2

2.9K 224 1
                                    

KINAL

Hari ini, jadi hari yang membosankan. Aku benci hari ini. Aku malas sekali berangkat sekolah hari ini. Uhh. Rasanya aku hanya ingin tidur dirumah, nonton Dorama.. Ya, begitulah.

Tapi mama dan papa selalu saja memaksaku. Aku pengennya nanti aja masuknya kalo udah mulai belajar, gitu.

Akhirnya, dengan setengah hati, aku menaiki mobilku dan langsung tancap gas membelah jalanan Jakarta.

Tapi jam sudah menunjukan pukul 06 lewat. Melihat jalanan yang sudah crowded dan chaos, Akhirnya aku hanya bisa bersabar dan berharap aku tidak terlambat.

Dan apa yang terjadi?

Aku melihat bidadari.

Dipinggir jalan..

Eh ternyata bukan bidadari.

Dia satu sekolah denganku. Aku bisa tahu itu dari seragam yang ia kenakan. Ia pasti sedang menunggu bus, atau ojek?

Aku langsung memarkirkan mobilku dan langsung menghampirinya.

"hai, maaf. Kamu sekolah di SMA Kartini kan?"

"I..ya.."

"Kamu satu sekolah sama aku. Mau bareng?"

"Ah, iya boleh!"

Ia menyambut niat baikku dengan antusias. Awalnya ia sempat ragu, Aku bisa membacanya dari raut wajahnya. Tapi mungkin ia akan berfikir kalau ia tidak mengiya-kan pertolonganku, ia akan terlambat masuk sekolah.

Ia masuk kedalam mobilku. Suasana canggung menyelimuti kami. Aku memutuskan untuk membuka percakapan diantara kami.

"Kita belum kenalan, by the way.."

"Hehe, iya."

"Gue Devi Kinal Putri, Panggil aja Kinal."

"Jessica Veranda. Panggil aja Ve."

"Lo pendiem ya, tapi lo lucu. Cantik lagi."

Dia tersenyum, dan pipinya mulai memerah.

"Sorry ya kalo gue bawel. Hehe. Bawaan dari lahir."

"Iya gakpapa, kok."

Akhirnya tetap saja aku tidak bisa membangun percakapan yang cukup panjang dengan dirinya. Dia juga pendiam. Aku agak takut untuk bicara.. Aku takut aku salah bicara padanya. Aku tidak mau membuat kesan pertamanya buruk terhadapku.

Akhirnya aku biarkan saja mp3 itu menyelimuti keheningan kami. Sampai akhirnya kami sampai di halaman sekolah. Dia mengucapkan terimakasih, dan pergi. Suasana hatiku berubah ketika ia pergi. Ah, apakah aku mulai takut kehilangan dirinya? Ini baru awal, Kinal.

Dan bodohnya, aku lupa menanyakan dia kelas berapa saking nervousnya. Bodoh.

Akhirnya aku masuk kedalam sekolah baruku. Menghela nafas agar tidak ada hal hal buruk yang terjadi. Aku hanya berfikir bahwa Veranda hanya hal penyemangatku pagi ini.

Tapi itu semua salah.

Aku masuk kedalam kelasku. Semua bangku penuh, kecuali dibelakang sana, hanya ada 1 orang perempuan yang duduk disamping jendela sambil membaca novelnya. Lalu aku tahu, dia Veranda.

Tapi aku mau pura pura tidak menyadari bahwa dia Veranda.

"Boleh duduk disini? Lho?"

"Kamu yang tadi pagi, kan?"

"Iya. Ternyata kita sekelas?"

Dia tersenyum, lagi. Aku bisa mengatakan bahwa senyuman itu mengisyaratkan 'Iya'.
Dalam hati aku berkata, Teruslah tersenyum seperti itu, Veranda. Kenapa senyumanmu itu selalu membuat moodku bertambah baik?

Unchained FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang