Chapter 28: hello, welcome back, my cyborg

22.5K 2.9K 523
                                    

chapter 28: hello, welcome back, my cyborg


Aku tidak pernah merasa sesenang ini melihat Profesor Belinda berdiri di depanku dengan tampang juteknya. Melihatnya sekarang, aku nyaris ingin memeluk wanita itu.

Nyaris, ya. Tolong catat itu.

Jadi, kemarin malam, aku, Aga, dan Risya berangkat ke SCN. Dan hari ini, kami sampai di SCN pukul satu siang, yang artinya semua murid kini sedang asyik menyantap makan siang. Jadi bagian depan SCN tampak sepi.

Tanpa merasa perlu memberikan senyum atau ucapan basa-basi, Profesor Belinda menatap kami satu per satu kemudian berkata, "Kalian ditunggu Profesor Halim di ruangannya. Laura, kamu tahu kan, ruangannya di mana? Kamu ke sana sekalian anterin dua temen kamu itu, saya mau makan."

"Lho, Ib—maksud saya, Profesor—enggak nganterin kami ke ruangannya Profesor Halim?" tanya Risya dengan bingung.

Ha-ha. Banyak sekali yang harus dipelajari kedua orang ini begitu mereka masuk SCN. Dan yang terpenting adalah, mereka harus tahu bahwa peraturan pertama di SCN adalah, jangan pernah bertanya tentang keputusan Profesor Belinda.

Profesor Belinda langsung menatap Risya dengan tatapan tidak suka. "Masih untung saya mau nyambut kalian di sini, kayak orang bodoh. Udah sana ke ruangan Profesor Halim! Saya tadinya laper jadi enggak laper lagi ngelihat kalian."

"Lho? Kalau enggak jadi makan, kenapa Ibu enggak bisa nganterin kami?" tanya Aga.

Dalam hati, aku tertawa terbahak-bahak. Murid-murid SCN mana ada yang berani sampai sejauh ini berbicara dengan Profesor Belinda? Oke, memang ada beberapa murid pembangkang yang sering adu mulut dengan Profesor Belinda, tapi mereka itu semua sudah kebal dengan tatapan jutek, omelan, serta bentakan Profesor Belinda. Kalau aku sih, malas sekali mendengarkan apa yang dia katakan.

Profesor Belinda kini menatap Aga dengan tatapan tidak suka. "Ya memang kamu kira kerjaan saya cuma makan dan nganterin kalian? Emang saya siapa? Inget ya, saya ini Profesor! Pro. Fe. Sor! Saya enggak punya waktu buat jawab pertanyaan-pertanyaan enggak penting. Sana cepat pergi!"

Sambil menahan tawa melihat wajah Profesor Belinda yang sudah memerah, aku pun menarik tangan Risya dan Aga, menjauh dari profesor galak itu.

*

Aku tidak percaya ini, tapi aku benar-benar merasa senang. Berada di SCN lagi ternyata benar-benar memperbaiki mood-ku. Bahkan, ketika Profesor Halim menyatakan bahwa aku mendapatkan tangan baru dan boleh memilih tangan mana pun yang sesuai keinginanku (dengan harga diskon pula!) aku senang sekali dan rasanya ingin memeluk kepala SCN itu. (Tapi tentu saja, itu tidak kulakukan. Bisa-bisa aku dihukum dan harus menjalankan misi lagi.)

Profesor Halim juga mengatakan bahwa Aga dan Risya berhasil dalam tugasnya dan besok akan mulai dipersiapkan untuk menjadi cyborg, sebelum operasi dilaksanakan, mereka akan berada di sini dan aku diminta untuk menemani mereka.

Aku sama sekali tidak keberatan. Aku memang sempat kecewa karena dibohongi oleh mereka, tapi perasaan itu sudah hilang, digantikan dengan perasaan senang. Aku bahkan agak kagum dengan mereka yang bisa menjaga rahasia seperti itu dariku—kalau mereka tidak bisa menjaga rahasia dan aku berhasil dengan cara curang (misalnya diberitahu Aga dan Risya kemudian kami bekerja sama mengelabuhi Profesor Halim) bisa-bisa kami semua malah akan dihukum, karena selain Risya, tentu saja Profesor Halim punya banyak 'utusan'.

Setelah makan siang di ruang tamu, aku, Aga dan Risya yang harus pergi ke klinik untuk mengecek kesehatan kami. Saat sedang berjalan, tiba-tiba ada yang memelukku dari samping. Aku tidak perlu menoleh untuk tahu siapa itu—Eva.

Hello, Would You Like to Be My Cyborg?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang