Pak Thian Coen-cu
Tiba-tiba ia ayun telapaknya mengirim satu pukulan kemuka.
Dipandang dari ayunan telapak tangannya seolah-olah suatu gerakan tanpa menggunakan tenaga, namun dibalik kehalusan gerak itulah tersembunyi segulung kekuatan yang luar biasa sekali menggulung datang.
Siauw Ling sadar bahwa menang kalah dalam pertempuran kali ini sangat mempengaruhi kehidupan selanjutnya: Oleh sebab itu ia tak berani bertindak gegabah, tubuhnya mengegos kesamping meloloskan diri dari ancaman.
"Hati-hati...." hardik Pak Tbian Coen-cu
Siauw Ling melengak bercampur kagum tatkala mendengar pihak lawan berhasil mnyebut nama ilmu silatnya dalam beberapa gebrakan, diam-diam pikirnya dalam hati, "Pengetahuan serta pengalaman orang ini dalam hal ilmu silat betul-betul luar biasa
Segera sabutnya, "Tidak salah, Liauw sian cu adalah suhu cayhe!"
"Hehh.... hebh.... tldak aneh sikap serta lagak lagumu sombong dan jumawa sekali!"
Sepasang telapaknya bergerak makin kencang angin pukulan laksana gulungan ombak ditengah samudra melanda datang.
Siauw ling tidak gentar, ia keluarkan ilmu telapak kilat berantai ajaran Lam It Kong yaitu Lian-hoan sam-tiam ciang-hoat yang disertai ilmu totok Cap-jie lan-hoa-hud-hiat Chin untuk bendung semua gasakan serta hantaman angin pukulan Pak-thian Coen cu yang menggila hebatnya.
Dalam pada itu Soen Put shia serta Boe-wie Totiang yang menyaksikan jalannya pertempuran dari sisi kalangan, diam-diam kumpulkan pula tenaga dalamnya untuk bersiap sedia, asal Siauw Ling kelihatan kete-ter dan kehabisan tenaga, mereka berdua de-ngan segera akan melancarkan satu pukulan kilat untuk memberi pertolongan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Istana Terlarang - Wo Lung Shen
General FictionLanjutan "Bayangan Berdarah" Dalam cerita "Bayangan Berdarah" dikisahkan bahwa Siauw Ling telah turun ke bawah tebing untuk mencari jamur batu berusia seratus tahun. Pada saat itulah tiba-tiba musuh yang amat tangguh telah menyerang datang sehingga...