14

1.9K 179 7
                                    

Matahari bersinar terang dengan cahayanya yang menyelusup dari jendela kamar, membuat sesosok bidadari terbangun dari tidurnya dengan terheran-heran. Mengapa ia bisa ada disini?

Veranda mengacak-acak rambutnya lalu melihat ke sekitar, baru saja ia akan menyingkap selimutnya, tangannya berhenti.

"HYAAAA!! APAAN INI?!!"

Veranda langsung bergerak secepat mungkin untuk mengambil baju-bajunya yang sudah bertebaran dilantai. Ia tidak bisa berfikir, kepanikan menjalari tubuhnya. Apa yang terjadi kemarin malam? pikirnya. Ia bergegas mandi dan berganti pakaian, setelah itu ia baru menyadari ada sebuah post it di atas nakas samping tempat tidurnya.

Jangan terlalu banyak minum, nggak baik. Cuman sekali ini aja ya, jangan lagi. Aku nggak mau liat kamu kaya gitu. Kamu mabuk berat tadi malam.

-kinal

"Ah, jadi semalem aku mabuk, terus Kinal...." Veranda tersenyum tipis sambil mengingat permainannya kemarin malam.

Veranda

Pesan ojek online, Check. Barang nggak ada yang ketinggalan, check. Selesai. Ayo pulang.

Tau gak. Pas check handphone, banyaaak banget message yang belum kebaca. 1000 lebiih! Dari orang tuaku pastinya.

Aku senang bisa bertemu Kinal. Bisa merasakan sentuhannya tadi malam. Mungkin aku sudah gila. Tapi memang kehilangan dirinya membuatku gila.

"Aku sudah dijalan pulang." tulis pesanku untuk Kinal.

Sesampainya di rumah...

Baru saja aku sampai di rumah, sebuah tamparan keras mendarat di pipiku.

"Apa Pah?!"

"DARIMANA SAJA KAMU SEMALAM? HAH?"

"Kan aku dah bilang, Pah. Aku main ke rumah temen. Masa nggak boleh?"

"Terus ini apa?! Hah?"

Papa menyodorkan handphonenya kepadaku. Foto itu.. ketika aku sedang mabuk dan Kinal menggendongku masuk kedalam hotel.

Aku langsung melempar handphone papa dan langsung masuk kedalam kamar tanpa menghiraukan teriakan penuh amarah dari lelaki paruh baya itu. Mengambil obat penenang dan meminumnya. Aku tidak menghiraukan takarannya. Persetan dengan itu.

Sejak Kinal tidak ada, aku sering dikucilkan di sekolah karena tidak mempunyai teman. Ditambah Kinal yang tidak pernah membalas satu pun pesanku membuatku depresi berat. Biarlah aku tidak punya teman, tapi aku butuh Kinal.

Aku hanya ingin Kinal.

Kinal adalah hidupku.

Tak ada lagi yang kubutuhkan.

Kepalaku terasa berputar dengan cepat, detak jantungku berdenyut lebih kencang dari biasanya, dan... hitam.

Kinal, tolong bawa aku.

----

Mama Veranda heran, kenapa Veranda tidak turun saat makan Malam? Akhirnya Mama Veranda menyuruh Bibi untuk memanggil Veranda.

Ketika Bibi membuka pintunya, yang ia lihat hanya Veranda yang sudah terkulai lemas dilantai.

Bibi berteriak. Papa dan Mama Veranda kaget melihat anaknya sudah terkulai lemas dilantai. Akhirnya mereka membawa Veranda kerumah sakit.

"Ini semua salah papa." kata Mama Veranda.

".. papa hanya ingin.. menyelamatkan Veranda."

"Papa buta? Veranda tidak pernah punya teman. Hanya Kinal satu-satunya teman Veranda, satu-satunya orang yang berada di sisi anak kita."

Tiba-tiba, Ketika Mama dan Papa Veranda sedang menunggu Veranda didalam UGD, Kinal dan pacarnya melewati tempat duduk orang tua Veranda.

"Lho? Tante?"

"Kinal? Kamu disini? Sama siapa?" tanya Mama Veranda berusaha ramah.

"Oh, Ini aku abis nengokin temen aku, Ini sama .. emm, pacar aku. Hehe."

"Halo tante. Saya Fido."

"Ah, iya.."

"Siapa yang sakit tante?"

"Oh, nggak, ini om lagi check up aja, jadi kesini. Hehe."

"Oh gitu, yauda Kinal pulang duluan ya tante, om."

Papa Veranda memerhatikan Kinal dan Fido yang mulai menghilang dikerumunan orang.


"Dia? Sudah berubah?"


TBC

Unchained FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang