ELEVEN

2.1K 170 14
                                    


ELEVEN

***

[Ardan POV]

PLAK

"Pelan-pelan dong Bon! Lu mukul apa gampar? Sakit amet!" maki Fabi kesal menatap Bonbon yang cengengesan.

Dasar Fabi! Cuman sama Bonbon, dia bisa maki-maki panjang lebar. Lah sama gua? Gue yang dimaki. Tapi gue sayang Fabi. Bodo amat dikata homo. Idup gua napa orang yang ngurus. Dan gue normal suka payudara sama vagina kok. Nikmat soalnya. Lah?

Lalu Fabi memutar kembali botol saus atas saran gue itu. Dan botol itu masih setia berputar. Jadi ceritanya kita main truth or dare. Sebenernya gue rada curiga ma si kupret-kupret itu. Keliatannya mereka punya rencana jahat. Tapi sejauh ini, belum ada tanda-tanda obat perangsang atau segala macam siasat buruk lainnya.

Sebenernya ini malam pertama gue, tapi gue ragu untuk nyentuh Raqhel. Dan dia juga diem-diem melulu dari tadi. Rada gak deket gitu sama Bulan, Syaqil maupun Bonbon. Mungkin gak suka? Tapi gimana pun, dia harus bisa nyesuaian kehidupan gue yang macam begini.

Botol berhenti pada Syaqil. Gadis itu membulatkan matanya. Zeo tertawa disebelahnya. Tatapan mata si mantan homo itu berbinar ketika menatap istrinya. Gue melirik Raqhel yang menyengir melihat kelakuan Syaqil.

Jadi semua cewe disini rata-rata pake piyama tidur. Gue nyewa villa ini karna banyak kamar tidurnya dan udah dikasih fasilitas makanan beserta cemilannya. Makanya gue milih villa ini buat kita berlapan.

Permainan truth or dare ini caranya menggunakan botol. Jika yang mutar botol pertama itu si Bonbon dan yang dapat itu si Fabi, yang mutar selanjutnya itu Fabi dan begitu terus hingga permainan selesai.

Fabi menyengir. "Truth or dare?" tanyanya datar kepada Syaqil itu.

Syaqil melirik Zeo dan Zeo hanya mengangkat bahunya. "Truth,"

"Apa yah? Gue bingung kalo truth, gue nanya apa ya?" pikir Fabi bingung sambil melirik Zeo dan Syaqil.

Lalu senyuman jahat Fabi muncul. Sikampret kalo nanya datar tapi bisa bongkar rahasia sejagad.

"Apa yang Syaqil tau dari Zeo?"

"Dalam bidang apa Pak Arsitek?"

"Semua bidang."

"Semua bidang?"

Fabi mengangguk.

"Kalo itu Syaqil taunya—"

"Tunggu!" potong Bonbon segera, ia menyengir ke Syaqil dan melompat untuk membisikkan sesuatu kepada Fabi.

Fabi melototkan matanya tak percaya. Bonbon mengacungkan jempolnya dengan semangat.

"Ganti ya Qil, dalam bidang tubuh Zeo," ujar Fabi datar membuat Zeo membulatkan matanya. Gue ngakak ditempat. Mukanya kayak kepijek eek onta.

"Kampred emang lu ya Bon!" maki Zeo yang dikedip genit oleh Bonbon.

Dari semua wanita disini, cuman Bonbon yang ngikat rambutnya macam emak-emak pasar kaget. Tapi gue gak tau, dia bisa semenggoda itu mpe rasanya celana gue sesek. Buset dah parah banget gue! Udah beristri malah ngelirik Bonbon. Alamak digampar Bara, ditimpuk Zeo, dikubur Fabi.

Syaqil menggaruk kepalanya, "Tubuh? Tubuh Pak Chef ya?" matanya melirik Zeo yang melirik Syaqil dengan datar. Pasrah saja, apa yang dikatakan istrinya itu. Gue ngakak ditempat bersama Bonbon tanpa disengaja. Emang gue ma Bonbon rada sarap kalo ngetawain orang. Kelewatan banget.

[TCS-3] DesoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang