Happy Reading!
Hanya dentingan jam dinding yang menemani sunyinya ruangan berkapasitas seperti apartement. Ya meskipun begitu ruangan itu digunakan hanya kala untuk bekerja, tidak lebih.
"Permisi, Presdir."
"Ya, Anton. Masuk dan duduklah." suruh orang yang disebut 'Presdir' itu.
"Ada apa? Sepertinya ada berita yang tidak mengenakan, hingga kau sempat datang ke sini tiba - tiba tanpa memberitahuku." tebaknya.
"Maaf Presdir, memang benar ada berita buruk mengenai Perusahaan Mahaputra Group. Setengah saham tiba - tiba ditarik dari perusahaan ini kemarin, saya sudah menyelidiki Presdir ini tapi mereka semua seakan tutup mulut dan jika mereka mau memberitahu itu pun karena harus ada uang sogokannya Presdir dan jumlahnya cukup besar, saya tidak mengambil uang di perusahaan ini tanpa seijin Presdir." jelas Pak Anton, orang kepercayaan Adi Mahaputra baik di dalam maupun di luar perusahaan.
"Sial, dasar lintah darat!" hardik Adi Mahaputra.
"Kasuskan mereka ke Pengadilan Anton! Mereka telah berani melanggar perjanjian yang telah mereka buat!" suruh Adi menatap marah.
"Maaf Presdir, jika Presdir berani melaporkan mereka itu semakin membuat Perusahaan Mahaputra Group semakin terancam." balas Anton mengingat percakapan dengan para pemilik saham waktu itu.
"Bagaimana bisa?" Mereka itu hanya--"
"Mereka ada yang melindungi Presdir, dan jika mereka sampai terpojokkan, mereka akan dengan akan sangat berani menyebarkan praktik yang selama ini terjadi di Mahaputra Group Presdir. Itu yang mereka katakan kemarin Presdir." balas Anton.
"Aku perintahkan kamu untuk mengetahui dalang di balik semua ini Anton! Baru aku bisa menjalankan rencana atas kejadian ini." perintah Adi Mahaputra.
"Baik Presdir. Bukan cuma itu saja berita yang ingin saya sampaikan. Baru saja Sekertaris Presdir memberikan ini kepada saya yang harus ditunjukkan ke hadapan Presdir." jelas Anton langsung menyerahkan barang yang ia bawa sebelum memasuki ruangan tersebut.
"Cek dari Acilla, Mengapa dia seberani ini padaku!"
"Nona Acilla telah memberi jawabannya secara tidak langsung kepada Presdir, bahwa dia tidak akan mengubah keputusannya sebelumnya. Nona Acilla mempertahankan sahabatnya." ucap Anton.
"Anton, bukannya kamu sudah memastikan kalau saham yang dimiliki Acilla tidak akan cukup membayar kerugian dan denda yang kita sepakati dengan Almarhum Papanya dulu." heran Adi Mahaputra melihat semua kejadian tak terduga hadir secara bersamaan.
"Benar Presdir, saya sudah memastikannya. Menurut saya, Nona Acilla bisa saja meminta bantuan kepada temannya Presdir." balas Anton dengan tetap tenang.
"Aku mau kau melakukan rencana cadangan yang sudah kau ketahui! Aku ingin Acilla tetap harus tunduk padaku." perintah Adi Mahaputra tanpa ingin di bantah.
"Tapi Presdir---"
"Kau menolak, keluargamu taruhannya!"
●●●
Salah satu dari dua gadis itu masih terjaga di kamar bernuasa gold itu hingga telah menjelang malam. Seharusnya ia kembali ke rumahnya sejak sore tadi, tapi melihat sahabatnya terkapar dan belum sadarkan diri, ia tak berani meninggalkannya sendirian.
"Erghh...I..fy." ucapnya yang terdengar lirih.
"Akhirnya kamu sadar juga, aku khawatir Cilla. Kamu pingsannya lama sekali. Aku saja sampai tak berani pulang melihat kamu belum sadar." balas Ify dengan masih raut khawatir.