Bagian 7 - Kepergian Rio

123 13 2
                                    

Meskipun dalam benaknya ia akan pergi jauh namun hatinya seakan tetap ingin tinggal.
.
.
.
"Rio, Ayah ingin kamu belajar serius disana, jangan kecewakan Ayah yang sudah mati - matian memberimu yang terbaik." pesan Ayah Rio.

"Rio akan berusaha Yah, Ayah jaga diri baik - baik ya." balas Rio sambil memeluk Ayahnya sebentar.

"Rio, jangan lupa kabari kami kalau kamu sudah sampai." perintah Diana setelah memeluk Rio.

"Baik... Ma." balas Rio pelan ketika melihat kilatan tajam dari Ayahnya yang membuatnya harus melakukan itu.

"Aku pasti akan merindukanmu Kak!" ucap Gadis berkuncir kuda itu yang bernama Syifa. -jadi adik tiri Rio sejak 7 bulan lalu-.

"Harus gadis kecil!" gurau Rio sambil mengacak poni gadis itu.

"KAK RIOOO!!"

"SYIFA! Jangan memalukan diri sendiri! Ini Bandara sayang!" tegur Diana pada putrinya.

●●●

Ponsel berwarna biru muda itu berdering sejak tadi dirinya ia keluar kelas, tapi baru sempat ia terima panggilan tersebut ketika di parkiran kampus.

"Ada apa Kak?"

"Kamu dimana Ai?" tanya Alvin lewat telpon sebrang sana.

"Di kampus Kak Alvin. Apa terjadi sesuatu dengan Kak Via?" tanya Ify dengan nada khawatir. Saat sekarang Kakaknya itu sedang bersama Kak Alvin entah pergi kemana. Yang pasti Kakaknya hanya bilang ijin pergi.

"Bukan, Kak Via baik - baik saja Ai, dia lagi pamit ke toilet. Ada hal yang harus kamu tau, Rio siang ini pergi ke Inggris Ai demi S2nya." balas Alvin pelan menyiratkan nada kesedihan karena ia sangat tau, calon adik iparnya itu sangat mencintai sahabatnya.

"Terus Kak Alvin nyuruh aku kejar dia? Sekalipun aku berhasil kejar dia, itu nggak akan merubah keadaan aku sama dia yang udah nggak sama lagi." ucap Ify tegas sekaligus menahan amarahnya.

"Ai..... Kamu dan Rio..."

"Aku udah putus sama dia Kak. Bahkan dia yang memutuskan aku." balas Ify pelan karena ia enggan mengingat masa itu. Masa yang menyakitkan hatinya.

●●●

"Tapi walau kamu putus dengan Rio, kamu nggak tau Ai, Rio mengorbankan semuanya. Dia nggak akan pernah rela lihat kamu terluka karna keegoisan dia sendiri Ai." batin Alvin setelah menutup telponnya dengan Ify.

"Kamu nggak papa?" tanya gadis itu pelan mengusap lembut tangannya.

"Nggak papa Viana. Oh ya hari ini, aku mau kamu ke rumahku , aku mau ngenalin kamu ke orang tuaku sebagai pendamping hidupku." ucap Alvin menggegam erat kedua tangan Via. Ia ingin menyakinkan bahwa ini adalah masa seharusnya ia segera serius berhubungan dengan Via.

"Al, kamu serius? Kamu tau kan aku---"

"Via, aku udah cerita semua ke Mama dan Papa aku dan mereka nggak mempermasalahkan itu, karna bagi mereka, kebahagianku juga kebahagian mereka. Kamu mau kan?" tanya Alvin berharap.

"Aku juga nggak mungkin nolak kan Al." balas Via dengan senyuman mengembang.

"Makasih Via, Aku akan berusaha berikan yang terbaik buat kamu. Yaudah, sekarang kita berangkat rumahku." ajak Alvin.

Tetaplah Seperti Ini Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang