TWELVE***
[Author POV]
Raqhel sedang berada dibawah pohon kelapa yang tak jauh dari villa yang mereka tinggali itu. Ia tidur sendiri didalam kamar pengantinnya tadi malam. Ardan memilih tidur bersama Fabi.
Raqhel memeluk lututnya dengan rapat. Ia merasa bersalah dan sedih sekali. Ia tak mengerti letak kesalahannya dimana. Mungkin dengan Bonbon, tapi Raqhel sendiri tidak bisa baik dengan Bonbon.
Jika dipikir-pikir Bonbon itu sangat baik kepadanya. Tak menyinggung, selalu ceria dan tak lupa selalu mengajaknya berbicara. Lalu apalagi yang kurang? Rasa cemburu nya kepada Bonbon karna lebih dekat dengan Ardan dibanding dirinya.
Benar kata Ardan. Dia harus menyesuaikan diri dengan teman-teman Ardan. Ia harus berusaha. Memang apa salah Bonbon kepadanya? Perempuan itu dekat dengan Ardan? Tapikan Bonbon punya suami, kenapa mesti dekat dengan Ardan?
Pikirannya tak menentu, Raqhel merasa bersalah kepada Ardan. Dan masalahnya kenapa dia tidak bisa dekat dengan Bonbon? Padahal perempuan itu banyak berbicara dan bergelut dengan siapa saja. Dalam hal kecil sekalipun.
"Boleh gue duduk?"
Suara datar khas Fabi mengagetkan Raqhel. Gadis itu mendongak dan menemukan Fabi memakai celana pendek santai dan kaus hitam serta membawa jus tomat ditangannya.
"Boleh gak? Gue jarang ngomong nih. Sekarang gue mau ngomong ma elu," ujar Fabi datar dan masih berdiri menunggu persetujuan Raqhel.
Gadis itu mengangguk. Lalu kembali menatap pantai Maldives yang sangat indah dipagi hari.
"Hahh... gue mau bicarain soal Ardan." tembak Fabi langsung. Raqhel terdiam, ia tau jika Fabi ini tipe orang yang tak suka berbasa-basi.
Raqhel menghela nafas. "Soal yang mana?"
"Semuanya."
"Emang kenapa?"
Fabi menyungging senyumnya. "Ardan itu bukan playboy, walaupun otak dia bokep semua, tapi dia gak pernah main sama cewe mana pun, bisa dibilang dia masih perjaka." kata Fabi dengan nada datar dan santai, ia menghisap jus miliknya.
"Dan dia jarang jatuh cinta. Bahkan gak pernah. Jadi sekalinya jatuh cinta dia bakal susah ngelupainnya. Mungkin lo gak percaya, lo itu udah dicintai Ardan tanpa sadar. Ya walaupun Ardan sendiri gak tau, karna otaknya cuman seberat biji jagung," ucap Fabi lagi dan menatap ke pantai tak melihat ekspresi Raqhel.
Raqhel sendiri cukup terkejut. Jatuh cinta tanpa sadar? Dengan dirinya?! Si onta arab itu?!
Raqhel menoleh ke Fabi, lalu dia terdiam. Rahang Fabi yang keras dan jelas membuat wajah Fabi dari samping sangat tampan. Pantas saja Bonbon mengejeknya dengan tembok kampret setajam silet.
Raqhel lalu kembali menatap objek didepannya. Beberapa sampan yang berisikan dua orang sedang lewat dan disana ada dua bule yang sedang tertawa senang sekali.
"Yang mau gue bilang sama elo itu, Ardan sayang banget sama Bonbon, gue juga, dan Zeo juga. Mungkin cewe-cewe diluar sana gak ngerti rasa sayang kita ke Bonbon. Rasa sayang kita sebanyak ayah, sedekat abang, dan seasik sahabat. Bulan aja waktu pertama kali gue banyak bicara sama Bonbon sampe cemburu setengah mampus, tapi sekarang dia ngerti. Beda sama Syaqil, Zeo jelasin baik-baik tentang segala perasaannya kepada Bonbon, dan Syaqil nerima. Nah tinggal elo yang belum ngerti."
"Bukan apa-apa sih gue ngasih tau ke elo tentang ini. Bukan gue mau membela Bonbon dan Ardan. Tapi karna gue mau elo nerima kita yang kayak gini, elo harus terbuka sama kita-kita. Kita.. walaupun keliatan gak berguna tapi kita bisa bantu. Mulai dari materi sampe hal-hal kecil lainnya. Gak usah segan sama kita. Kalo kita bisa bantu, pasti kita bantu, jadi elo santai aja sama kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
[TCS-3] Desoul
HumorWanita idaman itu bagaimana? Apa wanita yang mempunyai wajah cantik, kulit bersih, dada besar, bibir seksi dan rambut yang indah? Semua kriteria diatas mungkin merupakan wanita idaman seorang Ardan Dinata Flamboyan. Pria yang masih malas untuk menj...