9

2.3K 199 8
                                    

The most difficult part about letting you go is not seeing you leave, but watching myself stay. - Ika Natassa.

KINAL

Dalam satuan waktu, 1 minggu sama dengan 7 hari. 1 tahun, sama dengan 365 hari, 1 jam, sama dengan 60 menit. Tapi untukku, sekarang, 1 jam sama dengan 365 hari, 1 jam terasa lama sekali.

Aku disini. Sudah 5 jam lebih aku duduk disamping dia, tanpa kata, tanpa suara. Hanya suara penjelasan guru yang bisa kudengar dari sini. Veranda sibuk dengan catatannya, aku masih sibuk dengan perasaanku terhadapnya. Kalau aku terus terusan ada disini.. bisa gila.

Bel istirahat kedua berbunyi. Aku hanya ingin pergi dari sini.

Padahal dulu, aku betah berlama lama duduk disini, menatap rambutnya yang terurai tertiup angin. Melihatnya cemberut karena baterai handphonenya habis, atau ia mendapati buku novel yang sedang ia baca itu telah habis.

Tapi sekarang, semua kelakuannya itu bagai sebuah pisau yang mengikir dadaku pelan pelan. Sakit. Mungkin darahnya sudah berember ember, atau jiwaku sudah mati lemas kehabisan darah?

"Kinal?"

Jangan berbicara, kumohon, Veranda.

"I.. ya.. ada apa?"

"Pulang sekolah aku mau bicara. Penting."

"Aku .. tidak bisa."

"Kenapa?"

"Aku tidak tahan menatap matamu berjam jam. Menit menit ini saja sudah terasa berjam jam rasanya.."

"Aku ada keperluan."

"Tapi ini mungkin lebih penting dari keperluanmu."

Wajah Veranda berubah sedih. Ntah apa yang ia pikirkan terhadapku, apa dia mencium bau alkoholku? Ah tidak mungkin. Apa dia melihat kantung mata yang mulai menghitam di mataku? Apa.. dia khawatir?

"Yasudah, aku bisa, sebentar saja."

Veranda tersenyum. Lalu ia berjalan melewatiku.

Ini berat Veranda. Ini berat.



Veranda

Tidak ada yang perlu dijelaskan dari pagiku hari ini. Semua terasa aneh dan membingungkan. Bagaimana bisa ayahku mendapatkan surat pindah dari kantornya.. tapi ia tidak sedih. Ia malah senang. Ada apa?

Awalnya aku kira ayah senang karena ia akan memiliki suasana baru di kantornya yang baru nanti, tapi..

Flashback ON

"Veranda, mulai besok, Papa pindah kerja ke Bandung, kamu mulai berkemas ya."

"Lho, secepat itu, pa?"

"Itu tuntutan pekerjaan, Veranda sayang.."

"Oke, pa."

Setelah makan, Papa dan Mama masuk kedapur dan berbicara. Awalnya aku tidak berniat untuk mendengarkannya, tapi setelah aku mendengar nama Kinal dipembicaraannya itu, Aku .. sedih, dan bingung. Kecewa, lebih tepatnya.

"Pa, kenapa terburu buru? Papa kan baru pindah minggu depan.."

"Lebih cepat Veranda pindah, Lebih cepat juga ia menjauh dari si bejat teman Diasta itu, ma."

"Kinal? Diasta? Ada apa dengannya?"

"Mama ingat? Diasta adalah salah satu anak dari Pak Reza. Dan kita yang menemukan wasiat kematiannya ditaman, yang membuat mama tersandung saat berjalan disana.. ingat?"

"Ah ya, mama ingat. Lalu?"

"Kita yang membaca surat wasiat itu, dan disurat itulah Diasta menuliskan bahawa dia adalah seorang.. penyuka sesama jenis, dan disurat itulah dia meminta untuk menjaga Kinal.. Devi Kinal Putri."

"Ah., iya! Kenapa mama nggak ingat kemarin ya?"

"Shht. Jangan keras keras dong. Nanti kedengeran Veranda gimana?"

"Pa.. tapi Veranda itu deket banget lho sama Kinal. Masa kita pisahin gitu aja?"

"Mama mau, Veranda, satu satunya kebanggaan kita, Dicintai oleh seorang.. ya itulah!"

"Ng.. ngga."

"Yaudah."

Aku tercekat. Mama melanjutkan kegiatan mencuci piring, Papa membuat kopi di pantry, dan aku masih terpaku dibalik lemari ini. Apakah nasib Kinal sama dengan lagu Kinjirareta Futari.. Oh tidak. Aku tidak mau! Aku hanya menyukai sifat Kinal, aku sama sekali tidak mencintainya. Aku bersumpah.. tidak.

Aku hanya butuh penjelasan Kinal sekarang.

Flashback OFF.

Bel berbunyi. Aku langsung bergegas membereskan bukuku, Selesai membereskan buku, Aku langsung mengejar Kinal yang sudah keluar kelas 5 menit sebelum bell berbunyi tadi.

"Kinal!"

"Apa?"

"Aku butuh penjelasanmu."

"Apa yang harus kujelaskan?"

"Apa kau benar.. kau benar mencintaiku?"

"Tidak."

"Kau bersumpah?"

Kinal menghela nafasnya.

"Maafkan aku, Veranda."

"Maaf untuk apa?"

"Maaf telah berani mengotori persahabatan ini."

Aku lantas menampar Kinal.

"Kau.. Jahat."

"Ya. Aku memang jahat. Tapi aku berusaha menghilangkan itu, Aku berusaha menghapus rasa itu, Veranda.."

"Terserah apa katamu, Aku benci dirimu, Selamat tinggal."

Aku berjalan meninggalkan Kinal, Sendirian.

TBC

Unchained FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang