18

3K 48 0
                                    

Siauw Ling tak berani bertindak gegabah, hawa murninya segera dihimpun jadi satu dan bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan.

Masing-masing pihak saling bertahan beberapa saat lamanya, terkahir Giok siauw Lang Koen berhasil menguasai diri, serunya ketus, "Hmm! baiklah, memandang diatas wajahnya aku beri waktu sepertanak nasi lagi kepada kalian untuk berunding, kalau kamu sekalian tetap keras kepala dan tak mau tinggalkan tempat ini. Heeh.... heeh.... jangan salahkan kalau cayhe berbuat kurang adat!"

Habis berbicara tanpa menanti jawaban dari Siauw Ling lagi ia putar badan dan berlalu.

"Memandang diatas wajah "Nya"? siapa yang dia maksudkan sebagai "Nya" disini....? apakah ia maksudkan enci Gak Siauw Cha?" pikir Siauw Ling.

Sekarang ia telah merasa yakin bahwa Giok siauw Lang Koen yang ditemuinya sekarang bukan lain adalah sipeniup seruling kemarin malam, ia teringat kembali pemandangan dikala Giok siauw Lang Koen serta Lan Giok Tong sama-sama menaruh rasa cinta yang mendalam terhadap diri Gak Siauw Cha. Karena persaingan inilah menyebabkan sesama saudara misan jadi bentrok dan saling bermusuhan bagaikan air dan api.

Dalam pada itu terdengarlah Soen put shia sedang bergumam seorang diri, "Sedikitpun tidak salah, memang seruling kumala itu...."

"Bagaimana dengan seruling kumala itu?" tanya Siauw Ling dengan wajah tertegun.

Soen Put Shia menghela napas panjang.

"Waai....! aku sipengemis tua pernah menjumpai seruling kumala itu, meski sudah lewat puluhan tahun lamanya tapi aku pengemis tua masih teringat baik-baik, seruling itu memang tidak salah, hanya saja sipembawa serulingnya yang berbeda."

Sebelum Siauw Ling sempat bertanya duduk perkara yang sebenarnya, tiba-tiba terdengar Boe Wie Tootiang berkata pula sambil menghela napas panjang.

"Ooooh, betapa sempurnanya tenaga kweekang yang dimiliki orang ini."

Siauw Ling berpaling kedepan, tampaklah permukaan tanah dimana barusan dilalui oleh Giok siauw Lang Koen telah tertinggal bekas telapak kaki yang amat nyata.

Bukan saja telapak kaki itu sangat jelas bahkan dalam sekali, hal ini tentu saja mengejutkan hati pemuda kita, segera pikirnya, "Diam-diam mengerahkan tenaga dalam untuk meninggalkan bekas telapak yang begitu nyata kesulitan justru terletak pada cara membagi kekuatan yang sempurna.... ia memang sangat lihay!"

Kemudian pikiran lebih jauh, "Kalau memang Soen Put shia telah mengetahui asal usul dari seruling kumala itu, sepantasnya ia tak usah menanyakan asal usul dari Giok siauw Lang Koen lagi, entah apa sebabnya ia bertindak demikian?"

Ketika dia alihkan sinar matanya, tampaklah Soen put shia sedang memandang keangkasa sambil memikirkan satu persoalan, maka tegurnya dengan suara lirih, "Loocianpwee, apakah kau mengambil keputusan untuk tetap berdiam disini?"

"Tal perlu, aku sudah menyaksikan seruling kumala itu, rasanya sudah sepantasnya kalau kita pergi."

"Ooh, kiranya dia sengaja memanasi hati Giok siauw Lang Koen, tujuannya bukan lain hanya ingin melihat seruling kumala itu saja" batin pemuda kita, segera ujarnya, "Jadi loocianpwee mengambil keputusan untuk berlalu dari sini?"

"Sedikitpun tidak salah, sudah kita saksikan sendiri seruling kumala itu, rasanya tetap berada disinipun tiada kegunaannya bagi aku sipengemis tua...."

"Ooh, rupanya dia gunakan akal berbuat kasar tujuannya hanya untuk membuktikan kecurigaan yang sedang dipikirkan dalam hatinya" kembali Siauw Ling berpikir. "Tapi aku telah bentrok dengan Giok siauw Lang Koen, entah apa yang harus kulakukan sekarang, disamping itu entah siapa yang hendak dijumpainya malam nanti, mungkinkah enci Siauw Cha....?"

Rahasia Istana Terlarang - Wo Lung ShenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang