Aza mencoba mencari suara itu berasal dan benda apa yang telah terjatuh, tetapi secara tidak sengaja Aza menginjak sebuah liontin yang ternyata benda itulah yang menimbulkan suara tadi.
Aza masih tidak tahu liontin itu milik siapa atau dari siapa, tetapi yang pasti Aza ingin meminta maaf kepada orang yang menaruh liontin itu di mejanya.
Sudah 5 menit Aza menghabiskan waktu melihat kepingan kepingan liontin tadi yang telah hancur, dan Aza telah 2 kali mencoba menggabungkan kepingan tadi menjadi satu.
Tetapi saat yang ketiga kalinya Aza baru berhasil dan ia merasa liontin itu sama seperti liontin yang kemarin Rifan beli saat bersama Aza.
Malam Senin adalah malam dimana semua murid atau mahasiswa harus keluar dari waktu liburnya, dan sekarang Aza akan meninggalkan handphone nya yang sedang di charge lalu ia belajar.
---Aza telah meninggalkan beberapa jam untuk belajar. Dan ia tidak membuka handphone nya. Saat ia bermain dengan handphone ia melihat ada beberapa pesan masuk dari Rifan dan juga telfon darinya.
Tanpa pikir panjang Aza segera menelfon kembali Rifan.
"Kenapa nelfon gue?"
"Happy birthday Azalia yang kadang hiperaktif, suka nyebelin, suka baik, suka jahat"
"Ko gitu?"
"Suka suka gue"
"Iyadah semerdeka lu aja"
"Udah liat liontin yang ada di meja lu belom?"
"Liontin? Oh itu"
"Iya, udah liat?"
"Ko dikasih ke gue sih? Itukan buat Yasmin"
"Kata siapa? Gue aja beli buat lu, Yasmin udah gue kasih kado ko"
"Tapi fan-", terdengar dari kejauhan sana bahwa suara Aza menjadi lemas.
"Kenapa?"
"Liontin pecah jadi berkeping keping, tadi pas gue mau ambil charger hp di meja gasengaja liontinnya jatoh terus keinjek gue"
"Yauda gapapa, besok pulang sekolah gue beliin lagi, udah gausa nangis"
"Siapa yang nangis?"
"Cewek dikamarnya, yang lagi ulang tahun, yang lagi telfonan sama gue"
"Itu gue dong"
"Eh paperbag yang tadi mba mba di dufan kasih itu sebenernya dari gue"
"Tukan bener kecurigaan gue"
"Udah malem tidur sana, gue mau lanjut belajar dulu ya"
"Bye Rifan, makasih ya"
"Sama sama"Rifan mematikan sambungan telfonnya bersama Aza dan ia kembali melanjutkan belajarnya.
Walaupun Rifan menjadi orang terakhir yang mengucapkan Happy Birthday kepada Aza di hari ulang tahunnya, tetapi ucapan dari Rifan lah yang Aza nantikan.
---Pagi yang cerah, Aza sekarang berangkat diantar Bunda, tanpa Via. Sekarang Via terbaring di kasurnya dengan berbagai obat untuk penyakitnya yang harus dia konsumsi.
"Za, mungkin Bunda gabisa jemput kamu ya. Via kan sakitnya lagi kambuh, Bunda mau jagain dia dulu"
"Iya nda, Aza nanti pulang bareng Rifan aja"
"Yauda, eh tapi kalau Rifan mau diajak ke rumah jangan berisik ya kasian nanti kalo Via denger"
"Iya siap Bunda, tadi aku gasempet ke kamar Via karna tadi kan dia lagi diperiksa dokter, jadi aku titip salam ya nda ke Via"
"Iyaaa, udah sampe nih, kamu gamau turun?"
"Mau lah nda, udah ya nda bye", Aza salim kepada Bundanya dengan tangan kanan.
Biasanya Rifan telah menunggu Aza di depan pagar sekolah atau di koridor tetapi kali ini Rifan tidak ada dan di kelasnya pula tidak ada. Itu artinya ia belum sampai di sekolah.
Saat bel sekolah bunyi tepat sekali Rifan datang dengan napas terengah engah.
"Ko tumben baru sampe?"
"Kesiangan gara gara semalem abis bantuin Mama beresin barang"
"Oh iya lu mau pindah rumah ya? Nanti pas pulsek gue bantuin ya"
"Gausah"
"Gue maksa"
---"Rifan didalem masih ada satu meja", teriak Aza dari depan rumah Rifan yang lama.
Sebenarnya Rifan tidak ingin meninggalkan rumahnya itu. Di rumahnya banyak kejadian seru, seperti saat menjahili Aza saat ulang tahun, memberikan suprise kepada Mama dan Papa Rifan.
Juga rumah itu tempat yang menyaksikan persahabatan antara Aza dan Rifan.
"Gak disadarin secara perlahan lu ngejauhin gue", kali ini Aza serius.
"Ini bukan kemauan gue", jawab Rifan sambil menyetir mobil menuju
"Iya gapapa, walaupun rumah kita semakin jauh tapi kita tetep sahabat ya. Jangan jauhin gue"
"Iyaa. Eh tadi Via gamasuk ya?"
"Iya gamasuk, penyakitnya lagi kambuh"
"Seberapa sakitnya Via sampe gamasuk?"
"Lu kayak baru kenal Via aja, dia kan orang yang gak terlalu kuat dan juga penyakitnya cukup parah"
"Gws ya buat Via. Nanti malem gue jenguk ya"
"Ditunggu ya"
---"Bunda, besok Via boleh sekolah ga?", tanya seorang anak perempuan yang sedang terbaring di kasurnya.
"Liat situasi aja dulu. Kalau Via kuat boleh ko"
"Iya nda"Sekarang waktu sudah malam tetapi Aza masih dalam lamunannya menunggu Rifan datang. Ia sudah duduk di sofa lebih dari 10 menit.
"Eh malem malem ngelamun", Bunda berhasil membuat lamunan Aza terhenti.
"Ah Bunda ngagetin"
"Mikirin apaan sih?", Bunda mencoba membaca pikiran Aza tetapi tidak berhasil.
"Bunda percaya ga?", Aza segera membalik arahkan tubuhnya kedepan Bunda, dan Bunda segera duduk didekat Aza.
"Ada apa? Mario lagi?"
"Bukan nda. Jadi tadi Rifan kan nganterin aku pulang, dia bilang mau jenguk Via malam ini, aku yakin Via pasti seneng"
"Ko bisa? Semoga karna ini Via jadi cepet sembuh ya"
"Oh iya itu penyakitnya Via gimana ya nda? Aku kasian sama Via kalau gini terus"
"Belum ada yang bisa nyembuhinnya, waktu itu ada seseorang tapi golongan darahnya beda"
"Apa Aza aja ya nda?"
"Kita ngobatin Via biar keluarga kita kayak dulu gaada beban, kalau kamu mau ngelakuin itu sama aja dong"Pintu rumah telah diketuk tiga kali dan segera dibuka oleh Aza. Dugaannya benar itu adalah Rifan.
"Permisi Bunda, ini aku mau jenguk Via, katanya lagi sakit"
"Iya dia lagi sakit. Ke kamarnya aja dia lagi di kamar"
"Sama Aza!!", selak Aza dengan semangat, lalu ia melanjutkan kalimatnya "eh gajadi deh, nanti jadi nyamuk"
"Temenin lah za", kata Bunda yang segera ke dapur membuatkan minum.
"Oh iya pr gua numpuk segunung, belom dikerjain. Udah ya bye gue mau belajar, lu tau kan kamarnya princess Via?"
"Dasar lo Mario", Rifan telah membuat langkah Aza terhenti di tengah tengah anak tangga.5 menit yang hening dan dihentikan oleh Bunda dengan dua gelas es jeruk juga snack.
"Dasar Yasmin", sahut Aza kepada Rifan dengan wajah yang tidak seperti biasanya ia meledek.Kalimat itulah yang menjadi kalimat terakhir yang Aza ucapkan setelah 23 menit keluar dari kamar Via.
Aza marah kali ya? Atau dia bener bener belajar? Atau ketiduran? Tapi Aza yang gue tau itukan soal belajar dia rada rada, kalo ketiduran gak mungkin karna dia suka begadang.
"Udah sana samperin ke kamarnya aja", tanpa Rifan sadari Bunda sudah berada di samping dirinya.
"Samperin siapa bun"
"Gausah ngeles, Bunda tau kamu mikirin Aza soal yang tadi"
"....", tak ada jawaban dari Rifan.
"Aza bukan cewek yang semua masalah harus dia ceritain, ke orang terdekatnya pun dia jarang cerita soal dirinya. Jangankan ke kamu yang udah Aza anggep lebih dari temen, Bunda aja sebagai orang tuanya jarang denger cerita dia yang bener bener parah atau serius"
"Tapi Aza suka cerita ke aku soal Mario"
"Mungkin ini masalah yang dia gamau semua orang tau, atau dia gak sempet cerita"
"Via mungkin ya bun?"
"Bunda gatau, intinya kamu itu jadi cowok jangan lemah, udah cepet samperin dia dan ngomong baik baik"Rifan merasa telah tidak sopan kepada orang tua temannya itu karna telah meninggalkan ia selagi merekanmasih berbicara.
---Tak dikira sudah beberapa kali ketukan yang diberikan Rifan untuk Aza, tetapi masih tidak ada jawaban.
Mencoba membuka pintu kamar yang dikunci itu cukup sulit. Hanya ada pikiran marah atau belajar atau tidur atau menyendiri untuk sementara yang melayang layang di otak Rifan.
KAMU SEDANG MEMBACA
lover
RandomHanya ada dua pilihan, pada waktu yang akan datang, "Merelakan atau memiliki". Pilihan itulah yang aza dan via dapatkan. Dan pada akhirnya diantara mereka ada yang mengalah untuk memberikan seorang lelaki yang mereka sayangi untuk orang yang mereka...