THIRTEEN

2.2K 155 35
                                    

THIRTEEN

***

[Author POV]

Ardan melewati lorong villa yang sedang sepi itu. Bonbon ingin melihat bintang laut dan mereka pergi ke sebuah tempat oleh-oleh yang berada disekitar Pantai Maldives itu. Lalu Zeo ingin membeli ikan segar untuk oleh-oleh orang rumah nanti bersama Syaqil. Dan Fabi ingin berjalan-jalan bersama Bulan menggunakan Ducatti milik Arzan itu.

Ardan tidak sengaja melihat Raqhel yang sedang memeluk lututnya sambil menghapus air matanya. Ardan mengernyit bingung. Langit masih terang. Kenapa Raqhel nangis? Emang gak ada hubungannya tapi namanya juga Ardan, kalo mikir suka gak jelas.

Ardan main nyelonong masuk ke kamar tempat Raqhel tidur tadi malam. Ia langsung duduk disamping Raqhel tanpa permisi.

"Napa lu nangis monyet eropa? Udah mulai nyesel nikah ma gue?" tembak Ardan dengan datar membuat Raqhel hanya melirik malas ke Ardan.

Lalu kakinya beranjak dari ranjang yang ia duduki itu. Baru juga badannya berdiri. Tangannya ditarik paksa oleh Ardan hingga ia terduduk lagi.

"Kalo ditanya jawab, mau sampe kapan lu nyesel gak jelas begitu?!" kata Ardan mulai emosi.

Raqhel lalu menatap Ardan dengan persaan campur aduk, antara benci dan ingin meminta maaf. Ardan menemukan titik kecewa pada mata gadis disampingnya ini.

"Lu marah sama gue? Karna tadi malem?" tanya Ardan datar.

Raqhel mendengus sambil tersenyum bodoh. "Lo pikir gue sebegitu menyedihkan ya? Karna gak tidur sama lo tadi malem? Gue nangis terus marah?!" maki Raqhel karna sudah tidak bisa menahan lagi.

Ardan terdiam. "Terus? Lu kenapa nangis?"

"Apa sih mau lo Dan?"

"Mau gue?" ulang Ardan tak mengerti.

"Kenapa gue selalu salah dimata lo kalo dideket Bonbon? Kenapa gue yang selalu kalah? Kenapa harus gue? Hah?!!" maki Raqhel dengan wajah memerah menatap Ardan.

Ardan menaikkan satu alisnya, membuat wajahnya seribu kali mengesalkan. "Lo bukan selalu kalah. Lo mau menang sendiri? Lo juga egois Raqhel. Lo dikasih jabatan sebegitu nikmatnya sama Oma lo, tanpa perlu capek-capek cari kerja kayak orang-orang diluar sana, tapi lo gak mau. Lo terlalu egois. Dan lo terlalu mementingkan perasaan lo. Lo gak bakalan tau apa yang orang pikir tentang lo. Lo selalu prioritasin kehidupan lo. Tanpa mikir orang lain." jelas Ardan datar, lalu tangannya melepaskan pegangannya pada tangan Raqhel.

Raqhel kembali tersenyum bodoh. "Kalo gue egois. Lo apaan? Lo mentingin perasaan Bonbon yang bukan siapa-siapa lo, dan lo gak ada sedikitpun mikirin perasaan gue. Jadi lo pikir cuman lo yang egois hah?!" maki Raqhel kepada Ardan dengan menggebu-gebu.

Ardan menghela nafas, lalu memijit hidungnya. Benar apa yang dikatakan Raqhel. Tetapi benar juga apa yang dibilangnya. "Terus sekarang mau lo apa?" tantang Ardan.

"Gue gak mau apa-apa. Mending lo pergi dari kamar gue. Gue gak peduli walaupun lu udah suami gue secara sah."

Ardan mengangkat bahu. Lalu berdiri begitu saja. Namun ia berbalik sambil menunduk menatap Raqhel yang juga menatapnya dengan dagu menaik. Gadis itu berlinang air mata dan rambutnya berantakan.

"KE-LU-ARRR!!" maki Raqhel dengan tegas dan kesal. Raqhel menggertakkan giginya dengan geram.

Ardan tersenyum miring, lalu ia menunduk sedikit. Dan meremas pundak Raqhel. "Lo tau apa yang bikin gue terangsang?" tanya Ardan dengan berbisik.

Raqhel makin ingin meledak. Ia segera mendorong Ardan dengan kedu tangannya dengan keras. Namun tangannya lebih kalah cepat dibanding tangan Ardan yang sudah menangkap tangannya yang bergerak ingin memukul pundaknya.

[TCS-3] DesoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang