Chapter 1: hello, my soon-to-be new hand!

30.7K 4.2K 431
                                    

chapter 1: hello, my soon-to-be new hand!


Sebagian besar manusia normal, pasti panik kalau tangannya copot. Tapi, aku bukan manusia normal. Karena itulah, aku justru kegirangan saat mendapati tanganku copot.

Kejadiannya tadi pagi. Aku sedang mengikuti pelajaran bercocok tanam (yang sangat membosankan), ketika tanganku tidak sengaja tersangkut ke tanah yang lengket. Saat aku menarik tanganku keluar, yah, hanya lenganku saja yang keluar. Tanganku tetap di dalam tanah.

Butuh beberapa detik bagiku untuk mencerna apa yang terjadi. Ketika aku akhirnya sadar akan apa yang terjadi, aku berteriak.

Bukan, bukan berteriak karena ketakutan. Aku berteriak karena aku senang.

Oke, sampai sini kalian pasti menganggapku aneh. Jadi, ada baiknya jika aku memberi sedikit penjelasan.

Aku adalah seorang cyborg. Artinya, aku adalah manusia yang memiliki bagian-bagian tubuh robot. Aku lahir secara normal, tentu saja. Tapi ketika aku berumur sepuluh tahun, aku mengalami kecelakaan. Ketika itu, aku sedang menyeberang jalan sendirian, dan tidak melihat ada mobil yang datang dari kananku. Mobil itu melaju dengan kecepatan tinggi, sehingga tidak sempat mengerem sebelum menabrakku. Sebenarnya, aku nyaris tidak punya harapan hidup lagi, sampai dokter berkata bahwa saat ini, ada beberapa manusia yang hidup dengan alat-alat bantu. Manusia-manusia itu disebut cyborg. Saat ini, para cyborg masih hidup tersembunyi karena banyak manusia yang masih menganggap mereka berbahaya.

Termasuk orangtuaku. Kedua orangtuaku tadinya berpikir menjadi cyborg adalah sesuatu yang berbahaya dan mengerikan. Tapi, akhirnya, mereka setuju dan jadilah aku seorang cyborg.

Karena aku sudah menjadi seorang cyborg, maka akan sulit mengeksplor dan menggunakan tubuhku dengan bebas jika aku bersekolah di sekolah normal. Oleh karena itu, kedua orangtuaku pun memindahkanku ke SCN alias Sekolah Cyborg Nusantara.

SCN adalah sekolah asrama yang sangat besar. Letaknya di pinggiran kota, dan jarang terjamah oleh masyarakat sekitar. Aku diberitahu bahwa masyarakat sekitar mengira gedung-gedung dan tanah yang luas itu digunakan sebagai pabrik (gedung bagian murid-murid agak tersembunyi di belakang sehingga masyarakat tidak pernah melihat anak-anak yang berkeliaran).

SCN sendiri diperuntukkan untuk murid-murid dari SD sampai SMA. Gedung SD, SMP, dan SMA bersebelahan. Di seberang tiga gedung itu, ada sekitar dua puluh gedung besar yang bermacam-macam fungsinya. Ada yang berfungsi sebagai asrama, gedung olahraga, gedung pertemuan, gedung serbaguna, gedung tempat tinggal dan kerja guru, serta banyak gedung-gedung lainnya.

Aku sendiri sudah tiga kali pindah kamar sejak memasuki SCN lima tahun yang lalu. Sekarang, aku tinggal di gedung lima belas—gedung asrama perempuan SMA. Satu kamar cukup untuk menampung empat orang. Tapi karena keberuntunganku, aku hanya sekamar dengan satu orang sehingga kamarku terasa luas. Dan mau tahu apa yang lebih mengasyikkan lagi? Satu orang yang sekamar denganku itu adalah Eva—teman dekatku di SCN sejak SMP.

Oke, kembali ke tanganku.

Sejak masuk SMA, aku merasa tangan kananku (tangan kananku adalah tangan robot, omong-omong. Tangan kiriku tetap tangan normal) selalu sakit. Saat aku cek, ternyata tangan itu sudah agak longgar. Aku sudah pergi ke klinik berkali-kali dan petugas klinik juga sudah mengencangkan tanganku berkali-kali. Aku terus mengatakan kepadanya bahwa ada yang salah dengan tanganku, tapi dia tidak mau mendengar, katanya tanganku baik-baik saja selama tangan itu belum lepas dari pergelangannya. Aku merasa sebal sekali. Harusnya, seseorang merasa bahwa tangan yang longgar berkali-kali adalah sebuah masalah besar—terlepas dari apakah tangan itu tangan robot atau bukan.

Karena itulah, aku merasa luar bisa senang saat tangan kananku akhirnya copot. Akhirnya aku bisa membuktikan kepada petugas klinik menyebalkan itu kalau tanganku memang bermasalah! Rasakan!

Membayangkan wajah petugas klinik yang kalah membuatku ingin tertawa terbahak-bahak. Tapi, saat aku tertawa, aku malah mendapat tatapan cemas dari teman-teman dan Profesor Indah—guru bercocok tanamku.

"Kamu enggak apa-apa kan, Laura?" Profesor Indah berjalan menghampiriku. Kemudian, dia melihat tanganku yang tersangkut di tanah. Aku mendengar dia terkesiap. "Ya ampun, Laura! Kenapa kamu ketawa? Sana cepat ke klinik!"

"Saya enggak apa-apa, kok, Profesor! Tenang aja!" kataku, masih dengan sisa-sisa tawa.

Profesor Indah dan teman-teman sekelasku yang lain tampaknya tidak percaya dengan ucapanku. Mungkin mereka mengira aku terkena serangan aneh menadadak karena terkejut melihat tanganku lepas. Oh, mereka tidak tahu apa-apa!

Profesor Indah pun berbalik dan menghadap murid-murid yang lain. "Kalian, di sini dulu. Saya mau nganterin Laura ke klinik sebentar. Jangan ke mana-mana, lanjutkan saja tugas kalian."

Kemudian, profesor muda dengan tubuh kecil dan kacamata yang menghias wajahnya itu memungut tanganku dari tanah dan menuntunku menuju klinik. Aku sudah berhenti tertawa, tapi aku yakin cengiran masih terpampang jelas di wajahku.

Tangan baru, aku datang![]


a.n
niatnya post siang/sore. tapi kelupaan. maaf banget yaa!

oh ya, akhirnya aku memutuskan buat unpublish aja chapter-chapter sebelumnya hehe. Dan, walaupun ceritanya beda, judulnya tetep sama kok karena karena karena... yah, liat aja nanti : p

Dan oh ya, satu lagi. Di setiap chapter, jumlah katanya enggak nentu ya. Bisa banyak, bisa dikit, tergantung ceritanya ^^

Gitu aja. Makasih semua : )

28 Desember 2016

Hello, Would You Like to Be My Cyborg?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang