Part One

1K 70 1
                                    

Jimin tersenyum riang. Dia tidak sabar menemui keluarganya. Sudah lima tahun sejak dia meninggalkan mereka untuk menyambung pelajarannya di USA. Jimin telah sampai di hadapan mansion keluarga Park tapi apa yang berada di hadapannya tidak sesuai harapannya. Jimin menggeletar,dia mendekati tubuh yang terbaring di hadapannya. Tubuh berbalut kemeja putih itu merupakan sekuriti yang ditugaskan menjaga mansion keluarganya. Jimin makin menggeletar apabila  tubuh berbalut kemeja putih itu tidak bernafas sama sekali. Jimin melangkah dengan kaki menggeletar untuk masuk dalam mansionnya. Dia memutar knop pintu utama dan bau anyir darah masuk ke indra penciumannya. Jimin masuk dan langsung terduduk bila melihat tubuh tak berdaya ibunya terbaring kaku di atas lantai ruang tamu. Kaos yang dipakai ibunya sudah lengket bersimbah cairan merah pekat berbau anyir.

"Om..omma? Ppa..ppali ireona..hiks..omma"

Jimin memeluk tubuh kaku dan dingin itu erat. Dia menangis semau-maunya. Jimin meletakkan kepala ibunya di atas lantai dengan hati-hati. Dengan tangan menggeletar hebat Jimin mengambil teleponnya.

"Yeo..yeoboseyo? Polisi? Ada kes pembunuhan"
"......"
"Ne,(alamat rumah keluarga Park)"
"......."

Jimin bangkit dan berjalan ke arah tangga. Mendakinya satu-persatu. Setelah sampai di hadapan kamar adik perempuannya,Jimin memutar knop pintu. Dan apa yg dilihatnya sekali lagi tidak sesuai harapan. Jihyun,adiknya meniarap di atas lantai. Bercak darah di mana-mana. Jimin mendekati tubuh kaku sang adik.

"Mianhaeyo Jihyun-ah,oppa tidak bisa melindungimu hiks tidak bisa melindungi omma hiks mianhae"

Jimin mengusap wajahnya kasar. Dia meninggalkan tubuh adiknya dan menuju ke ruangan kerja ayahnya. Sekali lagi dia melihat pemandangan yang menyayat hatinya. Jimin terduduk di depan pintu ruangan kerja ayahnya. Dia memukul dadanya. Jimin berhenti menangis bila mendengar bel dipencet. Para pegawai penyiasat menenangkan Jimin yang segugukan. Mayat-mayat yang bergelimpangan di mansion itu diambil dan dihantar ke rumah sakit. Jimin dibawa ke kantor polisi untuk soal siasat. Jimin menjawab seadanya semua soalan yang dilontar padanya. Dunianya hancur berkecai. Tiada alasan lagi bagi Jimin untuk terus hidup.

"Terima kasih atas bantuan anda, Jimin-ssi"
"Ne"

Jimin pulang ke mansionnya. Dia mencuba untuk menenangkan dirinya. Jimin hampir terlelap di sofa tapi bunyi bel mengurungkan niat Jimin sepenuhnya. Dengan malas Jimin membukakan pintu buat tamunya.

"Anneyonghaseyo,tuan muda Jimin"
"Kang ahjussi?"
"Iya,tuan muda ini saya"

Jimin dan Kang ahjussi berbicara tentang amanah yang ayah Jimin tinggalkan. Kang ahjussi merupakan pembantu peribadi ayahnya di pejabat. Jimin mengenalnya sejak dia berusia 3 tahun.

"Apa? Ayah meninggalkan Park Corp. untukku?"
"Iya tuan muda,hanya tuan muda satu-satunya waris Tuan Park yang tinggal"
"Ta..tapi,aku belum bersedia"
"Tuan muda tidak punya pilihan,tuan muda akan menguruskannya atau ia jatuh ke tangan yang salah"

Jimin menghela nafasnya. Air matanya menitis. Ayahnya kejam,dia belum sempat menangisi mereka tapi dia sudah diarahkan untuk menguruskan perusahaan gergasi miliknya.

"Baiklah Kang ahjussi,aku akan menguruskannya"
"Oh ya,tuan muda,anda menginginkan butler atau maid?"

Jimin bengong.

"Hmm menurut ahjussi?"
"Kedua-duanya,butler bisa mengurusmu dan maid bisa memasak untukmu"
"Baiklah kalau begitu"
"Saya akan menghantar mereka nanti malam,tuan muda"
"Hmm"

Kang ahjussi sudah pulang. Mansionnya sedang dibersihkan oleh petugas kebersihan. Sisa-sisa pembunuhan itu dibersihkan. Jimin cuma memandang kosong pada barang-barang keluarganya. Baju-baju Jihyun,ibu dan ayahnya ditata dengan rapi di dalam stor. Cairan asin mula menggenang di pelupuk mata Jimin. Harapannya untuk bertemu dengan keluarganya hancur berkecai. Setelah menangis dengan lama,Jimin tertidur dari siang sampai menjelang malam.

"Tuan muda Jimin?"

Kepala Jimin menyembul keluar dari pintu kamarnya. Jimin terpaku memandang seorang namja mungil berkulit putih pucat sedang berdiri di depan kamarnya.

"Ne? Ada apa?"
"Makan malam sudah sedia"
"Kang ahjussi yang menghantarmu?"
"Iya,tuan muda"
"Baiklah aku akan turun sebentar lagi"

Namja mungil itu membungkuk hormat dan berlalu dari kamar Jimin. Sementara Jimin di dalam kamar bersiap-siap untuk turun.

"Tuan muda"
"Eh?"
"Selamat menjamu selera"

Jimin menatap hidangan di hadapannya dengan malas. Nafsu makannya menguap entah ke mana.

"Kau"

Jimin menunjuk pada salah satu butlernya.

"Ya tuan muda?"
"Belikan aku chips,aku tidak nafsu makan"
"Baik,tuan muda"

Jimin bangun dari situ dan para maidnya mula membersihkan meja makan. Dia duduk santai di ruang tamu. Otaknya mula memutar semula kenangannya bersama keluarganya di ruangan itu. Saat dia dan Jihyun bermain bersama,menangis dan ketawa bersama. Air mata Jimin mula meluncur laju. Dengan kasar,diusapnya wajah tampan miliknya.

'Siapapun yang mengambil keluargaku dariku,akan ku hancurkan dia'

"Tuan muda?"
"Iya"
"Ini pesanan anda"
"Terima kasih,hmm namamu siapa?"
"Jung Hoseok,tuan muda"
"Baiklah Hoseok-ah,terima kasih"
"Sudah tanggungjawab saya,tuan muda"

Jimin memakan chips yang dibelikan oleh Hoseok. Setelah menghabiskan sebungkus,Jimin terasa haus dan menyuruh seorang butlernya yang bertubuh mungil untul mengambilkan segelas air buatnya.

'Ada berapa butler di rumah ini? Maidnya? Tanya Kang ahjussi besok aja'

"Tuan muda,air anda"
"Terima kasih,namamu siapa?"
"Min Yoongi,tuan muda"
"Baiklah Yoongi hmm,ayo hantar aku ke kamar aku udah ngantuk"
"Baik tuan muda"

Jimin berjalan menuju ke kamarnya dengan Yoongi yang membuntutinya seperti anak anjing. Setelah sampai di depan kamarnya,Jimin berbalik menghadap Yoongi.

'Dingin banget,nggak punya ekspresi apa?'

"Hmm,Yoongi-ah coba senyum"

Yoongi menurutinya dan tersenyum. Jimin yang melihat senyuman manis Yoongi hampir jawdrop.

"Sering-seringlah tersenyum,Yoongi-ah,senyuman manis kok"
"Ah,ne tuan muda"
"Selamat malam,Yoongi-ah"
"Selamat malam,tuan muda"

Jimin masuk dan menutup pintu kamarnya. Yoongi langsung berlalu dari situ dengan wajah semerah tomat.

'Dasar brengsek! Untung tuan muda kalo nggak udahku tabok pake selipar kayunya Hobie"

Yoongi menggerutu di dalam hati takut ada yang mendengar dan melapor pada Jimin. Bisa hilang pekerjaan dia.

'Udah Yoon,ga usah dipikirin'
.
.
TBC

Penat tuh ngetiknya soalnya kepanjangan..btw bagi yg udah baca sama voment makasih banyak ya ilyy~~

SnowdropTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang