Bagian 1

254 27 9
                                    

Langkahku berusaha menyamainya, walau ia terlihat berjalan pelan, tanganku sulit untuk menggapai kedua tangannya yang sibuk. Dan akhirnya aku bisa meraih lengan kanannya dan menyebabkan ia berhenti lalu menatapku sejenak.

"Yo, hari ini ada film bagus, mau nemenin aku nonton nggak?"ujarku pelan.
Dan ia terdiam lalu kembali ke aktivitasnya yang tertunda.

"Yo?"terdengar helaan napasnya yang menyeruak mengenai sedikit wajahku. Aku merasa tak enak kepadanya.

"Bulan depan , aku ada test beasiswa ke Inggris, aku harus bisa meraihnya karna itu permintaan ayahku. Jadi , tolong jangan menggangguku sampai akhir bulan, karna mungkin aku bisa mengabaikanmu Fy." jawab Rional Adi Mahaputra -- Pewaris tunggal Mahaputra dalam bisnis hotel dan restoran baik di Indonesia maupun luar negeri.

"Tapi apa kamu nggak bisa meluangkan waktu sedikit buat aku?" balasku dengan sedikit kecewa, ya aku tahu dan aku mengerti bahwa Rio sangat patuh dengan perintah ayahnya karena hanya sang ayah yang Rio punya dalam hidupnya. Aifyka Aruna Sukmana -- Puteri kedua dari mantan Jendral TNI yang kini harus berjuang dalam kehidupan yang pahit.

"Maaf banget Fy, aku harus bimbingan sekarang , kamu hati - hati pulangnya."balas Rio yang tak menghiraukan keluhanku dan lalu beranjak pergi setelah memeluk diriku sebentar.
Aku tak tau mengapa aku sulit mencegahnya?

"......"
"Ke sana sekarang!!'
"......"
"Aku tunggu 15 menit, kalau nggak dateng dalam waktu segitu , Aku akan marah besar sama Kamu!!"
"......"
"Bodo amat, aku butuh kamu di sana!!"
"...."
"Thanks!"

***
Dering telfon yang berada di dekat nakas tempat tidur itu bergetar, membuat sang pemilik yang terlelap itu sedikit terusik, lalu dengan cepat ia mengambil telfon tanpa peduli melihat nama yang memiscall dirinya di siang bolong, cukup mendukung untuk tidur siang bukan...

"Ada apaaan sih?? Nelpon aku siang -siang begini?Aku kan tiap pulang kuliah, aku tidur."
"..."
"Yaudah kamu tunggu di sana,15 menit aku sampai sana!"
"...."

●●●

"Kenapa kamu suka di tempat tempat yang seperti ini?"tanya seseorang itu dengan suara bass khas miliknya.

"Karena aku benci ramai!!" balas gadis di sebelah pria itu dengan nada terengah -engah menahan marah.

"Aku tau kamu masih trauma tapi kamu tidak boleh menbenci keramaian. Karena selama kita hidup, kita akan butuh orang banyak."balas Pria itu dengan tenang. Alvin Ravino.

"Aku tidak peduli..." balasnya dengan desahan lirih dan tak berselang lama nafasnya tercekat dan detak jantungnya memacu begitu cepat. Alvin yang menyadari suara lirih gadis di sampingnya itu ia mulai panik di tambah gadis itu memukul dengan keras dan cepat pada rerumputan hijau di sekitar danau. Segera Alvin menggendongnya dan membawanya ke rumah sakit.

●●●

Sebuah lagu terputar di salah satu restoran
Aku sadar kalau kini
Kita sudah semakin menjauh

"Brakk!! Cil, aku udah nggak tau harus bersikap apa lagi sama dia! Biar dia juga bisa pahami duniaku!"ucapnya setelah melampiakan marah nya pada meja restoran. Restoran yang sedang di datangi memilki privat room yang tidak sembarang orang bisa memesannya.

"Haahh... Kamu yang nggak bisa pahamin dia Fy!" balas gadis itu yang di depan Aifyka atau Ify.

"Kamu nggak lihat sih gimana perjuanganku buat pahamin dia. Harus rela nunggu dia selesai bimbingan lah, temenin ke toko buku dan sekalipun ngedate , selingkuhannya kalau nggak buku ya laptop." keluh Ify dengan begitu kesal pada sang pacar yang terlalu menikmati dunianya sendiri.

"Itu udah karna kesehariannya kan ? Kamu nggak bisa ngerubah dia seperti apa yang kamu mau! Dia bukan robot!" balas gadis itu dengan nada tinggi. Acilla Agatha Sintana. Sahabat Ify.

Sempat aku berfikir ini

Apa aku putusin dia aja ya cil?" tanya Ify sambil sibuk menerawang kisahnya.

Kau yang menginginkannya
Lepas dari pelukku

"Kamu gila berarti!"

"Anjayy udah berani ya sekarang ngatain sahabatnya gila! Kalau aku gila , kamu malah lebih gila!!" balas Ify dengan tawa membahananya dan tak lupa mencubit pipi kurus dengan lesung pipit sahabatnya itu teramat amat membuat Ify begitu iri. Tetapi di balik itu bersama sahabatnya, masalahnya seakan lenyap.

Ooo.. Kini aku sadari..
Ini salahku
Tak ingin ku terlambat dan sesali
Maafkan bila ku selalu membuat marah
Dan benci padaku
Kulakukan itu semua...
Hanya untuk membuatmu bahagia
Mungkin ku cuma ku tak bisa pahami
Bagaimana tunjukkan maksudku
Aku cuma ingin jadi....
Terbaik untukmu..

"Ify! Kenapa buru - buru?" tanya Cilla heran melihat Ify yang terlihat buru buru untuk berdiri. Sebelum pergi dari Cilla, Ify hanya sempat memberikan senyuman kekuatan. Entah Cilla tak dapat mengerti untuk siapa senyuman itu. Setelah beberapa menit diam, akhirnya cilla memutuskan untuk membayar pesanan dirinya dan Ify dan kembali ke rumah. Ia begitu rindu pulau kapuknya.

●●●

Giman tentang cerita ini ? Silahkan vote dan comment ya! Makasih 😉

Tetaplah Seperti Ini Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang