Tigabelas

21 4 0
                                    

Saat perjalan pulang aza ditelfon oleh Bunda.

"Iya kenapa nda?"
"Aza lagi dimana?"
"Lagi dijalan pulang, baru keluar parkiran sih"
"Oh gitu, Bunda boleh minta tolong ga?"
"Apa?"
"Besok Yasmin ulang tahun ya?"
"Iya, kenapa nda?"
"Bunda mau ngasih dia kue strawberry tapi bahan bahannya udah habis, Bunda lupa beli lagi"
"Oh jadi Bunda minta tolong aku beliin bahannya?"
"Iya, Aza mau ga?"
"Ya gapapa sih, tapi aku bilang ke Rifan sama Via dulu"
"Iyadeh"
"Nanti aku whatsapp aja ya nda"
"Okay"

Bunda pun mematikan telfonnya dan kembali ke ruang tamu bersama Ayah yang sedang bermain laptopnya.

"Ada apa za?"
"Bunda minta tolong beliin bahan bahan kue"
"Oh yauda, kebetulan didepan ada supermarket kita beli disitu aja"
"Via gapapa?"
"Gapapa ko ka"
"Tapi lu tau apa yang mau dibeli?"
"Ya tau lah. Kalo gue gatau apa manfaatnya gue bantuin Bunda buat kue terus baca resep resepnya"
"Gue pikir lu gamau sedikit pun masuk ke dunia masak"
"Makanya kalo gatau tuh diem"
---

Sekarang mereka bertiga sudah di perjalanan pulang ke rumah Aza. Mungkin hari ini Rifan menginap di rumah Aza karna ia merasa pagar kompleks nya sudah dikunci dan ia lupa membawa kuncinya.

"Akhirnya sampe juga, capek banget astaga"
"Alay lu, cuma pergi doang capek"
"Berisik banget si, gua yang capek lu yang repot"
"Ka Aza ini Via bawain ke dapur ya"
"Via biarin gue aja yang bawa ke dapur", Rifan mengambil bahan bahan kuenya dari tangan Via dan ia bawa ke dapur.

Bunda yang melihat anaknya sudah pulang merasa senang.

"Eh udah pulang"
"Via capek nda, Via langsung ke kamar ya"
"Iya Vi, good night"
"Night, nda"
"Bunda ko belum tidur?"
"Bunda nungguin kalian sekalian nemenin Ayah kerja sih"
"Oh gitu, Aza nyamperin Rifan dulu ya nda di dapur"
"Iya iya"

Di dapur Rifan seperti tau bahan bahan yang tadi sudah dibeli harus ditaruh dimana.

"Fan lu nginep aja hari ini, udah tengah malem gue takutnya pager kompleks lu udah dikunci"
"Oh iya gua lupa, gua kan gabawa kuncinya"
"Tuhkan, yaudah lu nginep aja disini"
"Iya deh"
"Udah biarin aja bahannya taroh diatas meja gausah dirapihin, besok juga mau langsung dipake"
"Za tapi gue kan gabawa baju ganti"
"Kayaknya di kamar gue ada baju lu deh, yang waktu lu nginep di rumah gue itu kan baju lu ketinggalan terus belom diambil"
"Emang ya?"
"Pikun dasar, masih muda udah pikun"
"Tidur sono lu, udah malem jugaan. Tidur malem bikin gendut tau"
"Gue sih ga ngaruh ama yang gitu gituan"
"Alah, berat nambah aja lu histeris"
"Gua ga kayak cewek yang terlalu maksain diri buat kurus kali, gua mah apa adanya"
"Terserah lu, udah gue mau ambil baju dulu nih, bajunya dimana?"

Rifan jalan duluan menuju kamar Aza dan Aza mengikutinya di belakangnya.

Sudah termasuk kebiasaan bila Aza dan Rifan menginap di salah satu rumah mereka. Saat Aza sendirian di rumah ia suka menelfon Rifan dan meminta Rifan untuk menginap di rumahnya.

Saat Rifan sendiri di rumah ia suka mengajak Aza pergi dan mengajak Aza menginap di rumahnya. Bukan karna Rifan takut sendirian di rumah tapi karna Rifan bosan sendirian di rumah.
---

"Bunda sini aku bantuin buat kuenya"
"Eh udah bangun, kamu ga sekolah?"
"Kan libur nda"
"Oh iya ya? Bunda lupa"
"Sini nda apa yang perlu aku bantuin?"
"Gausah, kamu bangunin Rifan aja sana sama Via buat lari pagi, udah lama kan gak lari pagi?"
"Iya ya, yaudah deh"
---

"Rifan", Aza mengetuk pintu kamar tamu di rumahnya, tetapi di dalam ruangan itu seperti tidak ada orang.

Karna Aza fikir Rifan belum bangun akhirnya Aza buka pintu itu.

Alhasil yang dilihat Aza adalah Rifan yang sedang mengeringkan rambutnya tanpa memakai kaus.

Saat itupun Aza teriak dan membuat Via terbangun dari tidur paginya, membuat Bunda menengok kearah suara itu.

Ocehan pun keluar dari mulut Aza setelah Rifan menutupi badannya dan Aza sudah tidak berteriak lagi.

"Rifan lu bukannya pake baju"
"lu yang masuk ke gak bilang bilang"
"udah gua panggilin lu nya gak jawab, ya gua pikir lu belom
bangun"
"gue gak kayak lu ya yang bangun siang"
"gue bangun pagi kali"
"lu ngapain kesini?"
"Bunda nyuruh kita lari pagi bareng Via juga"
"yaudah sana bangunin Via dulu biar gue siap siap"
"cepetan ya"
"bawel"
---

Aza sudah membangunkan Via beberapa kali tetapi Via tidak bangun juga. Waktu semakin berjalan akhirnya Aza meninggalkan Via, dan ia berlari pagi bersama Rifan.

Rifan dan Aza terlihat sangat asyik saat berlari pagi. Mereka sudah terlihat seperti adik kaka.

Sudah 30 menit berlalu, Bunda membuat sarapan pagi yang lezat, dan kue yang dibuat Bunda sudah jadi, Via belum juga mandi tetapi ia sedang menonton televisi di ruang tengah sambil makan cemilan.

Aza dan Rifan pun pulang, terlihat dari wajah mereka yang lelah tapi rasa lelah itu tertutupi oleh rasa senang.

Aza mengajak Rifan untuk duduk di bawah pohon yang berada didalam halaman rumah mereka.

Halaman belakang di rumah Aza itu adalah tempat pertama mereka bermain bersama dan pohon itu adalah salah satu pohon yang menyaksikan janji persahabatan Aza dan Rifan.

Tiba tiba saat mereka sedang tiduran di rerumputan melihat langit yang mulai menyinari bumi dengan teriknya matahari, es jeruk dan roti panggang datang dari dalam rumah lewat pintu belakang.

Via yang membawakan itu, sebenarnya Via tidak ingin membawakan itu kepada mereka tetapi Via melihat Bunda sedang sibuk membereskan rumah.

"ka ini ada minuman sama makanan"
"Via yang buat?"
"Bunda yang buat, Via cuma bawain"
"makasih ya"
"sama sama"
"bangun woi fan, tiduran aja lu", celetuk Aza kepada Rifan.
"eh makasih ya Via", jawab Rifan yang baru saja duduk melihat wajah Via.
"iya ka hehe, Via mau mandi dulu ya"
"belom mandi?"
"belom"

Setelah Via masuk ke rumah,  Aza mengajak Riran bicara serius.

"fan kayaknya Via suka sama lu deh"
"sok tau"
"jadi cowok gak peka banget sih"
"suka suka lah, nih mending lu makan roti", Rifan langsung menyuapkan sepotong roti ke mulut Aza.
"serius Rifan"
"mandi dulu sana, bau tau"
"gua udah mandi fan"
"boong kali"
"apaan sih lu sana yang mandi"
"kalo belom mandi terus yang tdi lu liat siapa?"
"setan itu"
"gue setan lu jin"
"yaudah gua jodohnya jin bts"
"jin tomang lu mah"

Rifan mengkelitik Aza dan Aza membalas tetapi Rifan tahan. Aza pun kesal karna tidak dapat membalas Rifan, Aza pun membalas dengan senjata ampuhnya yaitu marah.

"yeh marah, bisanya marah"
"au ah gua males, mau ke kamar aja"
"yaudah sana, nanti roti sama es nya gua abisin"
"ih Rifan!!!"

loverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang