Kinal masuk kedalam bar itu. Matanya berkeliling mencari dimana orang yang sudah menghancurkan kebahagiaannya. Veranda sudah datang lebih awal. Saat Kinal datang, Ia tahu. Ia melihatnya. Ia ada di lantai dua bar tersebut.
Ketika Kinal masuk kedalam dengan hoodie dan topi hitamnya, Veranda yang melihat Kinal masuk langsung tertawa kecut sambil menggoyang goyangkan wine yang ada di tangannya.
"Kena kau, Kinal."
Veranda dengan anggunnya menuruni tangga itu. Ia melihat Kinal sedang duduk disalah satu kursi bar itu. Topi hitamnya memang menutupi matanya. Namun Veranda tahu, mata itu menerawang mencari dirinya.
Ketika Veranda berjalan kearah Kinal, Hidung Kinal langsung mencium bau parfum Veranda dan ia sudah bersiap siap apabila Veranda melakukan sesuatu padanya.
Kinal memang yakin bahwa Veranda tidak akan membunuhnya. Terlalu lemah untuknya. Veranda bukan membunuh fisik Kinal.
Veranda membunuh hati Kinal. Perlahan.
Ketika Veranda mendekat, Kinal langsung mencekik Veranda dan langsung membawanya ketempat yang lebih sepi. Teriakan Veranda tidak akan terdengar seiring kerasnya riuh bar malam itu. Tanpa Kinal dan Veranda sadari, Fido dan teman temannya berada di bar yang sama.
Dan Fido melihat, dengan mata kepalanya sendiri. Kinal mencekik leher Veranda.
"MAU LO APA HAH?!" Kata Kinal sambil membanting tubuh Veranda kearah tembok. Amarah yang sudah ia tahan dalam dalam akhirnya meledak juga.
Veranda langsung jatuh tersungkur dilantai koridor bar yang sepi itu. Kinal kehilangan batas kesabarannya.
Kinal menarik kerah baju Veranda, lalu menekannya kearah tembok kembali.
"GUE UDAH BERUBAH. JANGAN BERHARAP GUE AKAN KEMBALI KE ELU. KINAL YANG DULU UDAH MATI. CAMKAN ITU!"
Veranda refleks menampar Kinal hingga sudut bibirnya luka.
"Udah puas marah marahnya?" tanya Veranda.
"Aku butuh kamu. Nal. Aku butuh kamu. KEMANA KAMU YANG DULU NAL!"
Air mata Veranda mulai jatuh. Kinal masih menatap Veranda dengan dendamnya yang masih membuncah.
"Kamu harus sadar kalo aku, sekarat tanpa kamu Nal."
"Kalo kamu butuh aku, Papa kamu nggak bakal nampar aku dan nyuruh aku untuk membuat salam perpisahan sama kamu. Dan, kalo kamu masih sayang sama aku, kamu nggak seharusnya begini. KITA CUMAN SAHABAT, VERANDA. KAMU DENGAR ITU? S A H A B A T."
Hati Kinal merasa teriris ketika ia mengatakan kalimat kalimat itu. Rasa-rasa yang sudah ia pendam selama ini ia keluarkan. Otak dan Hatinya bertolak belakang. Disatu sisi ia ingin bersama Veranda, tapi disatu sisi ia kecewa mengapa Veranda melakukan hal itu. Ia ingin semuanya selesai. Ia hanya ingin itu.
"Baiklah."
Veranda menarik tangan Kinal kesebuah kamar yang ada disana. Sepertinya ia sudah menyiapkan semua ini sebelumnya.
Botol botol alkohol dan beberapa obat ada didalam ruangan itu. Veranda mempersilahkan Kinal masuk dan langsung mengunci pintu tersebut.
"Kita yang mengawali. Mari kita akhiri bersama."
Veranda sudah tidak terkontrol. Ia meminum obat dan alkohol itu bersama sama. Kinal hanya bisa mematung melihat keadaan sahabatnya itu.
Tiba-tiba, Veranda membuka kemeja yang sedari tadi ia pakai, Lalu mengeluarkan pistol dari belakang celana jeansnya lalu memberikannya kepada Kinal.
"Mari kita akhiri semuanya, Kinal."
"Veranda. Kamu tidak boleh melakukan ini."
"Kau sudah tidak ingin bersamaku, bukan? Maka lebih baik aku mati daripada aku hidup tanpa jiwaku."
Veranda menarik tangan Kinal yang sudah memegang pistol agar lebih dekat. Kinal bisa merasakan detak jantung Veranda dibalik kaos putih tipis yang Veranda kenakan.
Kinal memejamkan matanya. Ia berfikir sebentar.. Lalu ia menarik pinggang Veranda.
Veranda menangis. Dalam sekejap, Pistol itu sudah berada ditangan Veranda.
"Aku yang harusnya mati karena telah meninggalkanmu."
Tangan Kinal menekan pelatuk pistol yang dipegang oleh Veranda. Veranda mencoba menahan tapi tenaga Kinal lebih kuat darinya.
DOR!
Kinal langsung jatuh diatas kasur ruangan itu. Veranda langsung melempar pistol itu lalu mencari handphonenya untuk menyelamatkan sahabatnya.
Veranda memeluk Kinal. Membisikan padanya agar tetap kuat dan bertahan sampai ambulans datang.
"V... e.. "
"Hang in there, Nal. Please."
"Have a good day.."
"Nal?"
"Nal?!"
.....
TBC
Even if you're far away, may my heart be close to you
I'll wave my hand and send you a smile, don't feel lonelyThe moon rises deep into the night
I think about you, who is not hereI couldn't say goodbye, thank you, or anything in our last moment
Time passes without any salvation from God
A flower burns vividly, it flames upwards as pure white ashWhat can I do to make it all a lie, don't say goodbye
Right now, without any preparation, I pray for your life
I hold fate close right now, I send all of what I loved to you
Have a good day, have a good day, have a good day
When this life ends, until this pain that spears my heart disappears
Have a good day, have a good day, have a good day in heaven🎶Winner - Have A Good Day
KAMU SEDANG MEMBACA
Unchained Fate
FanficApakah aku bisa menentang takdirku? Perempuan itu rela. Ia rela melepaskan semuanya, hartanya, demi seseorang yang telah membuatnya jatuh hati dalam satu kedipan mata. Apakah perempuan itu dapat menentang takdir itu?