chapter 26: hello, oh, you're not serious, right? you're aga! (ha-ha)
Aku mengikuti Aga berjalan menuju gedung olahraga. Selama di perjalanan, beberapa kali Aga mengajakku mengobrol dan menggodaku karena ingin melihatnya berenang tanpa mengenakan baju, tapi karena pikiranku sedang dipenuhi oleh pertanyaan-pertanyaan tentang hubungan Aga dan Damar, aku tidak bisa membalas satu pun perkataan Aga, dan sepertinya Aga sadar bahwa aku sedang tidak ingin bicara karena setelah beberapa kali mencoba, cowok itu akhirnya menyerah dan tidak mengatakan apa-apa lagi.
Seperti biasa, sebelum berenang, Aga memakan permen mint rasa lemonnya terlebih dahulu. Dia juga menawariku, seperti biasa. Tapi kali ini, aku menolak permen tersebut karena permen itu justru membuatku teringat akan Damar dan jadi tambah pusing.
Aku duduk di bangku tempatku biasa duduk setiap melihat Aga berenang. Hari ini, adalah pertama kalinya aku melihat Aga berenang tanpa baju renang, dan yang pertama kali kupikirkan begitu melihat Aga tanpa baju renang adalah, punggungnya seratus persen normal, tidak ada logam sama sekali.
Oke, bisa saja tubuh logamnya ditutupi oleh kulit, tapi biasanya, yang ditutupi oleh kulit hanya bagian wajah dan kepala saja. Dan lagi pula, kalau memang punggungnya ditutupi oleh kulit, kulitnya pasti tidak akan rata. Namun, melihat punggungnya sekarang, aku yakin benar bahwa itu benar-benar punggung normal. Sama sekali bukan punggung cyborg.
Selama Aga berenang, aku yang biasanya merasa rileks dan nyaman, tidak merasakan itu hari ini. Hari ini yang kurasakan hanya... bingung. Oke, oke, aku memang sedikit tersipu melihatnya berenang tanpa baju karena itu membuatnya terlihat lebih keren daripada biasanya. Tapi kemudian, tatapanku akan beralih ke punggungnya (yang seratus persen normal, kalau-kalau perlu kuingatkan) dan itu akan membuatku berpikir soal Damar. Lagi.
Saking sibuknya berpikir, aku bahkan tidak sadar Aga sudah selesai berenang dan kini, cowok itu sedang duduk di sebelahku.
"Lagi mikirin apa, sih, Ra?" tanya Aga sambil mengenakan kacamatanya.
Aku menggeleng. "Bukan apa-apa."
Aga tidak membalas ucapanku lagi, dia hanya duduk diam di sebelahku, membiarkanku larut dalam pikiranku sendiri.
"Lo enggak mau pulang, Ra?" tanya Aga, setelah beberapa saat terdiam.
Aku menoleh sekilas ke arahnya kemudian menggeleng. "Enggak, ah. Kalau lo mau pulang, lo pulang aja dulu."
Aga menghela napas. "Lo kenapa, sih? Kayaknya hari ini beda banget. Padahal kemarin biasa-biasa aja. Lo enggak seneng jadian sama gue?" tanyanya.
Aku buru-buru menggeleng. "Enggak, enggak, bukan itu! Gue cuma... lagi ada masalah aja."
"Masalah?" tanya Aga. "Lo tahu kan, lo bisa cerita ke gue kapan aja?"
Aku mengangguk. "Iya, tapi buat masalah ini, kayaknya gue belum bisa cerita dulu ke lo."
Aga tidak langsung menjawab, ia tampak berpikir sebentar sebelum kemudian bertanya, "Lo kenal Risya, kan?"
Aku menoleh dan menatap Aga dengan bingung. "Iya," jawabku. "Kenapa lo tiba-tiba nanya kayak gitu?"
Aga berdiri lalu mengulurkan tangannya. "Ikut gue, yuk."
"Hah?"
"Ketemuan sama Risya," lanjut Aga, membuatku tambah bingung.
"Lo ngomong apa, sih?" tanyaku, benar-benar tidak mengerti.
"Udah ikut aja," jawab Aga sambil tetap mengulurkan tangannya kepadaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Would You Like to Be My Cyborg?
Fiksi RemajaLaura ditugaskan oleh SCN (Sekolah Cyborg* Nusantara) untuk mencari dan membawa pulang Damar-seorang cyborg cowok yang dua tahun lalu kabur dari SCN. Damar diberitakan pindah ke sekolah manusia normal dengan identitas dan tampang yang bisa dipastika...