Sejak pagi Aza belum turun kebawah untuk sarapan bersama Via. Padahal Bunda sudah berkali kali memanggilnya dari dapur.
"Bunda", panggil Via yang telah membuat Bunda kaget.
"Via nih. Bikin Bunda kaget aja"
"Lagian sih Bunda keasyikan masak jadi Via panggil doang kaget kan", Via pun memakai sepatunya di kursi meja makan.
"Udah jadi nih Vi sarapannya. Via ambil sendiri ya, Bunda mau manggil ka Aza dulu, dari tadi belum turun"
"Via pikir ka Aza udah berangkat"
"Belom"Bunda sudah berkali kali mengetuk pintu kamar Aza dan memanggilnya namun tidak ada jawaban, akhirnya Bunda membuka pintu kamarnya.
Bunda lihat Aza tertidur lelap di kasurnya dengan setengah tubuh yang tertutupi selimut. Bunda melihat Aza tidur dengan mata bengap dan wajah yang terlihat lelah membuat Bunda kasihan. Sebenarnya Bunda tidak ingin membangunkan Aza, namun ia harus berangkat ke sekolah.
"Za, bangun. Ayo sekolah", Bunda menggoyang goyangkan pundak Aza dengan pelan dan ia merasakan suhu tubuh Aza yang tinggi.
"Za badan kamu panas", Aza terbangun sejenak.
"Nda...", jawab Aza dengan lemas.
"Hari ini Aza gamasuk sekolah ya, suhu badan Aza tinggi. Nanti setelah bunda nganter Via, Bunda beliin bubur ya"
"Tapi nda-"
"Udah gapapa", Bunda merapikan selimut Aza dan ia berjalan keluar kamar Aza.Bunda melihat Via sudah selesai sarapan, Bunda pun mengambil kunci mobil dan mengantar Via ke sekolah.
Saat di mobil Via bicara serius dengan Bunda.
"Nda"
"Ya? Kenapa sayang?"
"Ka Aza sama ka Rifan saling suka ya?"
"Hah? Bunda kurang tau deh. Kenapa emangnya? Ko muka Via sedih?", Bunda sempat melihat wajah Via sebentar lalu kembali melihat jalan.
"Gapapa nda"
"Via cemburu ya? Aza ga suka sama Rifan, Vi. Mereka hanya sahabat, tapi soal kedepannya Bunda gatau"
"Kemaren aku ga sengaja liat handphone di sofa, ternyata itu handphonenya ka Rifan. Kan tiba tiba handphonenya nyala, Via liat ada chat dari ka Farell terus Via juga liat wallpaper handphone ka Rifan itu foto dia lagi nyuapin ka Aza. Terus juga pas kemaren kan Via mau ke kamar, ga sengaja liat ka Rifan lagi suapin es krim ke ka Aza"
"Oh karna itu. Udahlah gapapa. Kamu kan gatau isi hati mereka masing masing jadi jangan langsung putus asa gitu aja dong"
"Iya juga ya nda"Via dan Bunda pun sampai di sekolah, ternyata Rifan sudah berdiri menunggu Aza di pagar sekolah.
"Bunda", Rifan pun berjalan menuju arah Bunda dan salim dengannya.
"Eh Rifan"
"Aza nya dimana? Dia gamasuk? Sakit atau kenapa?"
"Waduh banyak banget nih pertanyaannya. Iya dia gamasuk, tadi Bunda pegang keningnya suhu badan dia tinggi"
"Oh, boleh ga aku pulang sekolah langsung ke rumahnya Bunda?", wajah Rifan terlihat panik.
"Boleh dong Fan. Masa Bunda ga bolehin temennya Aza mau jenguk dia, bahkan sahabatnya. Atau pacarnya?"
"Apasih nda?"
"Iya Bunda cuma bercanda"
"Yaudah Bunda, aku mau ke kelas dulu ya. Vi, aku tinggal ya, sorry"
"Iya ka gapapa"Via pun berjalan melewati koridor sekolah sendirian. Saat berjalan di depan kelas 12, Via melihat Rifan sedang menelfon dan terlihat dari wajahnya panik.
"Halo Za?"
"Ya?", dari suara Aza yang lemas menandakan ia benar benar sakit.
"Lu kenapa? Ko bisa sakit sih? Lagian sih lu semalem pake diluar kan kena angin malam jadi sakit. Apa jangan jangan pas gue pulang lu tetep di balkon ya? Kan udah gue bilang jangan diluar malem malem. Kalo lu ga masuk kan kasian Bunda lu Za", Via melihat Rifan khawatir dengan kondisi aza .
"Ya gue gapapa. Udah lu jangan main handphone nanti dimarahin guru. Udah ya bye", Aza sengaja mematikan telfonnya agar Rifan tidak terlalu khawatir dengannya.Apa gue ga usah sekolah dulu ya? Kasian Aza sendirian di rumah, ya walaupun ada Bundanya pasti Bunda sibuk beresin rumah. Yaudah lah gue izin aja hari ini sekolahnya.
Batin Rifan yang segera mengambil tas berwarna hitam miliknya lalu berjalan menuju ruang guru untuk izin tidak masuk sekolah.
Untungnya ia diizinkan oleh Bu Salsa maka ia pun segera berjalan menuju parkiran mobil dan keluar sekolah.
Ka Rifan ngapain ya? Dia ko ga sekolah? Apa jangan jangan dia mau ke rumah?
Batin Via yang melihat Rifan keluar pagar dari balkon sekolah lantai dua.
---Rifan pun sampai didepan rumah Aza. Ia lihat Bunda sedang menyiram tanaman di halaman depan.
"Assalamu'alaikum Bunda", Bunda kaget melihat Rifan berada didepan rumahnya.
"Lha ko kamu disini? Ga sekolah?"
"Ga nda, aku kepikiran Aza, kasian dia"
"Bunda tau pasti ada masalah"
"Eh eng-gaada"
"Yaudah gausah dikasih tau. Bunda ga perlu tau ko karna Bunda percaya kamu bakal jagain Aza. Kamu ga sekolah?"
"Ga nda, tapi aku udah izin sekolah"
"Oh yaudah. Keatas aja Fan, Aza ada di kamarnya, ada Mario juga"
"Mario? Aku keatas dulu ya nda, permisi"Rifan buru buru berjalan menuju kamar Aza. Saat ia buka pintu kamar Aza ia lihat Mario sedang menyuapi bubur ke mulut Aza.
"Za?"
"Lah? Fan ko lu disini? Ga sekolah?"
"Yang seharusnya gua tanya itu, kenapa Mario disini?"
"Gue niatnya pengen anterin Aza sekolah tapi dianya sakit makanya gue bisa disini"
"Iya gue ga sekolah, gue izin. Yo maaf, sini buburnya biar gue yang suapin"
"Gapapa Fan gue aja"
"Bukannya lu harus sekolah?"
"Oh iya gue duluan ya. Za, Fan gue tinggal ya"
"Iya hati hati Mario", kata Aza yang merasakan tubuhnya semakin lemas ditambah pusing.Akhirnya Rifan lah yang menyuapi Aza. Sambil ia menyuapi Aza, Rifan bicara pada Aza.
"Za?"
"Ya?"
"Udah enakan?"
"Ya gitu deh"
"Muka lu pucet tau"
"Hmm ya"
"Lu masih suka sama Mario?"
"Ga-tau"
"Serius Za"
"Udah fan gua tidur dulu ya"
"Gua disini malah bikin lu tambah sakit ya?"
"Ga lah fan"Rifan menaruh mangkuk yang berisi bubur di meja samping kasur Aza. Dering handphone Rifan berbunyi, ternyata itu telfon dari Mamanya.
"Rifan kata Farell kamu gamasuk sekolah?"
"Iya Ma, aku izin hari ini"
"Kenapa? Gaboleh gitu dong, kamu harus sekolah"
"Aza sakit Ma, aku mau jagain dia"
"Tapi bukan berarti Aza sakit kamu harus ga sekolah"
"Tapi Ma aku mau jagain dia, lagi pula aku udah izin sama Bu Salsa ko, terus diizinin"
"Yaudahlah terserah kamu", kata mama dengan nada yang kesal dan langsung ia matikan telfonnya.Sebenarnya Aza tidak ingin tidur, ia hanya ingin memutus pembicaraannya dengan Rifan yang membahas Mario.
"Fan lu dimarahin sama Mama ya?"
"Lha? ko lu ga tidur?"
"Gue gabisa tidur. Lu pasti dimarahin Mama ya?"
"Udah enakan za?"
"Ya mendingan"
"Oh yaudah tidur aja dulu"
"Jawab dulu fan"
"Apa?"
"Lu dimarahin mama?"
"Engga"
"Bohong"
"Kalo lu tau ngapa nanya za"
"Ya gue pengen tau kepastiannya. Gue tadi denger telfon lu sama Mama"
"Ya gue dimarahin Mama, tapi gapapa Za orang cuma dikasih tau doang"Rifan lihat dari jendela kamar Aza yang mengarah ke halaman belakang rumah Aza, Bunda sedang menyiram tanaman. Rifan tahu Bunda harus bicara berdua dengan Aza karna kalimat Bunda tadi, saat didepan rumahnya. Akhirnya Rifan membersihkan tanaman dan Bunda ke kamar Aza untuk bicara.
"Za udah enakan?"
"Ya gitu nda, masih lemes sama pusing"
"Bunda mau tanya boleh ga?"
"Tanya apa?"
"Aza lagi ada apa? Ko ga cerita sih"
"Gapapa"
"Marahan ya sama Rifan? Atau sama Mario? Ko Bunda baru liat Mario, dia kemana aja?"
"Gitu deh nda"
"Kamu masih lemes ya? Yaudah ceritanya lain kali aja"
"Gapapa nda sekarang juga"
"Yaudah terserah kamu"
"Jadi nda, Aza suka sama Mario tapi dia ga suka sama Aza, cuma dia pernah ngasih harapan ke Aza terus tiba tiba ngilang dan sekarang dateng lagi pas Aza sama rifan berusaha ngelupain orang yang kita suka"
"Orang yang kita suka?"
"Iya. Jadi Aza suka sama Mario tapi dia ga suka sama Aza, dan Rifan juga sama kayak Aza, suka sama Yasmin tapi Yasminnya ga suka sama dia"
"Yasmin? Yang waktu itu pernah main ke rumah?"
"Iya. Yang rambutnya sebahu, cantik, putih, pake kacamata"
"Iya? Oh, ga salah juga kalo Rifan suka sama dia, Yasmin kan cantik"
"Iya nda. Tapi sekarang Yasmin baru aja jadian sama Farell padahal dia tau kalo Rifan suka sama dia"
"Yaudahlah sekolah dulu yang pinter. Eh ko buburnya belom abis? Sini Bunda suapin"
"Ga usah nda, udah kenyang"
"Yaudah, Bunda tinggal ya, mau buat cemilan buat Aza sama Rifan", Bunda menutup pintu kamar Aza.
KAMU SEDANG MEMBACA
lover
RandomHanya ada dua pilihan, pada waktu yang akan datang, "Merelakan atau memiliki". Pilihan itulah yang aza dan via dapatkan. Dan pada akhirnya diantara mereka ada yang mengalah untuk memberikan seorang lelaki yang mereka sayangi untuk orang yang mereka...