Duabelas

51 3 0
                                    

Sekarang Rifan, Aza, dan Via telah sampai didepan rumah Yasmin. Mereka melihat mobil milik Farell telah berada di garasi rumah Yasmin. Dan tidak begitu jauh dari mobil Farell ada Papanya Yasmin.

"Za lu mau turun ga?"
"Ya turun lah. Via mau turun ga?"
"Turun aja deh, daripada Via sendirian"
"Yaudah"

Rifan, Aza, dan Via pun turun dari mobilnya Rifan. Mereka berjalan menuju tempat Papanya Yasmin berdiri, yang sedang mengambil sebuah barang didalam mobil miliknya.

"Om permisi"
"Eh ada Aza"
"Hehe iya Om", Aza pun salim diikuti dengan Rifan dan Via.
"Ada apa kesini? Tumben"
"Ini temen aku ngajakin pergi, terus Yasmin diajak"
"Oh, didalem ada Farell juga tuh"
"Farell udah daritadi Om?"
"Baru aja sampe ko. Kalian masuk aja"
"Yaudah Om kita masuk ya, permisi Om"
"Iya"

Rifan, Aza, dan Via pun masuk kedalam rumah Yasmin. Mereka tidak lupa mengucap salam.

"Assalamualaikum"
"Wa'alaikumsalam", jawab Farell dari ruang tamu.
"Eh rell? Lu sendirian? Yasminnya mana?", tanya Aza.
"Yasmin lagi ngambil tas"
"Oh", baru saja kalimat itu selesai Aza ucapkan Yasmin keluar dari kamarnya yang berada di sudut kanan ruang tamu.
"Eh udah pada dateng. Mau jalan sekarang?", tanya Yasmin yang telah cantik dan rapih mengenakan baju warna biru langit.
"Iya deh, keburu malem"
"Yaudah gue ngunci pintu kamar dulu ya. Kalian duluan aja"
"Eh iya gaada nyokap lu?"
"Nyokap lagi pergi ke rumah Tante"
"Papa lu sendirian dong?"
"Bentar lagi juga nyokap balik"
"Udahan nih gue ngunci kamarnya"

Mereka pun keluar rumah Yasmin dan pamit dengan Papanya Yasmin. Setelah Yasmin masuk ke mobil Farell dan Aza bersama Via masuk ke mobil Rifan, mereka pun jalan menuju tempat yang dituju.

Lagi lagi mobil Rifan sunyi. Yang terdengar hanyalah radio yang Aza nyalakan. Sedangkan di mobil Farell terdengar suara lelaki mengobrol dengan Yasmin untuk menghilangkan kesunyian didalam mobil miliknya.

Lokasi rumah Yasmin dengan restaurant yang dimaksud Rifan tidak begitu jauh. Dan sekarang mereka telah sampai.

Kelima anak itupun keluar dari kendaraan yang mereka naiki dan masuk kedalam restaurant itu. Rifan memberikan pilihan untuk Aza, Via, Yasmin, dan Farell untuk memesan makanan apa.

"Fan lu ga mesen?", tanya Farell padanya.
"Aza udah tau apa yang bakal gue pesen disini ko"
"Kalian sering kesini?"
"Hmm ya menurut lo gimana?"
"Sering"
"Itu lu udah tau jawabannya"
---

Sekarang mereka telah selesai makan malam dan rifan mengajak mereka ke mall yang kebetulam dekat dengan reastaurant tadi. Rifan mengajak mereka ke toko kado terlebih dahulu.

"Eh za menurut lu kado yang cocok buat Yasmin apa? Kan kesukaan kalian hampir sama lah, beda dikit", kata Rifan yang berbisik dengan Aza.
"Apaan sih lu bisik bisik, ga denger gue"
"Ish dasar budeg, udah deket deket masa ga denger", Rifan menoyor kepala Aza pelan.
"Rifan stop ih", rengek gadis itu.

Ia paling tidak suka bila kepalanya ditoyor oleh Rifan karna memang hanya Rifan yang sering menoyor kepala Aza dengan pelan atau mencubit pipinya juga menarik pelan telinga Aza, sesekali ia juga suka mengkelitikkan Aza.

"Lu mau beliin kado buat Yasmin?"
"Iya"
"Terus nanya ke gue kado yang cocok buat dia apa?"
"Iya"
"Apa ya?"
"Malah balik nanya lagi"
"Coba cari aja dulu"
"Yaudah", Rifan menarik lengan Aza pelan dan membawanya ke sudut kanan ruangan toko itu.

Yang disitu terdapat banyak topeng wajah dengan aneka bentuk dan aksesoris.

"Lu mau jadi pahlawan bertopeng apa? Pake kesini lagi"
"Ya ga lah"
"Lu mau ngerubah Yasmin jadi lebih cantik lagi? Atau lu mau kayak film film tuh yang pake topeng gitu dah. Atau yang mukanya jadi cantik gara gara pake topeng ajaib?"
"Sstt berisik lu", Rifan memasangkan topi badut ke kepala Aza.
"Ih Rifan!", teriak Aza. "Oops gue lupa inikan tempat umum"
"Yaelah selo kali"
"Elu mah ga punya malu"
"Ganteng lu pake itu"
"Gue cewek Rifan!"
"Oh cewek, gue pikir cowok"
"Gajelas lu"
"Betah banget lu pake topinya"
"Anj- astaga Aza, istifar ya ngadepin nih cowok za"
"Ngomong tuh dijaga"
"Ya lu yang ngundang gua ngomong gitu, untung gua alim bisa jaga emosi"
"Alim? Pret"
"Ya daripada elu"
"Alah, betah aja lu pake tuh topi. Demen?"
"Paan sih. Gimana gue mau lepas? orang lu aja megangin topinya terus"
"Oh iya hehehe. Yaudah gausah dilepas. Lu cakepan kayak gini"
"Lu lebih cakep kalo pake yang ini", Aza memakaikan topeng mon*et ke wajah Rifan.
"Gausah pake topeng gue juga udah cakep kali. Emang elu, perlu pake topeng dulu baru cakep"
"Ge er"
"Fakta sih"
"Pake topeng wajah lu aja deh", Aza melepaskan topeng mon*etnya dan memberikan topeng badut untuk Rifan.
"Sekarang serius. Lu pake yang ini"
"Kalo pake yang ini nanti lu klepek klepek lagi sama gua"
"Idih sama Aza. Amit amit ya ALLAH"
"Alah diem diem seneng tuh"
"Lu jadi putrinya gua pangerannya"
"Alay lu"
"Udah ah serius ayok cari kadonya"
"Ya lu yang mulai duluan"

Rifan meninggalkan Aza dan menemui Yasmin yang sedang bersama Farell juga ia menemui Via untuk menyuruh mereka menunggu Aza dan Rifan di toko es krim yang suka Farell beli, karna Rifan takut ia akan lama mencari kado untuk temannya.

"Kadonya apa nih?"
"Ehhh fan"
"Apa?", Rifan mendekati Aza yang letaknya tidak terlalu jauh dari dirinya.
"Ini bagus banget kalungnya. Lucu deh"
"Yakin Yasmin mau?"
"Iya pasti. Jangankan Yasmin, gue juga mau kali. Tapi ini kadoin aja buat Yasmin"
"Kalo lu mau gue beliin nih"
"Gausah"
"Lu gamau?"
"Iya. Udah cepetan bayar kasian mereka nunggunya kelamaan"
"Ya. Lu tunggu luar aja"
"Oke"
---

Sampainya mereka di toko es krim yang Rifan maksud. Rifan melihat Via dan Yasmin sedang memakan es krim, akhirnya Rifan memutuskan untuk Aza membeli es krim juga.

"Fan lu gamau?"
"Alah lu juga ga abis"
"Sorry ya kalo soal es krim mah gue pasti abis"
"Oke janji ya lu, gue pesenin yang paling gede"
"Lu mau gue sakit?"
"Alah katanya bakal abis"
"Abis sih iya tapi gua bakal sakit"
"Bilang aja lu ga kuat ngabisinnya"
"Serah lu dah"

Setelah es krimnya datang bersama Rifan dan Aza di meja nomor 9, tempat Farell dan dua perempuan itu duduk.

"Za za sini deh gue minta es krimnya"
"Nih", Aza menyodorkan es krimnya.
"Alah lu mau aja gue kadalin", Rifan mencoret wajah Aza dengan es krim yang ia colek pakai sendoknya.
"Rifan!!! Lu gatau malu banget sih"
"Kenapa lagi?"
"Malu tau banyak orang"
"Yaelah, lu punya rasa malunya tuh terlalu tinggi"
"Elu yang gapunya malu", Aza mencoret wajah Rifan seperti yang tadi dilakukan oleh Rifan namun Rifan dapat menghindarinya, dan ia kembali mencoret wajah Aza seperti yang tadi dilakukannya.
"Rifannn", kata Aza dengan suara merengek.
"Gabisa bales kan lu"
"Au ah gue males sama lu. Curang"
"Siapa yang curang? Udah sini gua elapin" Rifan mengelap pipi Aza yang terkena es krim tadi dengan tissue yang terletak diatas meja.

Rifan sangat menyukai saat melihat wajah Aza yang sedang merengek. Melihat wajah Aza adalah hal yang biasa Rifan lakukan. Apalagi saat Aza menginap di rumah Rifan, Rifan sering kali tidur malam dan ia ditinggal tidur oleh Aza. Hal yang ia lakukan saat itu adalah memandangi wajah Aza. Namun hal yang berbeda ia rasakan saat melihat Aza yang sedang merengek.

"Eh udah hampir mau jam dua belassan", kata Yasmin yang sedang merapikan bungkus es krimnya.
"Ya terus?", kata Rifan dengan nada santai.
"Gamau pulang?"
"Au lu fan"
"Terus za salahin gua"
"Emang lu yang salah"
"Gua toyor pala lu juga dah kalah lu za"
"Ga sih"
"Iya ya bener"
"Iya", Rifan pun menoyor kepala Aza pelan setelah kata kata 'iya' keluar dari mulut Aza.
"Ih beneran ditoyor lagi"
"Kata lu iya"
"Serah lu dah"
"Yaampun za. Udah gua bilangin, dalam kamus bahasa indonesia, kata kata serah itu gaada"
"Oh gitu"
"Iya"
"Za gua sama Farell balik duluan ya"
"Yah ko gitu sih min?"
"Udah tengah malem soalnya"
"Iya ka", kata Via yang daritadi ia hanya sibuk bermain handphonenya sambil makan es krim miliknya.
"Yaudah pulang yuk"
"Eh za emang pager di komplek lu belom dikunci?"
"Gue bawa kuncinya ko"
"Tumben inget, biasanya lupa"
"Via juga yang ngingetin"

Farell dan Yasmin pun pulang dengan mobil Farell. Begitu pula dengan Aza dan Via yang pulang bersama Rifan.

loverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang