Part 17

52.3K 2.7K 24
                                    

Happy reading!!

¥¥¥

Matahari sudah berganti dengan bulan yang ditemani oleh bintang bintang. Saat ini Prilly masih terus berusaha membangunkan Ali demi memenuhi keinginannya.

"Ali... bangun!!"

"Ali! Bangun gak?!!"

"Apa sih Prill... ngantuk ah!" Ucap Ali seraya sedikit menggeliat.

Ya ampun... laki gue kebo banget ya? Batin Prilly.

"Ali... bangun dulu dong, aku pengen sesuatu nih!" Mendengar Prilly ingin sesuatu, Ali langsung duduk. Tetapi, tetap dengan mata yang sedikit terpejam.

"Pengen apa?" Tanya Ali yang sedikit membuka matanya.

"Jadi gini, kamu ingat kan sama cowok yang ngobrol sama aku waktu kamu memanggil aku tadi?" Ucap Prilly menjelaskan. Sedangkan Ali, ia hanya mengangguk ganggukan kepalanya sebagai jawaban.

"Nah, dia itu mengundang aku buat dateng ke pesta yang dia buat." Tambah Prilly.

"Terus?"

"Ya aku ngajak kamu lah. Masak aku pergi malem malem ke pesta itu sendirian? Ya... temenin ya?"

"Iya iya, aku temenin."

"Ya udah, kamu cuci muka dulu biar aku siapin baju buat kamu pakai nanti."

"Emang harus cuci muka ya? Gak usah lah... gini aja udah ganteng kok."

"Gak! Gak boleh! Masa udah ganteng, masuk ke pesta orang tapi ngantuk? Udah... cuci muka sama!"

"Iya... aku cuci muka, tapi jangan pilih gaun sendiri ya! Biar aku yang pilihin buat kamu."

"Iya..."

¥¥¥

Prilly dan Ali sudah berada di pesta yang Prilly bilang tadi. Prilly menggunakan gaun yang bagian atasnya memiliki lengan sepanjang siku dan bagian bawahnya sepanjang lutut. Sedangkan Ali, ia menggunakan jas yang didalamnya diberi kaos karena ia tidak membawa kemeja sama sekali dan ia menggunakan celana jeans untuk bawahan. Tapi tiba tiba...

"Ali?" Ali yang merasa terpanggil melihat ke arah pemanggil.

"Pak Bram?" Ucap Ali mengingat ingat nama orang yang memanggilnya.

"Wah... kamu juga diundang Li?" Tanya Bram.

"Enggak sih pak, cuma nemenin aja." Jawab Ali ramah.

"Sebelah kamu itu siapa Li?" Tanya Bram saat melihat ada seseorang di sebelah Ali.

"Oh... kenalin pak ini Prilly. Prilly, ini pak Bram." Ucap Ali memperkenalkan keduanya.

"Prilly." Ucap Prilly ramah.

"Oh, jadi ini Prilly istri kamu Li? Cantik ya?" Ucap Bram memuji.

"Terimakasih." Jawab Prilly seraya tersenyum.

"Ya harus cantik dong pak, kan laki ganteng." Jawab Ali percaya diri.

"Kamu itu! Inget Li, kamu itu big boss. Masa kayak gitu?" Tegur Bram.

"Big boss kan status pak, saya ya saya. Gak bisa jadi orang lain." Jelas Ali.

"Oh ya, maaf ya waktu pernikahan kalian saya tidak bisa datang. Biasa lah... urusan mendadak." Ucap Bram.

"Iya pak, tidak apa apa. Lagi pula sekarang kan sudah bertemu." Balas Prilly.

"Kamu kalau bicara sama saya biasa saja Prilly. Seperti suami kamu ini, selalu ada tingkah dibalik tingkahnya."

"Bapak bisa aja!"

Saat mereka sedang asik berbincang bincang, tiba tiba....

"Prill ikut gue ketemu temen temen gue dong." Ucap seseorang yang langsung menarik tangan Prilly tanpa memperdulikan Ali dan Bram.

Cowok itu lagi! Ngapain sih dia tarik tarik Prilly kayak gitu? Batin Ali.

"Li, kamu gak papa?"

"Eh! enggak pak, gak papa."

"Oh ya pak, pak Bram balik ke Jakarta kapan?"

"Besok balik kok Li, kenapa?"

"Enggak, cuma... sebelum balik sempetin ke villa saya ya pak? Villanya ada di sebelah villa ini kok."

"Oh iya, saya usahakan ya Li?"

"Iya pak, sebisanya aja."

"Maaf pak, saya permisi terlebih dahulu. Karena ada yang menelepon."

"Iya Li, silahkan."

¥¥¥

PRILLY POV

Tiba tiba tangan gue ditarik sama si Fino. Ya, Fino. Dia sahabat gue waktu SMA dulu. Dia bawa gue ke arah cowok cowok yang bergerombol. Gue rasa itu temen kantornya.

"Wah.... udah dapet aja lo!" Ucap teman Fino saat gue sama Fino udah ada diantara mereka.

"Iya dong!" Jawab Fino percaya diri.

Apa sih maksudnya? Batin gue.

Gue rasa omongan mereka ngelantur. Jadi, apa aja yang mereka tanyain ke gue hanya gue males dengan senyuman yang gue paksa.

Saat mereka lagi asik ngobrol, salah satu teman Fino melihat ke arah lain. Sedetik kemudian, dia kaget karena melihat sesuatu sambil nepuk nepuk pundak Fino. Gue yang tau kalau dia kaget akhirnya ngikutin arah pandang dia.

Ali? Ngapain dia? Kayaknya dia mau ke arah gue. Batin gue saat melihat Ali yang berjalan ke arah gue.

"Fin Fin Fin Fin, lo hebat banget bisa mengundang big boss dari segala big boss yang ada di Indonesia. Dia kan big boss termuda dan tersukses di kalangan pengusaha. Gue aja yang selalu mengundang dia di acara yang gue bikin aja gak pernah dateng. Sedangkan lo, yang baru sekali ini bikin acara aja dia dateng. Wah... hebat lo!" Ucap teman Fino itu antusias. Fino sama teman temannya yang lain pun melihat ke arah pandang kita (Gue sama sahabat Fino yang antusias saat lihat Ali tadi)

Laki gue tuh....!! Ya iya lah dia gak dateng! Orang biasanya undangannya disembunyiin sama dia. Kalo gue gak nemuin tuh undangan ya gak bakal dateng. Yang ada malah dia bikin pesta sendiri didalam kamar dan gue yang jadi santapannya. Batin gue.

"Prill, kita balik sekarang! Maaf ya Prilly harus balik." Ucap Ali tegas ke arah Fino sama teman temannya. Sedangkan teman Fino, ekspresinya langsung berubah jadi cengo. Seolah olah mereka bertanya 'gimana si Prilly bisa kenal sama Ali?'

"Ada apa sih Li?" Tanya gue ke Ali.

"Mila nangis nyariin kamu." Ucap Ali berbisik di telinga gue.

"Ya udah, ayo kita pulang! Kasihan dia nunggu sampai nangis gitu." Ucap gue yang langsung narik tangan Ali tanpa melihat ekspresi wajah mereka yang selanjutnya.

Kalo gue lihat ekspresi wajah mereka pasti tambah lucu. Tapi gak papa, karena yang terpenting sekarang adalah Mila yang nangis nyariin gue di villa. Lagi pula sekarang juga udah pagi, lebih tepatnya pukul 01.00 dini hari. Gue harus punya energi buat nata keperluan pesta.

¥¥¥

Jangan lupa vote dan comment! Ok!

Ketua Senat Itu SuamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang