Tuan Kim memandang Namjoon lekat-lekat.
"Jangan ke mana-mana Namjoon"
"Appa,aku sudah dewasa"
"Dengar omonganku dan kau akan kekal dalam senarai waris kekayaanku"
"Uang bukan segalanya appa,aku sudah cukup dewasa untuk mengatur hidupku"
"Kau sudah pintar membantahku hmm"Namjoon menahan gelojak amarahnya. Nyonya Kim masuk campur dan mengusap punggung sang suami. Nyonya Kim di hadapan Namjoon saat ini bukan ibu kandungnya dia tak lain tak bukan hanya ibu tirinya. Namjoon menatap jengah pada yeoja itu.
"Sudahlah Namjoon-ah jangan membantah ayahmu"
"Cih"Namjoon berbalik dan melangkah untuk kembali ke kamarnya. Dia meraih ponselnya dan menelepon sosok yang sangat dirinduinya,Seokjin.
"Yeoboseyo,baby~"
"........"
"Aku merinduimu tau"
"........"
"Baby,lagi di mana?"
"......."
"Aku nggak bisa ke mana-mana sayang"
"........"Namjoon bahagia bisa mendengar suara lembut kekasihnya. Dia sangat kesal pada ayahnya. Namjoon mematikan lampu tidurnya dan melelapkan matanya. Berharap besok siang dia bisa menatap wajah kekasihnya puas-puas.
Seokjin menghela nafasnya. Dia merindui Namjoon tapi namja tampan itu tidak bisa menemaninya malam ini. Teman Seokjin,Minhyuk menggoncang tubuh Seokjin untuk menyadarkannya.
"Berhenti melamun Seokjin-ah,nikmati malammu"
"Nggak mood"
"Kenapa? Kekasihmu tidak datang?"
"Ya~~~"
"Kasiannya temanku ini"Minhyuk mencubit gemas pipi Seokjin. Tiba-tiba seorang namja tampan datang dan memeluk posesif pinggang Minhyuk.
"Hai hyungdeul"
"Hmm"
"Hi babe"Seokjin memutar bola matanya malas.
"Hei hei masih ada aku di sini"
"Hihi,kami pergi dulu Jinnie,ppay ppay"
"Sialan kalian berdua"Minhyuk dan kekasihnya,Sungjae meninggalkan Seokjin sendirian di meja bartender.
"Sendirian eoh?"
"Menurutmu?"
"Tertarik bersamaku malam ini?"
"Maaf aku unavailable"Seokjin berdiri dan berjalan meninggalkan bar tersebut. Sepertinya dia akan tidur awal malam ini. Tiada Namjoon.
Pagi-pagi lagi Namjoon sudah bangun dan bersiap-siap untuk berangkat.
"Aku pergi dulu omma,appa"
Setelah mengatakannya Namjoon langsung melesat keluar dan masuk ke dalam Porschenya. Namjoon masuk ke dalam ruangannya dan mula meneliti kerja para karyawannya. Beginilah Namjoon setiap hari kecuali di hari libur. Dia kelihatan workaholic padahal dia hanya depresi.
"Tuan,anda ada pelawat"
"Suruh dia naik"
"Baik"Pelawat yang dimaksudkan sekretaris Namjoon mengetuk pintu ruangannya.
"Masuk"
"Apa khabar Namjoon-ssi"
"Khabar baik Tiff..Tiffany?"
"Lama tidak berjumpa"Namjoon mengalihkan pandangannya dari wanita seksi di hadapannya. Tiffany duduk di kerusi di hadapan Namjoon.
"Ku harap kau merinduiku,karna appamu menjodohkan kita"
Mata sipit Namjoon membola.
'Apa katanya perjodohan? Appa belum cukup menyiksaku'
Tiffany mencoba menyentuh tangan Namjoon.
"Tiff please,get out"
"Tapi aku be.."
"GET OUT"Tiffany keluar dari ruangan Namjoon. Namjoon memijat pelipisnya. Belum cukup lagi semua kekangan yang ayahnya kenakan padanya? Sampai pasangan hidupnya pun ditentukan. Namjoon bukan robot please.
"Sialan!!"
Namjoon membanting pena yang dipegangnya sampai benda kecil itu terlempar ke sudut ruangan dan pecah. Namjoon ingin memusnahkan benda lagi tapi wajah manis Seokjin masuk ke ingatannya dan membuatnya berhenti melempar barang-barang di ruangannya.
"Jinseok hyung"
Namjoon kembali duduk di kerusinya dan menetralkan nafasnya yang memburu saking marahnya pada ayahnya.
'Apa sih masalah appa?'
.
.
TBCSerius nggak ada feel ngetiknya. Nggak tahu kenapa tapi yaa makasih reader and vomenter ❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Snowdrop
RomanceJimin terpuruk. Ahli keluarganya mati terbunuh. Tiada yang boleh dilakukan olehnya selain daripada menangisi mereka. Taehyung dilema. Tidak tahu sama ada dia mahu memilih ayahnya atau ibunya. Dia menyayangi keduanya. Namjoon sengsara. Kekejaman ayah...