Taehyung mundar-mandir di dalam kamarnya. Kepalanya pusing mendengarkan pertengkaran ibu dan ayahnya. Sejak dua minggu yang lalu,sejak ayah Taehyung kepergok oleh ibunya sedang bermesraan dengan sekretaris peribadi ayahnya. Sejak itu,kediaman Kim tidak pernah luput dari suara teriakan,bentakan dan pecahan barang. Taehyung pusing memikirkan mereka. Dia membaringkan tubuhnya di atas katil. Belum sempat dia melelapkan matanya,pintu kamarnya didobrak paksa.
"Taehyunggie,kau pilih siapa antara omma dan namja ini?"
Taehyung sontak bangun dan menatap tajam ibunya. Tidak bukan ini yang sewajarnya mereka lakukan. Taehyung tidak mahu.
"Jawab Kim Taehyung"
"Tidak omma tidak appa,Tae tidak inginkan perpisahan"Ibu dan ayah Taehyung tersentak.
"Tidak Taetae-ah,pilih omma atau appa"
"Tidak"
"Kim Taehyung,pilih"
"Pilihanku tidak maka tidak"
"Kau tidak mengerti hah?! Kami ingin berpisah dan kau harus pilih siapa yang akan menanggungmu!!"Taehyung terkejut. Dia berdiri dan menghampiri mereka berdua.
"Maaf,Tae tidak ingin perpisahan,jebal"
Setelah mengucapkan itu,Taehyung menyambar kunci mobilnya dan melesat keluar dari kediamannya. Ayah dan ibunya tidak mampu menghalangnya.
"Ini semua salahmu tidak mendidik anak itu untuk mendengar kata"
"Kau menyalahkanku?! Salahmu juga! Taehyung kekurangan kasih sayang ayah kau tahu?!"Pertengkaran mereka bermula lagi dan suara pecahan barang mula kedengaran. Para tetangga menatap prihatin pada kediaman Kim. Pasti anak mereka satu-satunya itu stress. Begitulah pemikiran mereka.
Taehyung memberhentikan mobilnya di pinggir jalan. Dia keluar dan melangkah perlahan-lahan ke pegangan jambatan. Dia menatap pemandangan di hadapannya dengan intens. Taehyung mengotak-atik benda persegi panjang berlogo apel di tangannya dan mendail nombor seseorang. Tidak diangkat. Taehyung frustasi dan melempar teleponnya ke dalam mobil. Pintunya terbuka bung,dia tidak gila melempar teleponnya begitu saja. Taehyung duduk di pegangan jambatan. Posisinya seperti ingin melompat dari jambatan itu padahal tidak. Seorang namja sedang melalui jambatan itu. Masih memakai seragam sekolah dan sedang berjalan menunduk. Taehyung yang melihatnya cuek.
'Ngapain bocah ini tidak balik ke rumah,udah malam lagi'
Namja itu mengangkat kepalanya dan terkejut melihat Taehyung.
"Hei ahjussi!! Gila eoh?! Kau bisa jatuh!!!"
Taehyung terkejut dengan teriakannya dan melompat turun dari pegangan jambatan itu. Bukan melompat ke sungai tapi ke lantai.
"Apaan kau? Aku bukan ingin melompat"
"Oh ya? Soalnya posisi ahjussi tadi seperti ingin melompat"
"Dasar bocah,kenapa nggak pulang?"Namja yang Taehyung panggil bocah itu menatap Taehyung sengit. Taehyung yang ditatap seperti itu hanya menyengir.
"Kepo,minggir aku ingin pulang"
"Setidaknya beritahulah namamu bocah"
"Jeon Jungkook"Jungkook menolak Taehyung ke tepi dan berjalan santai.
"Aku bukan ahjussi,Kookie! Aku baru 21 tahun!! Dan namaku Kim Taehyung!!"
Jungkook berpusing dan menatap Taehyung tajam.
"Siapa yang nanya ahjussi pedo?"
Jungkook langsung berlari menjauh dari Taehyung. Taehyung yang mendengar dia diapanggil ahjussi pedo langsung memanas.
'Bocah SMA sialan'
Taehyung masuk ke dalam mobil dan menjalankannya. Dia berniat ingin mencari Jungkook. Sepanjang jambatan itu dia tidak menemui Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
Snowdrop
RomanceJimin terpuruk. Ahli keluarganya mati terbunuh. Tiada yang boleh dilakukan olehnya selain daripada menangisi mereka. Taehyung dilema. Tidak tahu sama ada dia mahu memilih ayahnya atau ibunya. Dia menyayangi keduanya. Namjoon sengsara. Kekejaman ayah...