Happy reading!
¥¥¥
PRILLY POV
Gue lagi dirumah. Lebih tepatnya di ruang tamu. Ya, gue lagi nunggu keluarganya Nandya buat dateng kesini. Ali udah tau tentang masalah ini. Di rumah ini udah lengkap semua. Ada gue, Ali, Mila, Kevin, Kirun, Arka, sama dokter Sasya. Dokter Sasya itu dokter kandungan kepercayaan keluarga. Bisa dibilang, dokter Sasya ini gantiin mamanya yang merupakan dokter kandungan kepercayaan keluarga.
Ali sama Kirun lagi timpang tindih sambil gulat di karpet gara gara masalah sepele. Main PS dan salah satu dari mereka kalah. Kevin sama Arka lagi ada di dapur. Bukannya mereka aum ngrusak dapur gue, tapi kalo lagi ngumpul kayak gini merekalah koki dapur sesungguhnya. Sedangkan gue, Mila, saya dokter Sasya lagi ngrumpi. Bedanya, kita gak bukan ngrumpi masalah ini itu kayak kebanyakan ibu ibu kebanyakan ya.... kita lagi ngrumpi tentang masalah kehamilan dan masa kelahiran.
Tok.. Tok.. Tok...
Denger suara ada yang ngetok pintu, gue langsung berdiri buat buka pintu.
"Eh bapak dan ibu sudah datang, silahkan masuk. Ali dan yang lainnya sudah ada di dalam." Ucap gue mempersilahkan dengan sopan.
"Terimakasih..." Ucap ibu ibu yang gue pastikan kalo ibu ibunya Nandya dengan senyuman dan diangguki sama bapaknya.
Tapi, waktu gue lihat ke arah Nandya, gue lihat wajah dia pucat kaya orang lagi gugup. Mungkin tadi waktu mau kesini dianya dibujuk. Gue heran, bapak ibunya ramah banget kenapa anaknya bisa kaya gini? Batin gue.
¥¥¥
Saat Prilly masuk kembali ke dalam rumah, Ali sudah duduk dengan baik di sofa ruang tamu. Sedangkan Kirun, entahlah dia kemana. Mungkin ke dapur, kalian tau lah... Kirun itu suka makan.
"Boleh saya tau, nak Ali itu yang mana?" Tanya Pak Bima (papanya Nandya) saat sudah berada di ruang tamu dan duduk di sofa panjang.
"Saya Ali." Jawab Ali datar.
"Jadi gini, saya kemari itu ingin bertanya, apa benar kamu yang membuat anak saya hamil?" Tanya Pak Bima.
"Maaf sebelumnya, saya tidak pernah melakukan itu dan tidak akan pernah melakukan itu. Lagi pula, buat apa saya melakukan itu jika tidak ada ikatan diantara kita dan tidak ada rasa saling suka. Jika bapak tidak percaya sama saya, kita bisa cek apakah anak bapak hamil anak saya atau bukan. Sebelum itu, perkenalkan ini dokter Sasya. Dia dokter kandungan kepercayaan keluarga kami." Jawab Ali tegas.
"Saya Sasya, saya dokter kandungan kepercayaan keluarga dari Ali, Kirun, dan Kevin. Saya disini untuk melakukan pemeriksaan terhadap anak anda dan juga untuk melakukan pemeriksaan terhadap secara berkala pada ibu hamil di keluarga ini." Ucap dr. Sasya memperkenalkan diri.
"Saya Bima, ini istri saya dan yang sebelahnya itu anak saya, namanya Nandya." Ucap Bima memperkenalkan.
"Ya, jadi Nandya ini yang akan diperiksa oleh dokter Sasya. Oh ya Li, kamar yang dipakai buat pemeriksaan itu kamar yang mana?" Tanya Mila memancing.
"Kalian boleh pake kamar mana aja yang ada. Tapi, jangan pake kamar atas. soalnya Prilly lagi sensitif sama bebauan." Jawab Ali tanpa mengurangi nada dingin dalam bicara.
¥¥¥
Setelah melakukan pemeriksaan, para wanita kembali lagi ke ruang tamu. Ya, yang terlibat dalam pemeriksaan itu hanya para wanita. Sesungguhnya Ali ingin ikut dengan alasan ingin tau kebenarannya tapi dilarang oleh Prilly.
Flashback on
"Ayo ikut kami." Ucap Prilly pada keluarga Nandya. Sedangkan Mila, ia sudah jalan terlebih dahulu.
"Ya, ayo." Jawab Ali.
"Kamu mau kemana Li?"
"Ya mau ikut lah. Kan katanya itu anak aku, jadi aku mau mastiin."
"Duduk lagi!"
"Tapi Prill... kan katanya dia mengandung anak aku, jadi aku mau mastiin kalo itu emang bener anak aku apa enggak..?"
"Duduk Ali!"
"Tapi Prill..."
"Duduk apa masuk kamar?!"
"..."
"Kamu gak bisa dibilangin banget sih! Aku tuh lagi perubahan hormon Ali. Aku aja nahan marah dari kemaren kemaren gara gara lihat tingkah kamu. Tapi, kamu malah tetep gak bisa diem. Pegangan tangga dibuat prosotan lah, mangkat gerbang lah, duduk di tembok gerbang lah, lari naik turun lah, tiba tiba loncat dari balkon sampai di halaman samping lah, tapi kamu gak bisa dibilangi hiks.... hiks...." Ucap Prilly marah sampai menangis. Melihat hal itu, Ali langsung memeluk Prilly dan menenangkannya.
"Ssstt.... Iya... udah ya... maaf maaf, tadi aku cuma becanda." Ucap Ali seraya memeluk Prilly.
"Hiks... Tapi kan, gak gitu juga.... hiks... hiks..." Jawab Prilly dengan terisak.
"Maaf ya... ya udah, kita ke kamar sekarang biar kamu bisa istirahat. Ok? Inget... disini ada isinya." Ucap Ali melepaskan pelukannya dan mengelus perut Prilly yang mulai kelihatan buncit.
"Ngak mau, aku mau lihat Nandya aja." Elak Prilly.
"Lha tadi aku mau lihat gak boleh, sekarang kamu sendiri yang mau lihat." Protes Ali.
"Biarin. Aku kan cewek, kamu kan cowok. Jadi gak boleh lihat." Ucap Prilly marah tetapi tetap sesenggukan.
"Iya iya... ya udah, aku disini aja. Sebagai suami yang baik, aku harus nurut sama istrinya yang lagi hamil ini." Jawab Ali pasrah. Prilly pun langsung meninggalkan Ali. Tanpa mereka sadari, di ruang tamu itu masih ada papanya Nandya yang melihat tingkah laku mereka.
'Jadi mereka sudah menikah dan wanita itu sedang mengandung? Lalu apa kabar dengan Nandya yang jika memang benar mengandung anak dari lelaki yang bernama Ali ini?' Batin papa Nandya.
Flashback of
"Bagaimana dok, apa anak saya sedang mengandung?" Tanya papanya Nandya saat para wanita duduk kembali ke posisinya.
"Jadi begini pak, sesungguhnya anak bapak ini tidak sedang mengandung. Bahkan organ vitalnya juga masih rapat. Jadi sangat tidak mungkin jika ia mengandung anak dari Ali maupun lelaki manapun." Jelas dr. Sasya.
"Jadi anak saya ini tidak apa apa ya dok?" Tanya papa Nandya menggebu gebu menahan emosi. Mendengar papanya seperti itu, wajah Nandya yang semula sudah pucat menjadi makin pucat lagi.
"Tidak bapak." Jawab dr. Sasya.
"Baiklah, kalau begitu saya minta maaf karena telah menggangu. Saya beserta keluarga permisi dulu." Pamit papa Nandya.
"Baiklah pak, akan saya antar sampai depan." Ucap Prilly.
"Tidak usah mbak, mbak nya istirahat aja." Jawab mama Nandya halus yang sesungguhnya menahan malu dan di balas anggukan kepala dari Prilly dan yang lainnya.
Selepas kepergian keluarga Nandya, Kirun, Kevin, dan Arka datang dengan membawa makanan dan minuman yang mereka buat.
"Nih, biar gak stres lagi." Ucap Kirun seraya meletakkan minuman dingin.
"Iya, nih ada cemilan juga. Biasanya kan bumil suka ngemil, jadi kita buatin cemilan agak banyak." Ucap Kevin seraya menaruh cemilan dan melirik Mila.
"Kamu tau aja kalo aku laper." Jawab Mila dan dihadiahi tawa dari yang lainnya.
¥¥¥
Akhirnya part ini selesai juga. Part menuju end. Selain itu, baca juga cerita dari @Nelis99. Ceritanya bagus kok, judulnya 'memilih cinta' terimakasih.
Jangan lupa vote dan comment! Ok!