Kinal
Aku terbangun dengan mata sembab karena semalam menangis. Disisi lain aku ingin bertemu dirinya tapi.. tapi, entahlah.
Akhirnya aku memutuskan sesuatu.
Aku mengambil handphoneku, membalas sms Veranda tadi malam.
to veranda :
mau ketemuan dimana?
SENT.
5 menit kemudian
Veranda : kita ketemuan di taman, aku ada dijakarta sekarang. Nanti malam, jam 20.00.
Kinal merasa bahagia, ia akan bertemu Veranda malam ini.
Siang pun berganti malam. Kinal dan Veranda sudah siap ingin bertemu. Jam 20.00 tiba. Saat Kinal datang, Veranda sudah duduk dibench yang ada disana. Rambut panjangnya yang agak ikal terbang dibawa angin.
Kinal memberanikan diri memanggil Veranda.
"V.. veranda?"
Veranda menengok kearahku. Mukanya... berbeda. ada beberapa bekas luka dimatanya, Pucat pasi, mungkin kedinginan, ia sudah kehilangan cahayanya, yang dulu menjadi cahayaku juga.
"Hai, Kinal. Apakabar?"
Rasanya seperti melihat seseorang yang sedang terkurung. Ntah apa yang terjadi saat aku tak ada disampingnya. Tapi melihat Veranda seperti ini, hatiku..
Aku duduk disampingnya. Saat itulah aku menyadari bahwa ia sedang meminum alkohol, dan merokok.
"Aku.. baik, kamu?"
"Apa yang kamu lihat, ini aku."
"Veranda, jangan meminum itu.. sudahlah" kataku sambil menjauhkan minuman itu dan mematikan rokoknya.
"lets get drunk at the midnight, listen to our favori.. te song, and kiss so much till our lips burn."
"Veranda, sadarlah!"
"Aku belum mabuk, kinal, tenanglah!"
"Kau sudah meminum 5 botol, bagaimana aku tidak.."
"Aku bersalah kinal."
"Kau tidak salah apa apa, Veranda,berhenti menyalahi dirimu sendiri."
"Aku mencintaimu."
"Tidak."
"Aku serius."
Veranda mulai meracau, tapi aku tahu ia masih sadar.
"Veranda, jangan begini.. kau membuatku menyesal."
"Seperti inilah, dampak yang kau berikan padaku. Kembali padaku, Kinal. Kembali.."
"Aku tidak bisa, Ve. Aku sudah punya keka.."
Veranda mencium dan menarik leherku. bau alkohol yang ada didalam dirinya, rasa rindunya padaku, segala sesuatu yang sudah ia tahan selama ini bercampur aduk dalam ciuman ini. Rindu yang mendalam itu juga menambah rasanya.
"Berhenti, veranda. ini sudah berakhir." kataku sambil mendorong Veranda kembali.
"Aku menyesal meninggalkanmu! Aku ... menyadari bahwa aku tidak bisa melupakanmu!"
Veranda menangis. Aku memeluknya, badannya sangat dingin. Ia hanya memakai kaos putih dan kemeja tipis saja saat itu.
Apa yang harus ku lakukan?
-tbc
hallo! i'm back. my muse back. Sudah SMA, suda bisa baca yang naena naena sekarang hihi. Ini bakal aku lanjut sampe selesai. Doain ya! :)

KAMU SEDANG MEMBACA
Unchained Fate
FanfictionApakah aku bisa menentang takdirku? Perempuan itu rela. Ia rela melepaskan semuanya, hartanya, demi seseorang yang telah membuatnya jatuh hati dalam satu kedipan mata. Apakah perempuan itu dapat menentang takdir itu?