Setibanya di situ sinar mata Kiem Hoa Hujien mulai bekerja keras mencari tempat yang dianggapnya strategis, namun sudah setengah harian lebih dia mencari tanpa berhasil menemukan goa atau lubang bisa digunakan untuk menyembunyikan diri. Terpaksa ia pilih sebuah sudut buntu dan duduk disana.
"Hujien, apakah tempat ini bisa digunakan untuk menahan serangan Lalat darah?" terdengar Sang Pat bertanya sambil melirik sekejap ke arah perempuan itu.
"Mungkin saja dapat!"
"Baiklah! kalau begitu kitapun boleh kasih kabar buat Boe Wie Tootiang sekalian untuk sama-sama berkumpul disini!"
Seraya berkata ia lantas bersuit panjang. Suaranya keras dan nyaring laksana pekikkan naga, tinggi dan lengking membumbung ketengah angkasa.
Lewat sepertanak nasi kemudian, tiba-tiba terdengar suara gonggongan anjing yang santar berkumandang datang.
"Aaah, mereka berhasil menemukan jejak kita" teriak Sang Pat kegirangan. Kembali ia mendongak dan bersuit panjang.
Beberapa saat kemudian tampaklah seekor anjing besar berlari cepat menuju ketepi tebing tersebut dibelakang anjing tadi mengikuti Tu Kioe serta Suma Kan.
"Saudara Tu, toako berada disini. Cepat kau datang kemari" teriak Sang Pat.
Tu Kioe dan Suma Kan mengiakan mereka segera merambat turun kebawah tebing untuk bergabung dengan rekan-rekan lainnya.
"Dimana Soen loocianpwee serta Boe Wie Tootiang?" Siauw Ling menegur tatkala ia tidak menjumpai kedua orang tokoh silat itu ada bersama mereka."
"Dibawah petunjuk anjing yang lain mereka telah masuk kedalam hutan untuk mencari jejak kalian" jawab Tu Kioe.
"Aduh celaka, seandainya mereka sampai bertemu dengan orang-orang dari Goa Hitam, niscaya mereka tak bisa menghindarkan diri dari serangan lalat darah itu."
"Lalat darah? binatang apakah itu?"
"Pada saat keadaan seperti ini tak ada waktu untuk menerangkan persoalan ini kepadamu, kau tunggulah disini menemani toako, dengan andalkan kekuatan anjing ini biarlah kukejar mereka untuk kembali."
"Menurut pendapat cayhe" sela Thio Kie An. "Percuma saja pergi kesana, seandainya mereka bertemu dengan lalat darah. Sekalipun kau berada disitu apa yang bisa kau lakukan?"
"Thio heng, kau tidak mengerti dengan urusan orang-orang Bulim!" tukas Sang Pat. Ia segera loncat bangun dan menepuk kepala anjingnya. "Kali ini terpaksa aku harus merepotkan dirimu lagi!"
"Sang heng berhenti!" mendadak terdengar Ong Hong membentak keras.
"Ada urusan apa?"
"Lalat darah telah tiba?"
Dengan cepat Sang Pat pasang telinga untuk mendengarkan dengan cermat, sedikitpun tidak salah ia dengar ada suara dengusan yang amat nyaring dan ramai berkumandang datang.
"Aaah tidak salah, suara Lalat darah!" serunya kemudian dengan alis berkerut.
Dengan cepat ia bopong anjingnya dan loncat balik kedalam rombongan.
Kiem Hoa Hujien segera bangun berdiri, kepada rekan-rekan yang lain ia berseru, "Harap kalian semua segera mengundurkan diri kesudut tebing sebelah sana!"
Siauw Ling sekalian mengerti akan kelihayan lalat darah tersebut, maka begitu mendengar seruan tadi mereka sama-sama menyembunyikan diri kesudut tebing.
Tu Kioe serta Suma Kan tidak tahu macam apakah makhluk yang disebut lalat darah itu namun menjumpai Siauw Ling sekalian telah mengundurkan diri kesudut tebing maka merekapun sama-sama ikut mundur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Istana Terlarang - Wo Lung Shen
Ficción GeneralLanjutan "Bayangan Berdarah" Dalam cerita "Bayangan Berdarah" dikisahkan bahwa Siauw Ling telah turun ke bawah tebing untuk mencari jamur batu berusia seratus tahun. Pada saat itulah tiba-tiba musuh yang amat tangguh telah menyerang datang sehingga...