"Aza besok sekolah, cepet tidur nanti kesiangan!!", teriak Bunda dari ruang keluarga yang sedang merapikan karpet.
"Iya nda", Aza merasa lega karna Bunda telah memotong pembicaraan mereka.Pintu kamar Via sekarang sudah tertutup rapat, dan di dalam ruangan itu hanya seorang perempuan, yang sedang terbaring di kasurnya merasakan sakit.
Mulai sekarang gue harus nyoba ngelupain ka Rifan. Dia lebih cocok sama ka Aza. Kalau ka Rifan jadi milik gue itu cuma bisa jadi beban dia, pasti umur gue udah gak lama lagi. Kalau ini penyakit biasa pasti gaada yang nutupin ini dari gue, tapi ini pasti penyakit yang gaada obatnya. Mulai sekarang biarin ka Rifan sama ka Aza.
Batin Via yang sudah merasa yakin bahwa dirinya tidak lama lagi berada di sini.
---"Gak seharusnya gue nutupin ini dari Via. Dia orang yang ngerasain sakit itu, dia orang yang seharusnya menjadi orang pertama yang denger apa penyakitnya itu. Tapi kenapa dia malah menjadi orang yang terakhir bahkan orang yang gak akan tau penyakitnya apa"
Tinggg
Bunyi pesan masuk dari handphone Aza, ternyata itu dari Rifan.Rasa marah kepada Rifan masih berada di dalam diri Aza tapi dirinya tidak bisa bertahan lama menjauh dari Rifan.
Rifan= fc yok
Aza= ngapain?
Aza= baru beberapa hari gak telfonan udah mau telfonan aja
Rifan= ada yang mau dibicarainTelfon di handphone Aza yang sudah pasti dari Rifan itu langsung ia angkat.
"Apa?"
"Gue tau Via sakit apa"
"Ko bisa tau? Tau darimana? Mata-mata lu ya?"
"Dokter Farhan yang ngasih tau, barusan gue dari rumah sakitnya Via dan gue yakin pasti Dokter Farhan yang nanganin penyakit Via"
"Terus?"
"Ya gue tanya, dan alhasil sekarang gue tau penyakit Via"
"Please, jangan kasih tau siapa-siapa. Kenapa ka Farhan bisa ngasih tau lu? Dia kan udah janji gamau bocorin itu"
"Gue janji bakal bantu nyari pendonor dan akhirnya ka Farhan ngasih tau"
"Btw makasih udah mau bantu cari pendonor"
"Udah ga marah sama gue?"
"Kalo gue marah mana mungkin gue bales chat lu"
"Ada apaan si sebenernya? Gue tau, banyak masalah di otak lu"
"Iya masalah lu banyak banget"
"Serius, kayak rasa gue ke lu"
"Idih apaan si, kang gombal"
"Baper, gua bercanda woi. Sejak kapan gue suka sama orang yang hiperaktif kayak kelinci baru netes"
"Kelinci itu beranak bukan bertelur, nilai IPA lu kebakaran ya"
"Lah suka suka gua, masalah emang?"
"Rifan, besok gausah anter gue atau nunggu di pager sekolah lagi"
"Kenapa?"
"Gapapa, mulai hari ini gue mau nyoba berangkat sendiri tanpa dianter Bunda, pulang sendiri tanpa ada yang jemput"
"Otak lu tuh masih kayak anak TK baru masuk sekolah, gaada pikiran dewasanya"
"Tapi gue udah SMA ya"
"Bunda lu kenapa ngizinin?"
"Lu itu udah tau kan gimana Via sekarang, gue gamau nambahin beban Bunda, kasian dia udah ngurusin rumah, ngurusin keluarga, ngurusin kerjaan, masa gue yang udah gede masih mau nambahin beban Bunda"
"Tapi lu bisa gue anter jemput, gue siap ko jadi kang ojek lu"
"Tapi gue gak siap"
"Udah malem cepetan tidur, intinya besok pagi ada yang nganter lu ke sekolah"
"Gue berangkat sendiri, bye"Aza mematikan sambungan telfonnya dengan Rifan. Dan langsung tidur di kasurnya.
---Tin tin tin
Bunyi klakson sudah terdengar di depan rumah Aza."Aza tolong bukain pintunya itu ada siapa"
"Ya nda"Krek krek
Bunyi pintu terbuka telah didengar oleh seseorang yang mengharapkan itu, ia adalah Rifan."Lah ko disini? Ngapain? Gue kan berangkat sendiri"
"Gue mau nganter lu, titik"
"Cowok emang tukang maksa"
"Bodo"Tak ada yang bisa Aza tolak lagi, Bunda sudah menyuruh Aza berangkat bersama Rifan dan begitu pula dengan Rifan.
---Kring kring kring
Bel istirahat berbunyi, Aza banyak berubah. Biasanya saat bel istirahat ia segera memaksa Rifan ke kantin bersamanya. Tetapi ini tidak.Dan Rifan pun ke kantin membelikan makanan untuk Aza tetapi saat ia balik dari kantin di kelasnya, ia menemukan selembar kertas di atas mejanya, ternyata itu surat dari Aza. Dan tidak Aza di kelas.
Nanti sore jam 3 kita ke danau, dan nanti gue pulang bareng Yasmin.
Kalimatnya cukup singkat, tetapi memiliki banyak makna dan pertanyaan.
Hari ini Rifan ekskul basket, ia akan pulang lebih sore dari biasanya, dan jika ia ekskul basket Aza menunggunya sampai selesai, tetapi kali ini tidak.
Aza sudah pulang bersama Yasmin sejak bel pulang sekolah berbunyi. ---
"Ko udah pulang jam segini? Biasanya lu pulang sore kalo basket", tanya Aza yang kaget melihat Rifan di pohon besar tempat mereka sering bersama.
"Gua bukan cowok yang suka ditunggu sama cewek"
"Gua tau lu izin basket kan", Aza duduk di sebelah Rifan, dibawah pohon besar.
"Menurut lu? Udahlah, lu nyuruh gua kesini buat apa?"
"Gue mau ngomong soal Via"
"Gua pikir Mario lagi"
"Udahlah jangan bahas dia dulu, gua lagi males ama dia"
"Tumben biasanya juga di sapa doang seneng banget"
"Apa dah? Kembali ke topik fan. Lu tau kan apa obat buat penyakitnya Via?"
"Hm, iya terus? To the point aja lah, jadi intinya apa?"
"Via itu gak pernah nyusahin gue, via selalu ngebantu gue. Dia baik, sedangkan gue selalu nyusahin dia, selalu nambahin beban dia. Gue mau sekarang gue yang ngebantu Via jangan dia terus yang ngebantu gue"
"Jadi maksudnya, lu mau donorin ke Via? Gak gua izinin"
"Golongan darah kita sama, Via golongan darahnya O sedangkan gue juga O"
"Golongan darah sama atau beda tetep aja gua gak izinin"
"Astaga fan, kenapa semuanya gaada yang izinin"
"Aza.. Lu itu cuma umur sama badan doang yang gede tapi pikiran masih kayak anak paud"
"Gue mau bantu Via. Emang lu gak kasian kalo Via lagi nge drop kayak gimana? Pasti dia rasain sakit yang ditahan"
"Banyak cara lain buat bantu Via tanpa lu lakuin itu. Gue bilangin jangan nekat buat donorin ke Via. Kalau sampe nekat lu gak pernah gue anggep jadi sahabat"
Rifan segera meninggalkan pohon besar tanpa membawa Aza pulang. Ia membiarkan perempuan cantik itu duduk memikirkan apa yang harus ia lakukan.
"Rifan lu kenapa bilang gitu sih", teriak Aza yang masih memikirkan semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
lover
RandomHanya ada dua pilihan, pada waktu yang akan datang, "Merelakan atau memiliki". Pilihan itulah yang aza dan via dapatkan. Dan pada akhirnya diantara mereka ada yang mengalah untuk memberikan seorang lelaki yang mereka sayangi untuk orang yang mereka...