#19

14 3 2
                                    

Air turun dari langit cukup deras, sedangkan Aza masih berada di danau, tepatnya dibawah pohon besar.

Sama seperti saat ia bicara dengan Rifan. Pikirannya pun tetap tertuju kepada Via.

Ia memilih berjalan dibawah hujan membiarkan air membasahi seluruh tubuhnya.

Mobil sedan berwarna putih berjalan di jalan dekat danau dan berhenti di samping Aza.

Pemilik mobil itu membuka jendela mobilnya. Ternyata itu dokter Farhan.

"Ka Farhan kenapa ada disini?"
"Kamu ngapain disini Aza? Ayok masuk mobil nanti aku antar pulang"
"Gausah ka, Aza bisa sendiri"
"Cepet masuk nanti kamu sakit"

Aza pun menuruti perkataan
dokter Farhan, dokter nya Via. Doktwr Farhan lebih suka dipanggil Ka Farhan jika sedang tidak menjadi dokter.

"Ka, Aza mau ngomong"
"Tentang?"
"Via"
"Oh ngomong aja"
"Keadaan Via gimana sekarang?"
"Saat Via di rumah sakit, aku periksa keadaan dia membaik, tapi ini aku di telfon Bunda kamu untuk ke rumah"
"Ke rumah? Via nge drop lagi?"
"Belum tau"
"Aza kasian sama Via harus kayak gini terus. Pasti dia rasain sakit yang selalu dia tahan"
"Iya benar. Kemarin ada pendonor tapi golongan darah nya beda dengan Via"
"Sebenernya, Aza berniat donorin buat Via. Golongan darah kita sama"
"Tapi tak ada izin untuk kamu Aza"
"Yaampun ka Farhan. Emang kaka tega liat Via kayak gitu? Aza bisa hidup dengan satu ginjal"
"Sekarang kamu bisa bilang begitu tapi nanti kamu akan merasakannya Aza"
"Aku tanya, emang kaka tega liat Via ngerasain sakit terus-terusan kayak gini? Perjalanan dia masih panjang ka, dia cantik, baik, pintar dia akan tumbuh besar jadi orang yang berguna"
"Iya sama seperti kamu, dan akan ada cara lain untuk mengobatinya"
"Dari Via SMA kita gak pernah nemuin obatnya ka, hanya ada pereda rasa sakit"
"Intinya aku gamau operasi ginjal kamu untuk Via. Aku akan telfon teman untuk bantu cari"

Mereka telah sampai di rumah Aza. Topik pembicaraan yang berakhir tak seperti yang dibayangkan Aza membuatnya merasa tak ada gunanya ia masuk kedalam mobil dokter Farhan.

Aza segera masuk ke kamarnya untuk mandi karna tubuhnya telah basah oleh hujan.

"Gimana dok, keadaan Via?"
"Kemarin Via sudah membaik, tapi sekarang kenapa dia malah sama seperti saat pertama kali dirawat?"
"Via di rumah aja ko dok, dia gak kemana mana. Tadi saya ke toko dan di rumah hanya ada Aza dan Via"
"Tadi saya lihat Aza di dekat danau jalan sendirian dibawah hujan"

Aza keluar kamar dan mendengar percakapan terakhir diantara Bunda dan dokter Farhan.
"Via dimana?"
"Kamar", kata Bunda yang mengajak dokter Farhan ke ruang tamu.

Aza berdiri di pintu kamar Via dan menghembuskan nafasnya seakan ia akan melompat kedalam jurang.

"Via"
"Eh iya ka"
"Via ada apa? Kenapa malah tambah parah?"
"Gatau, Via gak ngapa ngapain"
"Yauda", Aza duduk di sebelah Via mencoba membuat dirinya lebih dekat dengan Via.
"Ka, Via mau minta jawaban yang kemarin"
"Soal penyakit?"
"Iyaa, cuma kaka harapan Via bisa tau ini"
"Tapi-"
"Ka, Via yang rasain sakitnya, Via yang jalanin, tapi kenapa Via yang gatau penyakitnya"
"Via udah tanya ke dokter Farhan?"
"Gak dikasih tau"
"Kalau ka Aza kasih tau, Via janji gak bakal sedih dan gak bakal ngasih tau siapa-siapa?"
"Iya ka"
"Ginjal Via yang satu udah rusak, Via ingat gak dulu kejadian tabrakan mobil Via dan Rani sama supirnya Rani?"
"Iya ka"
"Saat itu banyak luka parah pada otot Via, supirnya Rani aja bisa meninggal berarti tabrakan itu parah kan"
"Kenapa bisa ke ginjal?"
"Salah satu penyebab gagal ginjal itu bisa terjadi karna tabrakan dan banyak luka parah di otot"
"Ohh, makasih ka udah mau jujur ke Via"
"Via jangan sedih, gak lama lagi Via sembuh ko. Udah ada pendonor buat Via"
"Iya ka"
"Soal Rifan, gausah dipikirin oke. Dia gak suka sama siapa-siapa, kaka juga gak suka sama dia"
"Iya kan ada ka Mario"
"Ish kamu nih. Mario udah gaada"
"Ha? Meninggal?"
"Bukan sayang"
"Lagian kaka ngomong gaada ya dipikir Via meninggal"
"Gatau dia ngilang udah beberapa hari ini"
"Kayaknya bener kata ka Rifan, ka Mario itu gak baik ka"
"Hmm mungkin"
"Nanti Via tanya Khansa deh, kemarin dia bilang hari ini mau jenguk Via bareng temen-temen"
"Wahh rame nih nanti rumahnya"
"Risih ya ka kalau rame-rame?"
"Ya engga, cuma takut Via nya jadi keganggu"

Suara bell dari pintu rumah di dengar oleh Aza yang segera tersenyum ke Via.
"Wah temennya udah dateng tuh, bentar ya ka Aza bukain pintu dulu"
"Makasih ka"

Yup, ternyata benar tamu hari ini adalah temannya Via.

"Eh ka Aza, ada Via nya?"
"Ada di kamarnya, masuk aja"
"Thanks ka"

Tidak banyak yang menjenguk Via, hanya 3 orang perempuan dan 2 orang laki-laki. Mereka adalah Khansa, Anisa, Nayla, Rio, dan Zaidan.

Mereka telah masuk kedalam kamar Via. Aza pun membuatkan minum dan makanan untuk temannya Via dan dokter Farhan.

Tidak susah baginya membuatkan minum yang hanya sekedar es jeruk dan juga makanan.
---

Hanya duduk tak jelas menggoyangkan handphone yang tak ada notif dan duduk di kursi belajar tanpa membaca buku.

Pilihan Aza pun menelfon Rifan. Panggilan pertama tidak diangkat, dan yang kedua baru diangkat.

"Ngapa baru jawab?"
"Salam dulu, Assalamualaikum"
"Wa'alaikumsalam"
"Nah gitukan jadi cantik"
"Emang udah cantik si"
"Cewek cantik itu cewek shalehah"
"Gue udah perfect"
"Belom perfect itumah"
"Tau ih"
"Ngambek, gua lagi dijalan. Ada apa nelfon?"
"Ke rumah bisa gak?"
"Nanti gue kabarin lagi ya, ini lagi dijalan"

Rifan segera memutuskan sumbungan telfon membuat Aza kesal.
"Ngeselin banget daritadi ni anak"
---

Terdengar suara bel rumah, dan itu adalah Rifan.

"Ngapain kesini?"
"Tadi nyuruh kesini"
"Katanya sibuk"
"Gue gak bilang gitu"
"Alah ngeles aja", Rifan segera masuk ke rumah Aza dan mengambil air dingin di kulkas.

Rifan melihat Bunda yang tersenyum melihat mereka seperti itu membuat nya ingin bicara.
"Bunda, ini anaknya ambekan banget si"
"Kasih permen aja juga luluh"
"Sama balon kali ya"

Aza meninggalkan obrolan Bunda bersama Rifan, dan ia pergi ke halaman belakang. Tepatnya di pohon besar.

"Aza nunggu tuh di halaman belakang, udah nanti Bunda yang bawain makan sama minum"
"Haha tau aja nda jadi ngerepotin"
"Kayak baru kesini aja"
---

"Di kamar Via rame ya?"
"Sok tau"
"Gua nanya"
"Temennya pada jenguk"
"Ada Rio gak?"
"Ada kayaknya"
"Sorry ya tadi gua ninggalin di danau"
"Gak di maafin"
"Katanya udah perfect masa maafin temen aja gamau"
"Emang lu temen gua?"
"Cewek kalo ngambek berasa dunia milik sendiri ya"
"Terserah lah"
"Tadi pulang naik apa? Pas ujan lu gimana?"
"Abis ninggalin langsung baikin biar dibilang apasih?"
"Jawab aja"
"Pulang sama dokter Farhan"

Tiba-tiba Rio datang dari pintu belakang menuju tempat Aza dan Rifan.

"Kenapa Rio?"
"Eh ada ka Rifan, maaf ya ganggu"
"Gua gak sama Rifan, amit-amit ya ALLAH ama Rifan"
"Ka Rifan ganteng lho ka, kena kharma aja"
"Kharma gaada buat gua"
"Bawel za", Rifan mencubit pipi Aza, dan Aza mengukir tulisan di batang pohon besar itu.

"Kalian suka disini ya? Banyak tulisan di batang pohon ini"
"Aza tuh kerjaannya nulis-nulis"
"Lu juga fan"
"Lu kenapa kesini yo?"
"Oh iya, Via itu sakit apa sih? Gua punya om jadi dokter mungkin bisa bantu, katanya Via sakit udah lama"
"Gua kasih tau ya za"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 23, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

loverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang