SIX

3.5K 235 31
                                    

SIX

***

[Author POV]

"Lo yakin nih kita nikah?"

"Menurut lo nyet?"

"Hah kagaklah!"

"Kenapa? Pan gue ganteng!"

"Ganteng belum tentu bisa buat keturunan gue nanti goals!"

"Iyalah! Orang elu hasil operasi plastik, jadi kalo anak kita ganteng atau cantik nanti, itu pasti turunan gue,"

"Pala lu pitak gue oplas!"

Mereka sama-sama mendengus kesal. Setelah pembicaraan mereka berdua dengan Oma Intan dan Opa Flam tadi, mereka hanya bisa menurut. Karna kalo dipikir lagi, mereka bisa apa?! Walaupun dibantah, orangtua kolot yang super bebal itu tidak akan mengubah keputusannya.

"Tapi pernikahan kita yang di Maldives itu siapa yang bayar?"

"Yang pasti bukan dari kantong gue lah!"

"Ah lo nggak bermodal sum!"

"Nama gue Ardan. A-R-D-A-N. ARDAN!"

"Pan elu cocoknya dipanggil mesum daripada nama seorang pangeran."

"Eh monyet eropa, elo itu mantannya Keano yah?"

"Kok elo tau?"

"Pan elu cerita,"

"Eh iya,"

"Kok dia mau ya.. Keano kan ganteng, tapi elo kan-"

"-apa?!"

"Engg.. kaya monyet,"

BRAK

Raqhel otomatis langsung mendorong Ardan ke dinding lift. Gadis pecicilan itu memojokan Ardan hingga tubuh mereka sangat rapat. Ardan menatap mata bulat indah milik Raqhel, pria itu terdiam sejenak.

"Eh Tuan Ardan Dinata Flamboyan yang terganteng se-du-ni-a! Lo punya hak apa hah bilang gue kaya monyet?!"

"Hak De'facto? Atau hak oktroi? Apa Hak Asasi Manusia?"

Raqhel mendengus. "Kenapa ya Oma gue milih elo jadi suami gue?" Raqhel tersenyum sinis menatap Ardan.

"Nggak kebayang deh kalo gue nikah sama elo! Udah ceplas-ceplos! Nggak bisa ngehargaiin orang lain! Suka ngatur! Tukang ejek! Sok kegantengan! Nafsuan! Masih kayak anak-anak! Hah! Apa-apaan coba, kalo lo-"

Raqhel membungkam seketika. Ketika bibir Ardan segera menempel dibibirnya sendiri. Ardan memejamkan matanya ketika ia merasakan sensasi lembut milik monyet eropa a.k.a Raqhel Miquelo.

Ardan menekan punggung Raqhel agar lebih rapat ke tubuhnya lagi. Raqhel melototkan matanya, tubuhnya membeku, ia tidak bisa bergerak karena gerakan reflek dari Ardan. Ardan membuka matanya, lalu melirik mata Raqhel yang sudah ingin keluar dari tempatnya.

Perlahan Ardan mencoba melumat bibir Raqhel namun Raqhel justru tesadar dari keterkejutannya, membuat ia segera menekuk lututnya dan mengenai masa depan Ardan untuk yang kedua kalinya.

"Akh... aww!" Ardan segera memegang selangkangannya sambil berjongkok dihadapan Raqhel. Rasanya bukan kayak digigit semut, tapi rasanya ngilu luar biasa.

Raqhel mengelap bibirnya sendiri. Lalu mendengus kesal. "Kan mesum!" makinya cepat.

"Pecah nih telor gue!"

"Heh mulut!"

"Itu kantong masa depan lo Hel!"

"Heh kentut ayam! Lo jangan main nyosor-nyosor melulu bisa nggak sih?!"

[TCS-3] DesoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang