Bagian 11 - Yang Terbaik

111 16 0
                                    

Kedua orang itu yang berjenis kelamin laki - laki itu masih sibuk berdebat dibelakang restoran yang sama setelah para gadis tadi sudah kembali pulang ke rumah.

"Gak paham sama jalan pikiranmu itu Kev! Bisa - bisanya maksa Ify untuk kamu jadi temen deketnya padahal baru kenal 2 jam lalu." gerutu Alvin tak menyangka bahwa sahabatnya itu nekat atas pilihan yang diambil.

"Alvin Revano kayak nggak kenal seorang Kevin Ardiansyah aja." goda Kevin dengan tawanya yang tak dapat ditahan lagi.

"Kev! Udah! Jangan bersikap menjijikan seperti itu." seru Alvin datar melihat sahabatnya itu menggodanya sekaligus mentertawakannya.

"Al, aku punya alasan untuk ngelakuin itu. Kamu tau sendiri kan setiap orang yang deket sama seorang Kevin Ardiansyah, aku harus tau semua seluk beluknya agar aku tak salah pilih!" jelas Kevin serius.

"Aku cuma ingin membuat Ify bahagia bareng sama aku. Aku bisa menghapus luka hatinya dari sahabatmu yang seorang pengecut itu! Dan beruntungnya kamu kenalkan sama aku sama dia Al!" geram Kevin. Emosinya memuncak mengingat semua info yang dapatkan tentang Ify.

"Apa maksudmu ngejudge Rio seperti itu Kevin Ardiansyah? Dia sahabatku juga!" marah Alvin lalu mencengkram kedua kerah baju Kevin dengan menggebu - gebu.

"Aku tau Al, kamu akan marah. Tapi ini semua ku lakukan untuk tuan putri Ify. Aku tidak terima dengan alasan Rio yang memutuskan Ify hanya karna Rio belum bisa jadi yang terbaik, itu alasan klasik Al! Kenapa dia tidak bilang sama Ify yang sejujurnya, kalau hubungannya dengan Ify dilarang keras sama Ayahnya Rio, Adi Mahaputra!" balas Kevin bersikap tenang ketika menghadapi sahabatnya yang mudah terpancing emosi ini.

"Tau darimana tentang hubungan Rio sama Ify padahal aku belum cerita sama kamu Kev?" bingung Alvin mendengar penuturan Kevin. Ia juga sudah melepaskan mencengkram kerah baju Kevin.

"Pemilik restoran ini. Acilla Agatha Sintana. Sahabat kecil Ify. Dia sudah ku beritahu bukti yang ku dapat bahwa Rio bukan laki - laki yang baik untuk Ify. Dan sahabatnya Ify percaya." balas Kevin lalu menunjukkan buktinya.

"Sialan. Rio bisa secepat itu ngelupain Ify! Padahal Ify butuh waktu untuk sekedar ngelupain Rio." hardik Alvin mengetahui bukti yang di perlihatkan Kevin kepadanya. Bagaimanapun juga Ify sudah dianggapnya sebagai adiknya, yang harus dijaganya seperti kekasihnya. Tak boleh ada yang berani menyakiti Ify.

"Dan gadis itu, adikku Al! Aku nggak bisa terima itu." marah Kevin menahan kecewa.

"Kev, kamu pasti tau kan dimana Rio tinggal? Aku ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya, walaupun Ify nggak meminta sekalipun." ujar Alvin.

"Aku punya orang suruhan di sana untuk menjaga adikku, dia bahkan sudah mendapatkan segala info tentang Rio. Aku sudah memberi tau salah satu dari mereka untuk menujukkannya untukmu Al. Jadi tidak usah takut kesasar." ungkap Kevin setelah selesai bertelepon dengan pengawalnya di sana.

"Nggak salah aku kasih bantuan ini ke kamu Kev!"

●●●

"Cil, kok kamu diam aja sih, aku kan lagi curhat!" gerutu Ify menatap Acilla yang hanya mendengarkan ceritanya tanpa menyela atau menanggapinya

Mereka berdua ada di rumah Acilla tepatnya di balkon kamar Acilla. Ketika di perjalanan pulang, Ify ijin pada Via untuk menginap di rumah Acilla. Dan Via sangat paham kalau adiknya butuh menenangkan diri bersama sahabat adiknya.

"Aku ingin mendengarkan ceritamu tanpa ingin menyelanya Fy." balas Acilla menatap sahabatnya yang makin menampakkan wajah sebalnya.

"Menurutmu Cil, Kak Via ngelakuin ini salah nggak sih?" tanya Ify sembari menatap langit senja yang akan segera tenggelam dengan malam.

"Enggak. Karena dia cuma ingin kamu bahagia Fy, makanya Kak Via ngelakuin ini semua sama kamu Fy. Dia nggak nggak bermaksud untuk maksa hati kamu jatuh hati sama cowok pilihan Kak Via yang dibantu Kak Alvin. Dia nggak mau kamu terus terpuruk sama masa lalu bareng Rio yang berakhir dengan cara yang pengecut itu!" marah Acilla mengingat pembicaraan dengan Kevin beberapa hari lalu.

"Cil, please.. Itu pilihan Rio! Aku nggak berhak nuntut apa - apa sama dia!" emosi dalam diri Ify meluap mendengar sahabatnya itu mengecap 'mantan terindahnya' itu sebagai pengecut. Bagaimana pun Rio pernah membahagiakannya.

"DIA NGGAK PERNAH SAYANG SAMA KAMU FY! SADAR!"

"Cil, kamu nggak tau apa - apa tentang Rio, jadi stop bicarain dia yang enggak - nggak meskipun aku sama dia udah putus." Ify mencoba menahan emosinya agar ia tak menyakiti hati sahabatnya.

"Fy, inget nggak, siapa yang pertama kali ngenalin Rio ke kamu? Aku Fy! Aku lebih tau banyak dari kamu. Dan harus kamu sadari kalau Rio emang sayang sama kamu, harusnya dia perjuangin kamu Fy apapun masalahnya." balas Acilla setelah ia berhasil mengontrol emosinya kembali sekaligus menohok hati terdalam Ify.

●●●

Selesai makan malam, laki - laki paruh baya itu langsung kembali ke kamar tanpa menanyakan apapun kepada putri tirinya yang biasa di lakukannya.

"Ma, Syifa boleh kan main ke kamarnya Kak Rio?" tanya Syifa setelah melihat Ayah tirinya berlalu.

"Iya boleh kok. Kamu minta kuncinya ya sama bibi." balas Diana. Ia hanya diam melihat suaminya berlalu tanpa sepatah kata apapun. Sudah cukup situasi seperti ini tercipta, ia tidak ingin Putri satu - satunya semakin menjauh dengan suaminya. Syifa sudah sangat merindukan sosok Ayah yang menyayanginya.

Dengan cepat, ia mendatangi suaminya yang pasti memilih sibuk di ruang kerja. Ia harus menyelesaikannya.

"Mas..."

"Kemarilah Diana." pinta Adi menatap pintu ruang kerjanya yang terbuka sedikit menampakkan Diana, istrinya.

"Mas, aku ingin bicara serius sama mas kalau----"

"Kalau kamu ingin kita membahas masalah laranganku kepada Syifa, aku tidak akan memberi jawaban apapun itu." potong Adi tanpa mendengar penjelasan istrinya.

"Mas Adi Mahaputra, Syifa hanya merindukan sosok Ayahnya! 15 tahun sudah dia nggak bisa merasakan kasih sayangnya seorang Ayah. Dan harapan dia sekarang tercapai, dia punya kamu mas sebagai Ayahnya."

Adi terdiam mendengar penjelasan istrinya bahwa Syifa, Putri tirinya sangat menyayanginya.

"Tapi kamu malah justru merusak kebahagiannya. Kalau mas tidak segera memperbaiki hubungan dengan Syifa, aku akan benar - benar pergi dari rumah ini membawa Syifa." ucap Diana menahan amarahnya yang terus bergejolak. Lalu ia beranjak pergi tanpa menghiraukan panggilan suaminya.

"Diana, aku minta maaf. Tapi aku lakukan ini semua karena aku punya alasan." balas Adi ketika berhasil menahan tangan istrinya yang akan keluar dari ruang kerjanya.

"Apa alasannya?"

"Aku nggak bisa kasih tau kamu Diana, dan aku harap kamu bisa mengerti itu." balas Adi merasa bersalah.

"Mungkin aku bisa mengerti, tapi tidak dengan Syifa."

●●●

"Cil.."

"Aku nggak mau kita berantem cuma gara - gara Rio." ucap Ify memulai pembicaraan setelah keterdiaman yang cukup lama. Ia gerah. Ia paling tidak betah kalau harus bertengkar terlalu lama dengan Acilla, sahabatnya.

"Aku akan maafin kamu kalau kamu mau ngelakuin satu hal buat aku Fy.." balas Acilla menatap sahabatnya.

"Apa?"

"Buka hatimu untuk Kevin Fy." pinta Acilla pelan.

"Cil, kamu tau kan buka hati bukan hal yang mudah." bantah Ify atas permintaan Acilla. Ia bukan tak menuruti permintaan Acilla, tapi hatinya masih mengenang Rio.

"Fy, lupakan Rio. Kevin laki - laki yang baik dan bertanggung jawab. Kalau kamu bisa jatuh hati sama Kevin, itu adalah yang terbaik untuk hati kamu." ucap Acilla.

●●●

Tetaplah Seperti Ini Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang