Setelah bangun dari sadarnya , Ify hanya menyempatkan dirinya untuk membasuh muka saja, karna sudah terlalu siang untuk mandi, karna ia akan makin telat untuk bekerja.
"Mau kemana Fy?" tanya Acilla di belakang Ify.
"Aku...aku mau pergi Cil, aku udah telat banget." balas Ify dan sedikit terburu - buru untuk keluar kamar.
"Siapa yang ngijinin kamu pergi Fy?" tanya Acilla sakartis untuk mencegah Ify pergi. Ia tak mau sahabatnya itu kenapa - napa lagi.
Dan berhasil, Ify tidak jadi keluar kamar Acilla.
"Apa aku harus ijin setiap aku harus pergi?" tanya Ify dingin tanpa menatap Acilla.
"Salah kalau aku jagain kamu? Salah kalau aku nggak pengen kamu terlalu kerja keras? Salah kalau aku peduli?" tanya Acilla tanpa perlu membutuhkan jawaban
Pertahanannnya sejak tadi runtuh, ia jatuh dan meringkuk di sudut kamar , agar Ify tak mendengar tangisannya.
Ify yang tak mendengar sahutan Acilla pun lalu berbalik dan menemukan Acilla meringkuk di sudut kamar. Tapi ia harus pergi sekarang, ia tak ingin uang gajiannya semakin terpotong.
●●●
"Selamat siang Pak Bos!"
"Loh Fy, kok kamu kesini? Bukannya kamu masih sakit, muka kamu masih pucat gitu." ujar Pak Bos heran dengan kedatangan Ify.
"Pak Bos tau darimana kalau saya sakit?"
"Tadi pagi , non Acilla telpon , bilang bahwa kamu nggak bisa kerja karena sakit." jawab Pak Bos.
"Acilla?"
"Apa hubungannya dengan dia?" tanya Ify sedikit terkejut.
"Kedua orang tua non Acilla meninggalkan banyak restoran yang harus di kelola. Dan saya adalah orang kepercayaan non Acilla untuk mengelola cabang restoran ini. Jadi saya tau siapa kamu. Makanya saya ijinkan kamu kerja di sini bukan dilihat kamu sahabat non Acilla tapi dari semangat kamu bekerja."jawab Pak Bos.
"Mending kamu pulang aja Fy, daripada di sini kamu malah kenapa - napa." Perintah Pak Bos.
"Tapi saya----"
Drrrdtt...
"....."
"Aku di restoran biasa."
"....."
"Oke, aku pesenin seperti biasa." Jawab Ify megakhiri telponnya dengan kekasihnya, Rio.
●●●
"Kamu bukannya masih sakit?" tanya Rio menggenggam tangan Ify yang terasa hangat di genggamannya.
"Aku udah baikan kok Yo, ada apa?" tanya Ify dengan sedikit tidak yakin. Rio mau menyempatkan waktunya di sela kesibukannya. Pasti sangat penting.
"Aku minta maaf." balas Rio pelan.
"Untuk apa Yo?" tanya Ify semakin bingung.
"Aku minta maaf, kalau aku nggak bisa jadi yang terbaik buat kamu. Ki..ta... putus." balas Rio kini menatap Ify yang terlihat kaget.
"Yo, kita pacaran berapa lama? 4 tahun lebih dan alasan kamu cuma itu?" tanya Ify lagi, kali ini ia berdiri menghadap Rio yang juga ikut berdiri.
"Kenapa kamu tanya tentang alasan kita putus Fy? Apa saat pertama kali aku nembak kamu, apa aku bilang aku ada alasan suka sama kamu? Nggak kan Fy, aku cuma ingin kita putus baik - baik." balas Rio dengan nada tenang. Ia tak boleh emosi.
"Rio, tapi aku cuma butuh kejelasan bukan alasan!" teriak Ify marah pada Rio yang menganggap semuanya sama.
"Maaf Fy, aku harus balik bimbingan lagi.Take care." ucap Rio pelan dan meninggalkan keramaian di dalam restoran.
Ify hanya sanggup terdiam menatap kepergian kekasihnya, ah mantan kekasih yang mengakhiri hubungannya tanpa hal jelas. Hanya berujar belum jadi yang terbaik? Lalu untuk apa kita berhubungan selama ini.
●●●
"Yo, kamu sanggup ngejalaninya? Hubungan kamu sama Ify udah jauh banget. Aku tau ini bukan hati kamu yang pengen tapi apa kamu----"
"Vin , aku kesini karna aku pengen nenangin pikiran dan hatiku, bukan buat dengerin ceramahmu." ujar Rio sangat frustasi atas apa yang telah terjadi baru saja.
"Oke, aku nggak akan ceramahin apapun, tapi apa kamu siap kalau suatu saat nanti, Ify bakal milik orang lain?"
●●●
BRAKK
"Ify..."
"Kamu kenapa?" tanya Cilla kaget dengan Ify yang memeluk erat dirinya dengan air matanya yang terus saja mengalir.
"Maafin aku Cil, aku ke kamar. Aku istirahat ya." balas Ify pelan setelah mengurai pelukannya dengan Acilla.
"Fy, kamu kenapa, jelasin apa yang terjadi. Pasti ada hal buruk yang buat kamu bisa jadi kayak gini. Ada apa?" Tanya Acilla dengan menahan tangan Ify.
"Aku nggak papa. Aku cuma ngerasa bersalah banget sama kamu atas kepergianku tadi. Maaf aku nggak dengerin kamu tadi." balas Ify melepas tangan Acilla lalu beranjak ke kamar Acilla. Karna tak mungkin ia pulang ke rumah, Acilla bisa marah atau ke rumah sakit dengan keadaan kacau begini, yang ada kakaknya bisa kepikiran.
●●●
"Aku tadi di putusin sama Rio di restoranmu tempat biasa aku kerja. Mungkin setelah ini banyak yang menghinaku karna terlalu drama mungkin." ujar Ify setelah menyesap sedikit coklat panas di balkon kamar bersama Acilla.
"Fy, aku bisa pastiin, mereka nggak akan hina kamu---"
Dengan tersenyum Ify menjawab, "Kamu nggak perlu nglakuin apapun lagi buat aku Cil, bagiku bantuanmu dan Kak Alvin udah lebih dari cukup, aku nggak mau ngerepotin kalian lagi."
"Fy, kamu sahabat aku sejak kecil, aku pasti bahagia kalau kamu juga bahagia. Orang tua kamu sempet berpesan sama aku kalau aku harus bisa menjaga kamu." ujar Acilla menatap serius sahabatnya yang hanya tersenyum.
"Makasih kamu udah jaga aku Cil, tetep jadi alasanku untuk tetap bertahan ya Cil." balas Ify dengan memeluk sahabatnya yang setia menemaninya dari dulu.
"Pasti."
***